Share

Part 34–Dijual?

Penulis: Airi Mitsukuni
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-04 11:48:11

"Persiapan buat apa, Dek?"

Bapak mendelik tajam mendengar pertanyaanku.

Aku berpaling. Lebih enak memandang Nurma yang selalu menyungguhkan senyum manisnya.

"Buat syukuran hari ulang tahunku, Mas."

"Ulang tahunmu?" Aku terdiam sejenak berpikir. "Oh, iya. Sebentar lagi 'kan kamu ulang tahun, ya." Aku menepuk jidat.

Aku memang belum pernah sekalipun merayakan ulang tahun Nurma atau memberi hadiah spesial. Bahkan selalu lupa tanggal kelahirannya. Jauh berbeda dengan Nurma. Setiap kali aku bertambah usia, dia pasti memberikan kejutan di tengah malam. Meskipun begitu, dia tak pernah protes atau marah.

"Maaf, ya, Dek. Mas lupa."

"Memangnya apa yang pernah kamu ingat tentang Nurma? Enggak ada!" tukas Bapak.

"Pak," tegur Nurma lembut.

Aku hanya berdehem pelan dengan perasaan tak enak. Bagaimanapun juga, aku tak bisa marah atau membantah karena yang dikatakannya itu benar. Aku terlalu sibuk dengan masa lalu. Hingga membuatku abai dengan kehadiran wanita yang setia dan sabar mendampingi.

"Ya su
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Enny Ah
agak panjangan thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • STATUS GALAU SUAMIKU   Part 35–Ke mana?

    Waktu terasa berjalan cepat. Kini, usia bayi kami sudah hampir satu bulan. Dulu aku senang karena setiap pulang kerja, ada senyum dan pelukan hangat Nurma yang menyambutku. Senyum yang mampu menghilangkan penat dan lelah. Kini, tak hanya senyum dan pelukan dia, semangatku untuk segera tiba di rumah semakin meningkat sejak kehadiran Alan —putra kecil kami.Aku selalu tak sabar ingin menggendong dan menciumi pipi chubbynya. Kehadiran Alan berhasil membuatku semakin yakin tentang perasaanku untuk Nurma yang selama ini masih abu-abu.Entah sejak kapan pastinya. Kini, setiap hari aku dilanda rindu melihat senyum dan wajah Nurma saat aku sedang bekerja. Hal itu membuat sikapku terhadap Lidya berubah drastis. Semakin tak acuh walau dia masih membutuhkan teman curhat.Bukan tidak ingin menolong atau memberi dukungan. Hanya saja, aku tidak mau hal itu merusak keharmonisan rumah tanggaku lagi. Sudah cukup aku di

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-05
  • STATUS GALAU SUAMIKU   Part 36–Mobil Hitam

    "Hapenya di sini. Lah, orangnya di mana? Apa lagi pergi keluar sama Ibu, ya?" gumamku seraya meletakkan ponselku dan ponsel Nurma di meja. "Benar. Palingan lagi pergi sama Ibu. Mending aku mandi dulu, deh. Biar pas dia pulang udah wangi."Usai membersihkan diri, tak lupa kusemprotkan parfum hadiah dari Nurma dulu. Kutatap bayangan diri sendiri melalui cermin sambil tersenyum."Enggak kalah ganteng, kok, sama si dokter tukang caper itu," gumamku seraya menyugar rambut tebal ini.Apa dia berpikir kalau Nurma akan jatuh hati karena kebaikan dan wajah blasterannya itu? Dasar tukang mimpi. Dia mungkin bisa berpura-pura baik dan peduli, lalu berhasil merebut hati Bapak, tapi tidak dengan hati Nurma.Nurma milikku dan akan selamanya begitu. Tidak mungkin pria itu sanggup bersaing karena Nurma cinta setengah mati padaku. Buktinya, apa pun kesalahan yang kulakukan pasti selalu dimaafkan.Namun, itu dulu. Sekarang, aku tidak akan mengulangi kebodohan itu lagi. Ketulusan cinta dan pengabdiannya

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-06
  • STATUS GALAU SUAMIKU   Part 37–Kabur?

