Share

Bab 46a

Author: Siska_ayu
last update Last Updated: 2022-12-31 13:46:36

Butuh waktu lebih dari sepuluh menit untuk membaca keseluruhan konsep materi yang disodorkan. Setelah mempelajari detailnya, sepertinya materi seperti ini pernah aku pelajari saat duduk di bangku SMA dulu. Apalagi aku memang lumayan aktif di bidang perpustakaan dan Mading sekolah.

"Apa, benar-benar gak ada orang lain yang bisa menggantikannya selain saya, Pak?" Aku kembali bertanya dengan harapan masih bisa mundur. Bukan karena aku tak bisa, tapi aku tak percaya diri.

"Gak ada. Semua karyawan sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Lagipula, saya memang sengaja memberikan kesempatan ini khusus buat kamu agar kemampuan yang mungkin masih terkubur dalam dirimu bisa muncul. Ayo dong dicoba. Demi masa depanmu, demi anakmu, demi keluargamu. Apalagi sudah setengah tahun ini kamu menyandang status single parent yang pasti berat buatmu."

Dukungan semangat dari Mas Ryan membuat motivasi dalam hatiku tiba-tiba menggebu. Bismillah. Tak ada salahnya mencoba hal baru.

"Baik kalau gitu, Pak. Ak
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 46b

    "Dia aslinya memang cantik. Padahal baru make up seadanya. Apalagi kalau make up salon," puji Vina. Padahal, dia jauh lebih cantik dan modis. "Mbak ini berlebihan," timpalku sambil menunduk malu. "Oh, iya. Gunakan ini!" Vina mengulurkan sepatu dengan hak yang tak terlalu tinggi. Mungkin dia merasa sepatu pantofel tanpa hak yang ku gunakan kurang sesuai untuk penampilanku. "Makasih banyak, ya, Mbak," tuturku. Aku benar-benar terharu. Ternyata aku memang dikelilingi oleh orang-orang baik. "Good luck, ya." Vina mengacungkan dua jempolnya saat aku dan Mas Ryan hendak keluar ruangan. Hak sepatu yang beradu dengan lantai menyebabkan suara di tiap pijakannya. Hal itu membuat orang-orang yang mendengarnya langsung menoleh ke arahku. Merasa rendah diri, aku memilih menundukkan kepala selama berjalan. "Itu kan staf bagian pantry.""Itu Zara, ya? Pangling banget.""Iya. Cantik."Beberapa suara mulai terdengar. Membuatku kepalaku kian menunduk dalam."Jangan malu. Kamu itu cantik." Mas Rya

    Last Updated : 2022-12-31
  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 47a

    "Maaf, ya, Mas. Kalau malam ini sepertinya gak bisa. Aku udah janji mau nemenin Ilham. Soalnya hari ini dia ulang tahun." Aku berusaha menolak. Apalagi alasanku memang benar. "Ilham ulang tahun? Kenapa gak bilang? Kalau tahu kan bisa beli hadiah buat dia," timpal Mas Ryan. "Gak ada perayaan apa-apa, kok, Mas. Ulang tahun Ilham memang tidak pernah dirayakan.""Gak apa-apa. Nanti aku cari hadiahnya di jalan sambil pulang, ya," kukuh Mas Ryan. "Gak usah repot-repot, Mas," cegahku tak enak. "Gak repot. Cuma hadiah kecil doang. Lagipula, aku juga kangen sama Nisya. Udah beberapa hari ini belum ketemu dia sama sekali." Raut wajah Mas Ryan berupa nelangsa. Kentara sekali dia sedang merindukan putrinya itu. "Baiklah kalau tidak merepotkan," timpalku akhirnya. Mungkin dengan melihat kebahagiaan Ilham, bisa sedikit mengobati kerinduan Mas Ryan pada putrinya. "Aku duluan, ya. Buru-buru," lanjutku sambil menaiki motor. Mas Ryan belum beranjak dari tempatnya sampai aku benar-benar meleset pe

