Share

Bab 4

Judul: Suami yang berpura-pura mencintaiku

 

Part: 4

 

POV Ariyana.

 

Malam ini aku ditinggalkan Bang Zacky seorang diri. Ah, tidak! Sekarang aku sudah memiliki asisten rumah tangga. Jadi aku bukan sendirian, tetapi rasanya tetap saja sepi.

 

Di dalam kamar ini mataku enggan terpejam. Aku bangkit dan membuka laptop kerja suamiku. 

 

Ya, tentu saja niatku ingin mengecek email yang terbaru dari Sundari dan dirinya.

Namun, ternyata email terakhir yang Bang Zacky kirim tak dibalas Sundari. Aku kembali menutup laptop dan segera berbaring memejamkan mata.

 

Saat ini rasa sakitku sangat sulit disembunyikan. Bahkan sikapku tak bisa seperti biasanya lagi.

 

***

Pagi harinya Bang Zacky pulang bersama Mamanya. Wanita paruh baya yang menyayangi aku bagai Putrinya sendiri itu tersenyum sumringah seraya memeluk tubuhku.

 

“Alhamdulillah, sayang. Mama sangat senang mendengar berita kehamilanmu,” ujarnya dengan suara yang bergetar. Sepertinya beliau menangis.

 

“Iya, Ma. Aku juga bahagia sekali diberi kepercayaan untuk menjadi seorang Ibu,” sahutku.

 

“Abang langsung ke kantor ya, Dik! Kalian bisa kangen-kangenan berdua. Nanti pulangnya Abang belikan camilan kesukaanmu, Dik.”

 

“Hati-hati di jalan, Bang.”

 

“Iya, Dik.”

 

 

Seperginya Bang Zacky, aku dan Mama duduk di sofa berbincang-bincang.

 

“Apa semalam kalian bertengkar?” tanya Mama memulai pembahasan.

 

Aku mengerutkan kening mendengar petanyaan dari Mama mertuaku tersebut. 

 

Seingatku semalam semua baik-baik saja sebelum Bang zacky meninggalkan rumah.

 

“Kami tak bertengkar sama sekali, Ma. Kenapa Mama menanyakan ini?”

 

“Syukurlah kalau kalian tidak ribut. Cuma aneh saja sikap Zacky semalam. Dia tak mengajak Mama bicara seperti biasanya. Malah langsung ke kamar dan tak mau diganggu,” papar beliau pula.

 

Aku berdeham pelan merespon ucapan Mama. Bahkan, aku tak tahu apa yang sedang dialami suamiku hingga ia bersikap demikian. Beberapa hari terakhir, tepatnya sejak aku mengandung, Bang Zacky terlihat lebih dingin dan tak menceritakan kegiatannya seperti sebelumnya. 

 

Dadaku sesak mengingat mesranya email yang Bang Zacky tuliskan untuk Sundari. Hingga, tak sadar air mataku menetes di hadapan Mama.

 

“Ariyana … kenapa, Nak? Kamu pasti menyembunyikan seseuatu dari Mama kan? Kalian pasti bertengkar. Dengarkan Mama, sayang! Dalam rumah tangga itu sangat biasa terjadi pertengkaran-pertengkaran kecil. Kita harus bijak menyikapinya, agar masalah yang bermula kecil itu tidak menjadi besar. Terkadang, kita sebagai wanita ini memang butuh teman berbagi, dan Mama siap mendengarkanmu, sayang!”

 

Aku semakin tergugu mendengar nasihat Mama mertua. Lalu, aku berpikir apakah baiknya aku ceritakan saja pada beliau? Toh selama ini kami sudah sepakat, jika ada masalah, maka aku akan membagi pada Mama mertuaku, dan sebaliknya, Bang Zacky akan meminta solusi pada kedua orang tuaku.

 

“Ma ….” Intonasi suaraku sumbang. Serak karena menahan sesak yang menumpuk di dalam dada. Kenyataan pilu ini memang tak sanggup aku sembunyikan lagi. “Aku minta maaf, Ma. Jika, selama ini aku banyak kekurangan, tetapi bukankah manusia tak ada yang sempurna?”

 

“Ada apa, sayang? Bahkan Mama ingin sekali mencari celah di mana letak kekuranganmu sebagai menantu. Mama tak menemukannya. Mama beruntung dan bangga memilikimu dalam keluarga ini. Ceritakan apa masalamu, Nak?” 

 

Mertuaku itu memang sangat lembut dan penyayang. Rasanya jiwa ini sedikit tenang saat bicara dengannya.

 

“Bang Zacky, Ma ….”

 

“Kenapa dengan Zacky? Apa yang dilakukannya, Nak? Bilang ke Mama! Nanti Mama pasti memarahinya atau menjewer telinganya karena nakal, hingga membuat istrinya yang cantik ini menangis.”