    Mama dan Papa sudah duduk menunggu di kursi teras saat aku tiba di rumah. Dengan napas sedikit ngos-ngosan, kuhampiri mereka yang menatap khawatir."Gimana? Sudah ada info, Di?""Kata Pak Joko, tadi siang dia sempat lihat mereka pergi dijemput mobil hitam, Ma," jawabku seraya membuka kunci, lalu masuk diikuti keduanya."Mobil hitam? Siapa yang jemput? Terus, mereka mau ke mana?" cecar Mama yang sedikit membuatku kesal."Kalau tahu, mana mungkin juga aku nyariin mereka, Ma.""Iya, ya. Terus gimana, dong?" tanya Mama khawatir."Tenang dulu. Siapa tahu mereka lagi ada perlu atau pulang ke kampung. Tapi lupa ngabarin. Sudah coba telepon bapaknya belum?" kata Papa.Aku menggeleng."Sekarang kamu telepon. Barangkali saja memang bapaknya yang jemput Nurma karena rindu."Aku mengangguk, lalu

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-07
  • STATUS GALAU SUAMIKU   Part 38–Jangan Bohong

    Ada saja yang menghambat perjalananku. Bukan hanya ban mobil yang bocor dua kali. Bahkan mesin mobilnya pun tahu-tahu mendadak mati. Terpaksa aku menelepon mobil derek dan membawanya ke bengkel. Cukup memakan biaya besar juga menyita waktu. Untung saja, aku baru gajian.Sekitar pukul tujuh pagi, aku baru tiba. Kuparkirkan mobil di lahan kebun kosong yang letaknya tak jauh dari rumah Nurma. Langkah ini sempat terhenti sejenak di depan pagar saat melihat lampu terasnya menyala.Hatiku berbisik bahwa mereka tak ada, tapi aku dengan cepat menggeleng dan mencoba tetap berpikir positif. Mungkin saja mereka masih tidur karena lelah."Assalamu'alaikum!" Kuketuk pintunya, lalu mengintip ke dalam rumah melalui jendela. Sayangnya gorden yang tertutup rapat menghalangi pandangan."Dek? Ini mas, Dek. Buka pintunya!" Lagi. Kuketuk pintu ini dengan sedikit lebih keras daripada tadi."Ibu! Bapak! Assalamu'alaikum!" seruku, tapi tak ada sahutan sama sekali.Bagaimana ini? Jika benar mereka tak ada, ak

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-08
  • STATUS GALAU SUAMIKU   Part 39–Adu Jotos

    Satu hantaman berhasil mendarat di pipinya. Membuat wajahnya berpaling dan terhuyung beberapa langkah ke belakang."Katakan di mana istriku, Widi! Kamu bersekongkol dengan Bapak untuk memisahkan kami kan, huh?"Kucengkeram kembali kerah kemejanya, lalu memukul lagi beberapa kali sambil terus menanyakan keberadaan Nurma. Dokter Widi tak tinggal diam. Giliran aku yang terjengkang ketika dia balas memukul dan mendaratkan tendangannya di perut."Kamu benar-benar sudah kelewatan! Aku dari tadi sudah coba sabar, ya! Pergi kamu dari rumahku sekarang juga!" hardiknya dengan tatapan tajam dan telunjuk mengarah ke pintu.Aku tersenyum sinis, lalu kembali menatapnya tajam. "Aku enggak akan pergi sebelum kamu katakan di mana istri dan anakku!"Aku menoleh ke belakang saat mendengar langkah kaki orang. Para tetangga mulai berdatangan karena mendengar keributan kami.