    Last Updated : 2023-01-01
  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 47b

    "Emang kenapa, sih? Tibang cuma ngajakin makan malam doang. Udah gitu aku tolak. Kamu yang heboh. Heran deh." Aku sedikit mendelik. "Ra, yang namanya cowok, kalau ngajakin jalan atau makan berdua gitu, itu tandanya ada apa-apanya. Ada maunya," tebak Hanan. "Enggak gitu. Dia cuma mau ngajak ngerayain kesuksesan meeting tadi siang." Aku berusaha membantah. Lalu aku pun menceritakan pengalaman presentasi tadi siang dengan sumringah. "Itu tuh memang keahlian kamu dari dulu. Tapi ngerayainnya gak perlu pake acara makan malam berdua juga kali. Kecuali rame-rame sama teman kantor." Hanan semakin sewot. "Udah deh, gak perlu dibahas. Makan malamnya juga udah aku tolak.""Bagus itu. Kalau lain kali ngajakin lagi, tolak lagi. Jangan mau dianggap gampangan. Belum ada ikatan apa-apa udah mau diajak ke sana ke mari. Apalagi malam-malam." Dia mendadak berceramah. Udah kayak ustad aja. "Baik, Pak ustad," candaku tersenyum lebar. "Malah disangka bercanda. Aku serius nih.""Iya iya. Aku juga seri

    Last Updated : 2023-01-01
  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 48a

    Melihat kemunculan Anita, pikiranku sudah ke mana-mana. Aku menebak kalau dia akan kembali berbuat rusuh. Tentunya tak akan kubiarkan dia dia berbuat onar di sini. Bikin malu keluargaku saja. Namun, nyatanya Anita hanya bersandar di mobilnya dengan bersidekap dada. Sepasang matanya menatap tajam ke arah sini. "Dia memaksa ikut," tutur Mas Hilman padaku. "Oh." Hanya itu tanggapanku."Buruan dong, Mas. Waktu kamu keburu habis kalau cuma bengong di situ," hardik Anita. "Katanya kangen anak, malah ngobrol sama mantan istri," lanjutnya dengan tatapan sinis."Ngapain di sini, Mbak? Kalau mau bikin ribut, mending pulang aja. Aku gak akan biarin Mbak bikin keributan di sini. Malu-maluin aja!" Hanan yang baru kembali dari rumah Mas Ryan berdiri di dekat Anita. Mendengar penuturan Hanan, Anita menghentakkan kakinya. "Aku bilang buruan buruan!" Anita kembali menatap Mas Hilman."Ra, aku mau ketemu Ilham," tutur Mas Hilman. "Dia di dalam, Mas. Ayo, masuk!" ajakku pada mantan suamiku itu. Ma

    Last Updated : 2023-01-02
  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 48b

    Besoknya, aku bekerja seperti biasa. Pergi pagi dan berkendara bersama para pejuang nafkah lainnya menuju tempat mengais rezeki masing-masing. Meski pekerjaan sederhana, tapi setidaknya sangat berguna untuk keluarga. Hingga tetap dijalani dengan penuh semangat. Sampai di parkiran kantor, aku langsung turun dari motor dan berjalan cepat menuju dalam gedung. "Pagi, Ra!" Aku menoleh. Ternyata Mas Ryan sudah ada di belakangku. Dia sedang berusaha mensejajarkan langkahnya dengan langkahku. "Pagi, Mas," jawabku sambil tersenyum. Kini dia sudah ada di sebelahku. "Ngomong-ngomong, terima kasih semalam nasi kuningnya. Enak banget. Apalagi kalau kamu yang anterin langsung. Pasti makin enak," tutur Mas Ryan membuatku mengernyit. "Memang ngaruh, ya? Mas ini ada-ada saja," timpalku diakhiri kekehan pelan. "Ngaruh, dong. Coba semalam kamu yang anterin, pasti langsung kebawa mimpi. Kan jarang-jarang sebelum tidur ketemu bidadari." Mas Ryan tersenyum lebar. Mendengar penuturannya, tiba-tiba p

