Share

SUAMI YANG BERPURA-PURA MENCINTAIKU
SUAMI YANG BERPURA-PURA MENCINTAIKU
Penulis: Nona_Lyanna

Bab 1

Judul: Suami yang berpura-pura mencintaiku

 

Part:  1

 

***

Malam ini adalah anniversary pernikahanku dengan Bang Zacky yang ke tiga tahun. Kami belum diberikan keturunan, dan suamiku sangat pengertian. Dia tak pernah mempersoalkan. Katanya cepat atau lambat memiliki momongan, tetap tidak akan merubah kehangatan dalam rumah tangga kami. 

 

Bisa dibayangkan betapa sempurnanya sikap suamiku? Tentunya aku menjadi wanita yang paling bahagia dan beruntung bisa menikah dengannya.

 

“Dik, lihatlah siapa yang datang!” seru Bang Zacky seraya menunjuk ke arah depan.

 

Aku tersenyum menyambut wanita yang tinggi semampai itu mendekat ke mari. Di sebelahnya ada seorang lelaki yang menggandeng mesra tangannya. Dia adalah Sundari, wanita yang parasnya biasa saja, tapi juga sangat beruntung karena dicintai sepenuh hati oleh suaminya, Joni.

 

“Maaf, telat. Di rumah Mas Joni ada tamu tadi. Jadi saya menunggunya terlebih dahulu.” Tutur kata yang keluar dari mulut Sundari mampu melenakan siapa saja yang mendengarnya. 

 

Ya, karena suaranya sangat lembut, serta senyuman di wajahnya tak pernah pudar setiap kali dia berbicara. Sundari memang biasa saja, tapi auranya terkesan berbeda. Aku menyadari itu.

 

“Gapapa, santai saja! Memang sudah seharusnya seorang istri lebih mengutamakan suami,” ujar Bang Zacky.

 

Sundari dan Bang zacky bersahabat sejak SMA. Mereka sangat akrab. Aku sempat tak mempercayai ada ikatan pertemenan yang begitu tulus antara laki-laki dan perempuan, tetapi setelah menyaksikan sendiri bagaimana mereka menjalin persahabatan, aku jadi kagum dan percaya.

 

“Sundari memang istri terbaik di dunia ini. Saya sudah memintanya pergi duluan, karena tak enak terlambat di acara sahabat karibnya, tapi dia menolak. Katanya tak mau melangkah tanpa saya,” sambung Joni.

 

“Beruntung sekali Pak Joni memiliki Sundari,” pujiku seraya mengukir senyum kagum.

 

“Mari dinikmati hidangannya. Gapapa lah yang lain sudah bubar, jadi kita bisa lebih leluansa bercerita.”

 

“Benar sekali, Zacky. Oya, bagaimana dengan bisnis kosmetik terbaru yang akan kamu luncurkan itu?” tanya Sundari.

 

Keningku mengernyit tak mengerti. Bisnis kosmetik? Kenapa aku tak mengetahuinya? 

 

Apa Bang Zacky belum sempat memberitahuku? Akan tetapi, kenapa Sundari bisa tahu?

 

“Ah, iya … sudah proses peluncuran. Mungkin dalam waktu beberapa minggu ini akan segara louncing.”

 

Aku mulai merasa janggal. Hal sepenting itu, tapi suamiku tak membicarakannya padaku. Padahal selama ini dia selalu membagi apa saja denganku.

 

Dering ponsel Pak Joni berbunyi. Dia seketika menjawab panggilan dan menjauh dari kami. 

 

Beberapa menit kemudian ia kembali, “Maaf, sayang … Mas ada urusan penting. Kamu mau pulang atau di sini saja dulu? Hem, tapi mending di sini, karena di rumah pasti suntuk sendirian,” papar Pak Joni.

 

Suami Sundari itu memang sangat sibuk. Tak jarang Sundari ditinggal seorang diri. Namun, aku cukup salut karena Sundari tak pernah mengeluhkannya sama sekali. Bahkan usia mereka terpaut jauh. Pak Joni sudah menginjak kepala lima, sedangkan Sundari seumuran denganku dan Bang Zacky.

 

“Saya di sini saja, Mas. Hati-hati di jalan, ya! Apa malam ini Mas pulang?”

 

“Sepertinya Mas akan langsung pulang ke apartemen saja. Ada pekerjaan pagi sekali besok, jadi dari sana akan lebih dekat.”

 

“Baiklah, Mas.”

 

Pak Joni berlalu, kini hanya tinggal kami bertiga.

 

“Ariyana, saya boleh numpang ke toilet?”

 

“Tentu saja. Aku akan mengantarkanmu.”

 

“Tidak perlu repot-repot! Saya bisa sendiri. Kamu arahkan saja di mana letak toiletnya!”

 

“Baiklah, kamu tinggal lurus, terus nanti ke kiri.”

 

“Terima kasih, Ariyana.”

 

Aku mengangguk seraya menoleh ke arah Bang Zacky yang tampak mengotak-ngatik ponselnya.