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-09
  • STATUS GALAU SUAMIKU   Part 40—Sesal Tiada Guna

    "Untuk apa? Untuk menertawakanku yang terlihat bodoh?" ujarku seraya menatapnya dingin.Pria dengan luka lebam di wajahnya itu terkekeh pelan, lalu berjalan mendekat. Dia berdiri tepat di hadapanku dengan raut wajah tenangnya walau aku memasang raut wajah masam."Kamu berutang maaf padaku." Dia tersenyum tipis seraya menyentuh sudut bibirnya yang sedikit sobek.Aku mendecih, lalu menatapnya sinis. "Aku enggak akan minta maaf. Pukulan itu pantas kamu dapatkan karena sudah berani mencintai istri orang."Dokter Widi tertawa kecil tanpa mempedulikan luka di bibirnya, lalu menatapku lagi."Mencintai seseorang itu wajar karena itu hak setiap manusia. Tapi menjadi enggak wajar kalau kita nekat merebutnya dari orang lain."Kami saling bersitatap tegang karena perkataannya berhasil memantik emosi lagi. Namun, dahiku sontak mengernyit ketika melihatnya justru tertawa kecil seraya menggeleng."Kamu tenang saja. Jangan diambil serius kata-kataku barusan.""Ck, enggak lucu!" Aku menepis tangannya

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-10
  • STATUS GALAU SUAMIKU   Part 41—Tak Seburuk yang Dikira

    Aku menangis tanpa suara sampai dada terasa sesak. Tak pernah aku secengeng ini apalagi menunjukkannya di hadapan orang lain."Kamu enggak tahu, gimana sakit dan terlukanya hati seorang ayah melihat putri kesayangan terus menerus disakiti pria yang dicintainya. Kamu enggak tahu, gimana memilukannya tangisan Pak Dedi di depanku. Aku bahkan ikut merasakan sakit hatinya saat melihat beliau menangis sesenggukan.""Mungkin beliau terlihat garang dan kuat di hadapanmu atau orang lain. Tapi di belakang ... beliau rapuh. Rapuh saat melihat putri satu-satunya selalu bersedih karena ulah suaminya. Nurmalah kelemahan Pak Dedi. Kamu enggak hanya menghancurkan hati Nurma, tapi hati satu keluarga. Kepercayaan yang sudah mereka berikan malah kamu anggap lelucon."

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-11
  • STATUS GALAU SUAMIKU   Part 42–Diceramahi

    Sepulangnya dari desa, aku tak keluar kamar sama sekali walau Papa Mama berganti-gantian memanggil. Aku belum siap menjelaskan pokok utama masalah ini yang menyebabkan Nurma dan orangtuanya pergi entah ke mana.Jika Papa tahu, sudah pasti aku akan habis dimarahinya. Dulu mungkin Papa masih bisa sabar dan tenang. Akan tetapi, masalah kali ini berbeda karena kebodohanku menyebabkan nyawa anak dan istri dalam bahaya.Nomor baru Bapak yang diberikan Dokter Widi pun malah ikut tidak aktif ketika kembali coba kuhubungi.Kenapa jadi serumit ini? Apa yang harus kukatakan? Haruskah aku memberikan alasan lain pada Mama Papa?Kuhabiskan waktu siang dengan duduk termenung memandangi fotoku bersama Nurma dan bayi kami. Membuat air mata tak terasa kembali menetes dan jatuh di atas foto yang sedang kupegang. Rasanya ternyata seperih dan sesakit ini.Ketika hati mulai terpatri namanya, Nurma malah pergi mencampakkanku. Ketika cinta ini mulai tumbuh subur, pun hati selalu berbunga-bunga hanya dengan m

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-12

Bab terbaru

  • STATUS GALAU SUAMIKU   Part 84–Ending

    Aku dan Mas Widi sontak terdiam. Saling melempar pandang, lalu cekikikan bersama saat mendengar Mama berseru dari luar kamar. Memang selama tiga hari ke depan, Mama Papa akan menginap di sini. Baru siang tadi keduanya datang."Mas, sih!" Aku melepaskan diri, lalu mencubit pinggangnya dengan gemas hingga gantian dia yang menggeliat geli."Kamu duluan yang mulai," balasnya tak mau kalah. "Pokoknya kamu masih utang ciuman plus bonusnya. Ayo sini!" Dia menarikku menuju ranjang."Aduh-aduh ... aku kebelet, Mas. Mau ke kamar mandi dulu.""Kamu pikir mas percaya?" Dia malah tertawa dan terus menarikku. Hingga akhirnya, tubuh ini sudah berada dalam kendalinya tanpa bisa aku melawan.🌺🌺🌺Hari yang ditunggu pun tiba. Sebenarnya meminta jalan-jalan hanyalah alasan semata. Ada kejutan yang ingin kuberikan biarpun ini lebih cepat satu minggu dari hari ulan