    Last Updated : 2023-01-02
  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 49a

    Sampai di pantry, aku langsung terduduk sambil menangis terisak. Rasa haru dan bahagia yang membuncah, membuatku bingung untuk mengekspresikannya. Hingga hanya air mata yang terus berduyun menuruni pipi. "Ra, kamu kenapa? Semuanya baik-baik saja, kan?" Mbak Lina duduk di sampingku. Ia mengusap pundakku pelan. Aku menoleh. Menatapnya sebentar, lalu memeluk tubuhnya. Tangan Mbak Lina terasa mengusap-usap punggungku. "Katakan ada apa, Ra? Apa yang dikatakan Pak Ryan sampai kamu menangis seperti ini?" Mbak Lina kembali bertanya saat aku melepas pelukan. Aku menarik napas panjang sejenak. Kemudian mengusap kedua pipi yang masih basah akibat jejak jatuhnya air mata. "Aku diangkat jadi marketing kantor, Mbak," kataku antusias. "Serius, Ra?" Aku mengangguk cepat. "Alhamdulillah. Selamat, ya. Aku tau kamu wanita yang hebat. Kamu juga sebenarnya pintar. Aku ikut senang meskipun juga sedih karena harus kehilangan partner kerja sepertimu." Wajah Mbak Lina berubah sedikit murung. "Mbak jan

    Last Updated : 2023-01-03
  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 49b

    Setelah mandi dan berganti baju, aku pun menghampiri Ilham yang ada di belakang. Nampak ia sedang memberi pakan hewan ternak peliharaan bapak ditemani Hanan. Sementara bapak baru saja naik dari kolam kecil. Entah habis memberi makan ikan atau sekedar membersihkan area kolam ikan tersebut. "Tuh bunda sudah pulang!" Hanan menunjuk ke arahku saat aku sedang berjalan ke arahnya. "Yey ... bunda sudah pulang!" Ilham berlari menghampiriku. "Bunda cari-cari ternyata ada di sini," tuturku pada Ilham. Aku mencium pipinya dengan gemas. "Ilham diajak Om Hanan nemenin Kakek," jawab Ilham. "Tapi gak main kotor-kotoran, kan?" Aku memindai bajunya dari atas sampai bawah. Bersih. "Enggak dong. Kata Om Hanan gak boleh. Nanti dimarahin bunda. Ilham kan sudah mandi," jawabnya polos. "Anak pintar!" Aku mengacak rambutnya pelan. Aku pun mendekati Hanan yang masih berdiri di tempatnya. "Tebak. Aku bawa kabar apa?" tanyaku sambil menaikturunkan alis. "Emmhh ... apa, ya?" Hanan nampak berpikir. "Aku

    Last Updated : 2023-01-03
  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 50a

    Setelah memikirkannya beberapa saat, akhirnya kepalaku mengangguk juga. "Apa itu artinya iya?" Mas Ryan malah kembali bertanya. Padahal jelas-jelas aku sudah mengangguk. "Iya, Pak," jawabku. Senyum di bibir Mas Ryan mendadak terbit. Matanya pun nampak berbinar. "Baiklah. Nanti kita berangkat setelah solat magrib, ya," timpalnya. Aku mengangguk lagi tanda setuju. Mas Ryan pun langsung berbalik dan keluar dari area pantry. "Cie cie." Mbak Lina tersenyum lebar menggodaku. "Apaan sih, Mbak? Jangan berpikir yang macam-macam ya. Aku menerima tawaran Pak Ryan itu karena dia tetanggaku. Soalnya kalau berangkat sendirian aku memang takut. Ngeri. Apalagi kalau pulangnya sampai malam. Hih." Aku bergidik. "Iya iya. Aku percaya. Tapi aku yakin deh, Pak Ryan itu suka sama kamu. Emang kamu gak ngerasa ya?" Mbak Lina mendekat. Bicaranya pelan seolah takut ada yang mendengar. "Masa sih? Perasaan Mbak aja kali. Aku kan tadi udah bilang, ini tuh karena kita tetanggaan." Aku mencoba menyangkal.