 

“Bang, produk baru yang Abang jalani, kenapa tak pernah menceritakannya padaku? Kenapa Sundari lebih tahu?” tanyaku menyelidik. Aku tak tahan lagi menyembunyikan kekecewaanku.

 

“Jangan marah dulu, Dik! Abang memang sengaja merahasiakannya darimu. Sebenarnya Abang akan memberi kejutan ketika bisnis baru ini louncing nanti. Eh, Sundari yang terlalu jujur itu malah membuka semuanya,” papar Bang Zacky.

 

Aku tersipu malu. Harusnya aku tak berpikir macam-macam. Selama ini suamiku memang penuh dengan kejutan. Dia romantis sekali.

 

“Ah, Abang. Aku sayang banget samamu, Bang.”

 

“Abang juga sayang kamu, Dik.”

 

Setelah mendapat penjelasan yang memuaskan dari Bang Zacky, aku pun meminta izin ke kamar sebentar. Aku sudah gerah memakai gaun pesta, jadi aku ingin berganti baju.

 

“Bang, nanti kalau Sundari kembali, bilang aku ganti pakaian, ya! Abang di sini saja! Temani dia.”

 

“Iya, Dik.”

 

***

Aku ke kamar, dan langsung mengganti baju. Namun, aku tak jadi keluar saat melihat laptop kerja suamiku tak ditutup. Layarnya memang sudah mati, tapi rasanya tak sah jika tak ditutup.

 

Ketika aku menyentuhnya, laptop itu menyala. Bang Zacky memang tak pernah mengunci apa saja barang pribadi miliknya. Antara kami tak ada yang ditutupi.

 

‘Email.’ Aku bergumam sendiri saat mendapati akses terakhir suamiku pun belum dikembalikannya. Aku iseng mendekatkan wajahku ke layar laptop, karena akhir-akhir ini penglihatanku sedikit bermasalah. Namun, aku dapat pastikan nama dari email teratas yang berbalas pesan dengan Bang Zacky itu adalah Sundari.

 

[Saya sudah berusaha menjadi suami yang terbaik untuk Ariyana, tapi rasanya tetap saja gagal. Sebab hati saya, pikiran saya masih selalu tertuju padamu.]

 

Apa ini? Mataku membelalak membaca pesan yang dituliskan suamiku itu pada sahabatnya. Aliran darah seakan terhenti. Tenggorokanku tercekat dan tak bisa mengeluarkan suara sama sekali. Padahal saat ini aku ingin berteriak.

 

[Kita sudah memiliki kehidupan masing-masing, Zacky. Tidak pantas jika kamu mengatakan tentang perasaanmu itu. Cukup pendam dalam hati saja, atau kalau perlu kubur semua rasa yang salah itu!]

 

Balasan dari Sundari lagi-lagi membuat aku tercengang, Dia memang berhati lembut, tapi bagaimana mungkin Bang Zacky mencintainya secara diam-diam? Sejak kapan perasaannya itu ada?

 

[Saya memang payah! Dulu nyali saya sangat kecil untuk mengungkapkan isi hati saya padamu, hingga lelaki tua bangka itu lebih dulu meminangmu. Saya pikir, setelah menikahi Ariyana rasa cinta saya akan berpindah, tetapi nyatanya sampai sekarang saya masih saja mencintaimu. Sundari … saya tersiksa hidup seperti ini.]

 

Air mataku jatuh berderai. Sesak di dadaku sudah tak tertahan. Aku terguncang dengan isak tangis yang tak berani mengeluarkan suara. Suami yang aku banggakan, selalu aku yakini sempurna, ternyata tersiksa menjalani rumah tangga denganku yang tanpa cinta.

 

Tuhan … hancur sekali hatiku sebagai seorang istri. Tiga tahun pernikahan kami, sekali pun Bang Zacky tak pernah berkata kasar padaku, tak pernah membentakku, tak pernah mengukir luka di hatiku. Namun, malam ini duniaku remuk redam. Warna di hidupku seketika redup.

 

Aku terkulai lemah menutupi wajahku yang sudah basah. 

 

“Dik, kenapa lama sekali?” Suara menggema di luar kamar. Aku dengan cepat berlari ke dalam kamar mandi. 

 

Kubasuh muka ini, kemudian aku beristighfar berkali-kali untuk menenangkan hati sendiri. Detik berikutnya aku berjalan dengan pelan. 

 

“Bang, maaf. Kepalaku mendadak pusing. Aku tak kuat keluar,” desisku mencoba menahan sesak yang masih terasa.

 

“Lho … Adik sakit? Abang teleponkan dokter ya? Adik istirahat saja! Abang akan memberitahu Sundari,” ucapnya dengan lembut dan terdegar penuh kasih sayang seperti sebelumnya.

 

Namun, sekarang aku sudah tak terbuai lagi dengan kemanisan apa pun yang dikatakan bang Zacky. Aku telah terluka parah, entah dotker mana yang mampu merawat lukaku ini?

 

Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status