  • STATUS GALAU SUAMIKU   Part 83–Sertifikat Tanah

    "Eungh." Aku bergumam pelan, menggeliat malas saat merasakan sentuhan lembut beberapa kali di pipi.Tanpa mengindahkan sentuhan itu, aku malah semakin merapatkan selimut dan memeluk guling erat. Cukup lama menghabiskan waktu bersama Mas Widi tadi, membuat mata ini enggan untuk terbuka.Namun, lagi-lagi tidurku terganggu dan bergidik geli ketika merasakan tiupan di dekat telinga."Bangun, Sayang," bisiknya lembut.Aku berbalik, mengucek mata yang masih terasa lengket dan mendapati Mas Widi sedang duduk di tepi ranjang sambil tersenyum. Senyum manis dengan kedua tangannya memegang kue ulang tahun berukuran kecil tanpa lilin."Mas ...." Aku beranjak bangun, lalu duduk bersandar kepala ranjang."Memilikimu adalah hal terbaik yang enggak akan rela mas tukar dengan apa pun. Terima kasih sudah menjadi duniaku, Istriku Sayang. Selamat ulang tahun."

  • STATUS GALAU SUAMIKU   Part 82–Hadiah Terbaik

    "Rumah ini 'kan kosong. Kok, rapi dan bersih, Mas?" tanyaku seraya duduk di tepi ranjang. Sementara, Mas Widi tengah berbaring miring sembari menepuk-nepuk pantat Alan yang sempat terbangun dari tidurnya."Kan, seminggu sekali ada yang bersihin, Sayang. Aku udah bayar orang untuk merawat rumah ini. Kalau enggak begitu, nanti lama-lama rumahnya bisa hancur dan rusak.""Ooh." Aku mengangguk paham."Kamu kalau mau buat sesuatu bisa langsung ke dapur, Sayang. Mas udah minta tolong sama yang merawat rumah ini supaya siapin kebutuhan dari dua hari yang lalu.""Iyakah?"

  • STATUS GALAU SUAMIKU   Part 81–Suami Idaman

    "Papa, janais.""Apa katanya, Nur?" tanya Mama."Papa jangan nangis katanya, Ma," jelasku."Enggak. Papa ... papa enggak nangis, kok." Mas Aldi tersenyum, tapi air matanya masih belum bisa berhenti menetes di pipi."Alan sayang Papa?" tanya Mama seraya mengusap kepalanya."Cayang," jawabnya dengan riang. "Papa uwa," imbuhnya sembari mengangkat jari-jari mungilnya, lalu menatap Mas Widi yang berdiri di samping Mas Aldi."Iya, papa Alan ada dua," kataku seraya

  • STATUS GALAU SUAMIKU   Part 80–Jangan Putus Asa

    "Masuklah," ucap Mama pelan.Aku mengangguk, lalu membuka pintu kamar Mas Aldi dengan hati-hati. Melihatnya duduk termenung di dekat jendela membuat tubuh ini meremang. Aku sungguh tak tega hingga harus berhenti melangkah lagi saat air mata ini tak mampu ditahan."Ma," panggil Mas Aldi. "Aku lupa simpan foto Alan di mana. Bisa Mama bantu aku cariin fotonya?"Ya Allah ....Aku membekap mulut, lalu kembali melangkah dengan Mas Widi yang merangkul bahu ini. Seolah paham, Alan pun hanya diam saja ketika kuisyaratkan agar tidak bersuara."Ma," panggilnya lagi.Aku mengangguk. Memberi isyarat pada Mas Widi agar mendekatkan Alan padanya."Ma, foto Al ...." Mas Aldi seketika membeku saat tangan mungil Alan menyentuh pipinya yang sudah ditumbuhi jambang. Begitu pun ketika Alan sudah didudukkan di pangkuan. Mas Aldi masih terpaku, tapi matanya berembun."Papa?" panggil Alan dengan suara khas anak kecil.Air mata Mas Aldi seketika bercucuran dengan tangannya yang bergerak perlahan menyusuri tubu