    Last Updated : 2023-01-04

Latest chapter

  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 63b

    Aku menoleh. Lalu mengerlingkan mata ke arahnya. "Coba lihat jam dinding. Sudah hampir pukul enam, Sayang. Mau pas lagi tanggung tiba-tiba ada yang gedor pintu?" Hanan pun langsung tertawa ngakak mendengarnya. Hari ini, kami minta ijin pada kedua orang tuaku untuk pindah ke toko kelontongan. Dengan senang hati, ibu bapak mengijinkan. Melihat Fara, aku semakin yakin untuk pindah dari rumah ini. Karena bukan tidak mungkin, jika aku dan Hanan tetap tinggal di sini, Fara akan tersakiti melihat kemesraan kami. Menjelang siang, aku dan Hanan berangkat ke toko tanpa membawa banyak barang. Hanya baju-baju milikku, Ilham dan Hanan yang dibawa. Karena menurut Hanan, di sana sudah ada barang-barang rumah tangga yang cukup komplit. Sampai di sana, keadaan toko masih tutup karena Hanan memang sengaja libur dari kemarin. Tokonya lumayan besar. Apalagi lokasinya tepat di jalan utama dekat dengan pasar induk. "Yuk, masuk!" ajaknya padaku dan Ilham saat kami turun dari mobil. Kami pun memasuki

  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 63a

    "Bangun, Sayang. Mandi dulu." Hanan berbisik tepat di telingaku. Dia juga mengecup keningku lembut saat mata ini masih tertutup. Sejujurnya, aku sudah terbangun saat merasakan pergerakan ia yang turun dari ranjang. Hanya saja, aku ingin mengetahui bagaimana caranya dia membangunkan aku setelah apa yang terjadi semalam. Ternyata semanis ini. Aku pura-pura masih terlelap dan tak menanggapinya. Berkali-kali dia mencium pipi dan keningku bergantian. Andai aku tak menahannya, sudah dipastikan aku akan tersenyum tanpa henti karena sikap romantisnya. "Sayang ... bangun! Atau ... aku perlu mengulang apa yang sudah kita lakukan semalam?" Mendengar penuturannya, mataku langsung terbuka lebar. Lekas aku beringsut dan duduk sambil menatapnya. Hanan yang duduk di pinggir ranjang langsung tertawa kecil melihat reaksiku. "Bercanda. Sebentar lagi juga subuh," tukasnya dengan sisa tawa di bibirnya. Aku pun langsung mengerucutkan bibir sambil turun dari ranjang. "Air panasnya sudah aku tuang ke da

  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 62b

    Kami duduk saling berhadapan sambil menunggu pesanan tiba. Tidak dipungkiri, ada rasa grogi saat kembali bertemu dengannya. Apalagi saat dia terus menatapku tanpa berkedip. Rasanya pipiku sudah memerah dan memanas. "Kamu kenapa ngeliatin gitu?" tanyaku salah tingkah. Dia malah menyangga dagunya dengan tangan tanpa mengalihkan pandangan dariku. "Sebulan loh, Ra, kita gak ketemu. Aku kan udah bilang berkali-kali kalau aku kangen banget sama kamu. Apalagi, makin hari kamu makin cantik. Bagaimana mungkin aku bisa melewatkan kesempatan sebagus ini.""Ish ... udah pintar ngegombal ternyata." Aku sedikit mendelik sambil tersipu malu. "Bukan menggombal. Tapi ini kenyataan," timpalnya. "Oh, iya. Besok aku ke rumah kamu buat lamaran. Kamu juga libur, kan?" tanyanya. Aku mengangguk. Mendengar kata lamaran, jantungku kembali berlompatan. Aku serasa melayang di langit paling tinggi saking bahagianya. Hingga akhirnya pesanan bakso sampai dan kami menikmati bakso itu sambil berbincang ringan. M