 

Aku menarik napasku dalam-dalam dan mencoba menghembuskan kembali secara perlahan. Kepalaku berdenyut nyeri mengingat lagi kenyataan pahit yang harus aku ceritakan pada Mama.

 

“Bang Zacky tak mencintaiku, Ma. Ada perempuan lain dalam hatinya. Dia tak merasa bahagia hidup denganku,” paparku berderaian air mata.

 

Dadaku semakin sesak, pemandanganku pun mulai gelap. Aku beristighfar berkali-kali agar diri tetap kuat.

 

“Bagaimana mungkin, Ariyana? Selama ini Zacky terlihat sangat menyayangimu. Siapa yang mengatakan omong kosong itu, Nak? Tolong jangan cepat terhasut. Mama yakin orang itu hanya ingin mempecah-belah rumah tanggamu, sayang.”

 

Aku memaklumi tanggapan Mama, karena memang selama ini sikap Bang Zacky sangat baik dan seolah rumah tangga kami berjalan bahagia. Ternyata hanya aku yang merasa bahagia sebab memilikinya. Namun, sebaliknya, Bang zacky malah memimpikan sosok lain dalam hidupnya.

 

“Aku tidak mendengar dari omongan orang, Ma. Aku tak sengaja membaca percakapan Bang Zacky dengan perempuan itu. Bang Zacky sudah puluhan tahun menyimpannya dalan hati, dan masih hingga hari ini. Bang Zacky juga bilang, dia tak mampu memindahkan cintanya untukku, Ma.” Aku tergugu seraya menutup wajahku dengan kedua telapak tangan.

 

Gerakan dadaku naik turun menahan isak tangis kepedihan. Tuhan mengujiku di luar batas kemampuan kali ini. Duniaku sudah tak bewarna. Ternyata cinta mampu menghancurkan manusia seketika.

 

Mama mertua langsung meraih tubuhku dalam pelukannya. Beliau turut menangis sambil membelai lembut wajahku. 

 

“Mama tak menyangkanya, Nak. Maafkan, Mama! Zacky benar-benar dalam kebutaan. Cinta yang halal dia abaikan, dan malah mengejar cinta yang jelas bukan takdirnya. Apa masalah ini sudah kau bicarakan pada Zacky secara langsung, sayang?” 

 

Aku menggeleng lemah, dan berseru,” Belum, Ma. Aku takut tak kuat mendengar pengakuan Bang Zacky nantinya. Sebab, selama tiga tahun pernikahan, Mama tahu sendiri kalau kami sangat jarang bertengkar.”

 

“Akan tetapi, masalah ini perlu dibicarakan dan harus menemukan solusi. Mama tidak bermaksud ikut campur. Namun, letak kesalahan berasal dari Putra Mama, jadi Mama juga akan ikut andil dalam hal ini, Ariyana. Katakan siapa perempuan selingkuhan suamimu itu, Nak?”

 

Selingkuhan? Apa pantas Sundari disebut sebagai selingkuhan? Sedangkan dirinya selalu mengingatkan yang terbaik untuk suamiku. Hanya saja, bang Zacky sendiri yang masih menggilainya.

 

“Dia Sundari, Ma. Sahabat bang Zacky. Dia bukan selingkuhan suamiku, Ma. Sundari tidak merespon, dan dia setia pada suaminya. Di sini masalahnya hanya di diri Bang zacky. Cintanya yang besar dan sudah tunbuh lama membuatnya hilang kendali. Aku tak sanggup membayangkan lagi mesra kata-kata yang Bang zacky kirimkan untuk Sundari. Sungguh itu sangat melukaiku sebagai seorang istri.”

 

Mata Mama membesar mendengar nama itu. Ya, tentu saja nama yang tak asing baginya, karena Sundari juga cukup dekat dengan Mama.

 

“Sundari Saraswati?” tanya Mama seraya memegangi kepalanya sendiri. 

 

Aku yakin Mama juga tak menyangkanya. 

 

“Iya, Ma. Perempuan baik hati yang selalu lembut tutur katanya. Kenapa harus dia? Bahkan aku tak mungkin mampu membencinya,” desisku menjatuhkan lagi pelukan di tubuh mertuaku.

 

Kami menangis bersama. Entah apa yang akan diputuskan ke depannya. Aku belum sanggup membuat pilihan. Terlebih kondisiku sedang berbadan dua.

 

 Hal yang seharusnya membuat bahagia sekeluarga, tapi nyatanya hanya aku yang menginginkannya. Suamiku mendamba cinta lain, cinta yang tak halal baginya.

 

Bersambung.

 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status