  • STATUS GALAU SUAMIKU   Part 79–Merasa Berdosa

    Aku kembali terisak di pelukan Mas Widi ketika pintu kamar itu sudah tertutup rapat."Aku ... aku berdosa, Mas," lirihku dengan hati yang berdenyut nyeri. "Aku berdosa karena sudah berburuk sangka sama Mas Aldi. Aku ... aku ....""Ssstt." Mas Widi mengusap kepalaku dan mengeratkan dekapannya. "Kamu enggak sepenuhnya salah. Kalau saja Aldi jujur, kamu atau siapa pun juga pasti enggak akan berpikir negatif.""Aku harus tanya Mama. Aku mau tahu kenapa Mas Aldi bisa seperti itu," lirihku seraya mengurai pelukan.Mas Widi mengusap lembut air mataku dengan kedua ibu jarinya. "Kita akan tanyakan

  • STATUS GALAU SUAMIKU   Part 78–Syok

    Mama sehat, kan?" tanyaku seraya mengurai pelukan."Alhamdulillah mama sehat," jawabnya seraya menyeka air mata. "Maaf mama sama Papa enggak bisa datang ke pernikahan kalian," sesalnya seraya menatapku dan Mas Widi bergantian."Enggak apa-apa, Ma. Doa Mama dan Papa juga udah cukup."Mama tersenyum, lalu beralih menatap Alan di pangkuan Mas Widi."Alan ... cucu Nenek." Air matanya kembali menetes."Aaah." Alan merengek dan langsung melingkarkan kedua tangannya di leher Mas Widi ketika Mama hendak menggendong

  • STATUS GALAU SUAMIKU   Part 77–Pindah

    "Cari siapa?" tanyanya sedikit ketus."Maaf, kami mencari Aldi. Dia tinggal di sini," jawab Mas Widi."Aldi? Aldi siapa?" Wanita itu malah terlihat bingung mendengar nama itu disebutkan.Kami saling melempar pandang, lalu kembali menatap wanita berkulit sawo matang itu."Mas Aldi yang punya rumah ini, Mbak," kataku."Pemilik rumah ini? Enak saja kalau bicara. Rumah ini punya suamiku!" sergahnya tidak terima."Boleh kami bicara dengan suaminya, Mbak?" tanya Mas Widi tenang."Sebentar," sahutnya ketus. "Mas! Mas Fikri!" Wanita itu berteriak kencang dan tak lama kemudian, muncul pria paruh baya dengan perutnya yang sedikit buncit."Ada apa, sih, Ma, teriak-teriak segala?""Nih, ada yang mau ketemu. Katanya mereka ini nyariin Aldi pemilik rumah ini. Lha, kan ini rumah milik Mas Fikri.""Aldi?" Pria bernama Fikri itu terlihat berpikir sejenak, lalu kembali menatap kami. "Oh, Aldi pemilik rumah ini sebelum kami, ya?"Pemilik sebelumnya?"Maksudnya?" tanyaku bingung."Iya. Rumah ini sudah sa

  • STATUS GALAU SUAMIKU   Part 76–Usul

    "Hari ini ke klinik atau masih gantiin teman Mas di rumah sakit?" tanyaku seraya menyendokkan nasi ke piringnya."Enggak dua-duanya," sahutnya, lalu meneguk sedikit air putih."Kok?""Iya, hari ini mas libur. Mas ambil cuti tiga hari ke depan.""Terus, yang tugas di klinik?" tanyaku seraya menarik satu kursi di sampingnya, lalu duduk."Ada teman yang gantiin jaga.""Ooh." Aku mengangguk paham, lalu menyendokkan nasi ke piring

DMCA.com Protection Status