  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 62a

    Aku menangis. Meremas seprai kuat-kuat untuk menyalurkan rasa sakit yang tak tertahankan. Tiba-tiba saja aku merasa tubuhku diguncang seseorang. "Ra, bangun! Kamu kenapa?" Aku membuka mata. Memperhatikan sekeliling. Hanya ada ibu yang berdiri di pinggir ranjang dengan tatapan heran. "Kamu kenapa nangis nangis jam segini?" Ibu mengulang pertanyaannya. Aku melirik jam dinding. Ternyata baru menunjuk ke angka empat dini hari. Lekas aku mengusap wajah sambil mengucap Alhamdulillah karena semua itu hanya mimpi. "Zara gak apa-apa, Bu. Cuma mimpi buruk," jawabku tersipu malu. "Walah, kamu ini. Makanya, sebelum tidur itu baca doa, biar gak mimpi buruk kayak gitu," timpal ibu sambil berbalik dan pergi meninggalkan kamarku. Saking bahagianya, semalam aku memang lupa tidak berdoa sebelum tidur. Mungkin itulah sebabnya aku bisa mimpi mengerikan seperti itu.Untuk menenangkan debaran jantung yang masih belum beraturan, aku pun turun dari ranjang lalu mengambil air wudu. Setelahnya, aku meng

  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 61b

    Tidak terlalu banyak percakapan di antara kami. Karena otakku juga sibuk memutar ulang momen yang baru saja terjadi. Momen bahagia yang membuatku berbunga-bunga dan tersipu tanpa sadar. Bahkan, saat kembali melanjutkan pekerjaan pun, bayang-bayang itu tak kunjung hilang dari ingatan. Membuatku sudah merindukan Hanan padahal baru berpisah beberapa jam yang lalu. Sore menjelang. Waktu pulang pun sudah tiba. Sebelum bersiap, aku mengecek ponsel untuk melihat pesan yang masuk. Karena dari tadi aku sudah gelisah menunggu kabar dari Hanan yang tak kunjung muncul. Aku menghela napas pelan saat mengetahui kalau Hanan tak mengirim pesan sama sekali. Rasa kecewa membuat dadaku tiba-tiba sesak. Namun, baru saja aku akan kembali memasukkan ponsel ke dalam tas, getarannya membuatku urung. Saat dilihat, mataku langsung berbinar melihat siapa yang mengirim pesan.[ Maaf baru ngabarin. Tadi ponselku lowbat dan mati. Alhamdulillah aku sudah sampai dengan selamat. Kamu sudah pulang belum?][ Alhamdu

  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 61a

    Laju air mata mengalir semakin deras setelah mendengar penuturan Hanan. Kakiku rasanya lemas tak bertulang hingga hampir ambruk andai tak ada kursi yang langsung menopang tubuhku. Aku terduduk di kursi itu dengan perasaan campur aduk. "Ra ...!" Mas Ryan mendekat. Tangannya hampir memegang pundakku andai tanganku tak langsung memberi kode agar ia jangan melakukan hal itu. "Tapi kenapa, Han? Bukannya kamu sendiri pernah bilang, kalau kamu gak akan pernah pergi jika aku mengatakan perasaan yang sebenarnya." Aku kembali menatap Hanan yang masih berdiri di tempatnya. "Maaf, Ra. Aku sudah janji ke perusahaan akan segera kembali untuk mengurus semuanya," jawab Hanan."Maksudnya? Mengurus apa? Lalu aku dan Ilham?" Aku semakin terisak. Perih sekali rasanya mengetahui Hanan tetap akan pergi dan tak akan mengurungkan niatnya."Justru karena hal itulah aku terpaksa harus pergi. Pihak perusahaan memintaku untuk tetap stay di sana. Jika aku menolak, aku diminta untuk mengundurkan diri. Dan aku,

  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 60b

    Setelah selesai solat dan tadarus sebentar, aku mengecek ponsel. Mungkin saja Hanan mengirimkan pesan padaku. Nihil. Hanya ada beberapa pesan grup yang masuk. Aku pun memandangi layar ponsel cukup lama. Berpikir untuk mengirim pesan padanya lebih dulu. Setelah menimbang-nimbang, aku pun menyingkirkan sedikit egoku untuk mengirim pesan padanya lebih dulu. [Han, kenapa belum pulang? Semuanya baik-baik saja kan?] Aku pun mengirimkannya dengan jantung berdebar. Cukup lama pesan itu hanya centang satu. Menandakan nomornya sedang tidak aktif. Aku pun semakin dilanda gelisah dan kekhawatiran. Takut terjadi sesuatu yang buruk padanya. Hingga setelah melaksanakan solat isya, barulah layar ponsel itu memendarkan cahaya. Aku langsung mengambilnya. Mataku berbinar saat tahu itu adalah balasan dari Hanan. Gegas aku pun membukanya dengan tergesa. [ Aku di rumah ibu, Ra. Sepertinya aku akan menginap di sini. Semuanya baik-baik saja kok. Gimana kabar kamu sama Ilham hari ini? Sepi banget rasanya

  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 60a

    Aku sempat tertegun sesaat setelah mendengar penuturannya. Hingga kemudian aku tersadar bahwa Fara memang benar-benar telah mengucapkan hal demikian saat menatap wajahnya yang memang terlihat serius tanpa candaan seperti biasanya. Aku memaksakan senyum meski kecil. "Kamu ngomong apa, sih, Far?" "Aku serius, Mbak. Aku sudah tau kalau sebenarnya Mbak sama Kak Hanan itu saling mencintai. Waktu Mbak dan Kak Hanan bicara berdua sore itu, aku sebenarnya mendengar perbincangan kalian di balik pintu rumah. Aku juga sudah tanyakan langsung hal ini pada Mbak Rima. Tadi siang aku ke rumahnya. Dan Mbak Rima membenarkan hal itu," jawab Fara dengan wajah yang masih nampak sedikit sendu. "Awalnya aku sempat marah, kecewa, juga sedih. Tapi akhirnya aku sadar, akulah yang berada di tengah-tengah antara Mbak Zara dan Kak Hanan. Kalian saling mencintai satu sama lain. Apalagi Kak Hanan, dia mencintai Mbak sejak lama. Mana mungkin aku bisa memaksakan seseorang yang sama sekali tidak mencintaiku. Ayola

  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 59b

    Pagi ini aku harus kembali bekerja. Meski pikiran masih sedikit kacau karena semua yang terjadi, namun, hidup harus tetap dijalani dengan penuh semangat. Ada orang-orang yang harus aku bahagiakan. Di sebrang sana, Mas Ryan pun nampak sudah siap. Sepertinya dia juga hendak berangkat kerja karena sudah rapi dengan kemeja yang melekat di tubuh atletisnya. Penasaran dengan nasib Nisya, aku pun menghampirinya."Pagi, Mas," sapaku ramah. "Hai. Pagi." Mas Ryan berbinar melihatku. "Nisya gimana? Di mana dia sekarang?" tanyaku. "Tadi pagi udah aku anterin ke sekolahnya. Aku titipkan ke gurunya. Nanti sore aku jemput lagi," jawabnya. "Alhamdulillah kalau gitu, Mas. Jadi gak terlalu khawatir," timpalku sambil tersenyum. "Kalau ... Mbak Anita?" "Mungkin nanti istirahat aku akan melihat keadaan dia. Mau ikut?" tawarnya. "Oh, enggak sepertinya, Mas," tolakku. "Ya sudah kalau gitu. Aku juga mau berangkat soalnya." Aku buru-buru berbalik dan kembali ke halaman rumahku. Saat sampai di teras u

DMCA.com Protection Status