Menjadi desainer adalah impian Azalea sejak kecil. Meskipun memulai kariernya dari agensi modelling tapi minatnya terhadap dunia fashion sama sekali tidak berkurang, bahkan semakin memberontak kala dia diberi kepercayaan mengenakan gaun rancangan desainer ternama di Paris Fashion Week, hingga membuatnya bermimpi agar gaun rancangannya bisa dikutsertakan dalam acara bergengsi dunia itu suatu hari nanti.
Azalea Aprilia Chou, model Internasional
yang sudah malang melintang di berbagai pagelaran mode dunia sekaligus desainer gaun pengantin kenamaan. Namanya sudah tidak asing lagi. Media, infotaimen, gosip, majalah bisnis sudah banyak membahas tentang dirinya.Darah Asia yang dimilikinya percampuran antara Korea-Sunda menjadikan Azalea sosok yang cantik, elegan dan anggun hingga membuatnya terlihat sempurna meski sampai saat ini dia masih betah melajang.
Lea keluar dari mobil Range Rover miliknya sesaat setelah berhenti sempurna di depan rumah bergaya modern yang mengadopsi rumah cantik ala Korea. Papanya, Chou Park Jesoen adalah lelaki keturunan Korea yang terjebak cinta dengan seorang traveller muda ambisius seperti Mamanya, Fiola Karlina.
"Mama, aku datang," teriaknya setelah membuka pintu kayu yang mengarah langsung ke dalam rumah, tersenyum ketika melihat seluruh anggota keluarganya mengelilingi meja makan di sisi lain ruangan minus Efraim, abang keduanya.
Karena sebagian besar hidupnya dihabiskan di Indonesia daripada Korea, Lea lebih nyaman memanggil kedua orang tuanya dengan sebuatan ala Indonesia dan mereka tidak keberatan sama sakali.
"Ahhh, anak gadis kesayangan Mama sudah datang." Mamanya melesat ke arahnya dan langsung memeluknya.
"Maaf ya Ma, kelamaan di jalan."
"Tidak apa-apa. Yang penting kamu sudah datang."
Lea melambai ke arah keluarganya yang lain seraya melepas syalnya. Mamanya memegang lengannya seraya kembali membuka pintu rumah dan melongokkan kepalanya keluar lalu menutup pintu dengan raut wajah kecewa.
Lea mendesah keras, "Lea sendirian, Mam.”
“Padahal Mama sudah berharap,” desah beliau seraya menggeretnya mendekati meja makan.
Lea mengabaikannya dan memeluk Pria Korea yang masih gagah dan awet muda yang duduk menjadi pusat dari meja makan. Papanya adalah salah satu pendukung setia anaknya menjadi seorang desainer. Papa terbaik yang bisa diminta oleh Lea.
“Hai, Papa.”
"Hai, Sayangku."
"Tante...Tante...Tante."
Lea menoleh saat mendengar rengekan keponakannya, Gesha Jeselyn, yang berumur lima tahun setelah keluar dari kamar mandi bersama Papanya."Hai sayang. Kangen sama Tante. Sini sayang."
Lea mendekat setelah meletakkan tasnya di sofa lalu menggendong gadis cilik itu setelah bertukar senyum dengan abang pertamanya, Erza.
"Kamu baru sampai?"
"Iya. Jalanan Jakarta - Bandung lagi macet banget kalau weekend begini."
Erza mendesah, Lea nyengir dan membawa Gesha bersamanya ke meja makan bergabung dengan yang lain karena dia sudah lapar.
"Lea, kamu benar-benar mau berhenti dari dunia model?" tanya Papanya yang sedang memakan kimchi buatan istri tercintanya yang luar biasa pintar memasak itu.
Lea meminum teh hijaunya dan mengangguk, "Iya Pap. Lea sudah capek jalan di catwalk."
"Kapan dong jalan menuju ke pelaminannya?" Sindir Mamanya.
"Mam, kalau Lea sudah punya pacar, pasti bakalan Lea ajak ke sini. Mama akan jadi orang pertama yang Lea kasih kabar."
"Oke, tapi ingat ya jangan lama-lama. Kamu itu gadis dan dunia hiburan itu kejam. Mama tidak mau banyak orang yang memanfaatkan kamu untuk kepentingan mereka. Apalagi sampai muncul gosip-gosip yang tidak enak. Wanita cantik dewasa yang masih sendiri itu kebanyakan jadi sasaran gosip."
Lea menatap Erza meminta tolong. Abangnya hanya tersenyum mengisyaratkan untuk mendengarkan saja semua ocehan mamanya.
"Iya Mam."
"Bisnis fashionmu lancar-lancar aja kan, sayang?" Angel, kakak iparnya yang gantian bertanya.
Lea mengangguk, "Lancar. Itu juga yang jadi pertimbangan Lea untuk berhenti jadi model, Teh. Mau fokus jadi desainer aja. Ngurusin para pengantin yang ribet sama baju pengantinnya."
"Padahal kamu sudah buat gaun pernikahanmu sendiri tapi malah gak terpakai,” gumam Mamanya yang seketika memberi hawa gelap di wajah Lea. Secara tidak langsung mengingatkannya akan masa lalu.
"Mam, jangan nyudutin Lea terus seperti itu. Nanti dia malas pulang ke rumah lagi." Erza membelanya kali ini.
Lea tersenyum. Memainkan anak rambut Gesha yang halus seraya menghela napas. Selalu seperti ini kalau pulang.
"Mama sudah buatkan makanan kesukaan kamu. Bibimbap."
Lea langsung sumringah dan mendudukan Gesha di sebelah kursinya mengambil alih seporsi Bibimbap yang disodorkan Mamanya itu dan melahapnya. Fiola tertawa menatap anak gadis satu-satunya itu. Dia hanya takut Lea trauma hingga tidak mau membuka diri dan sibuk sama kerjaannya.
Kalau bukan dia yang mengingatkan, siapa lagi ?
***
Mereka makan malam sambil mengobrol. Atmosfir tidak menggenakan yang tadi sempat melandanya hilang tanpa bekas sampai pintu depan terbuka menampilkan sosok gadis cantik berambut coklat yang datang menggandeng cowok blasteran. Lea ternganga melihatnya dan saat tatapan mata mereka bertemu, jeritan gadis itulah yang bergema."TANTEEE APRILLLLLL!!!!" teriakannya, mengalahkan bunyi apapun di dalam rumah lalu menyeret cowok itu masuk dan berlari mendekati Lea untuk memeluknya sampai kewalahan."Oke sayang, pelan-pelan. Tante susah napas nih."Stephie melepaskan pelukannya dan tersenyum lebar, "Aku sudah nungguin dari tadi pagi ternyata baru muncul sekarang.”"Macet. Itu pacar kamu gak di suruh duduk dulu." Lea menunjuk cowok yang berdiri dengan senyuman di wajahnya.Angel menggeleng dan menoleh ke cowok itu, "Rey, duduk dulu situ. Stephie suka lupa diri kalau ketemu Tantenya.""Iya Tan."Cowok itu mendekat dan menyalami mereka satu-satu. Sampai di depannya dan berjabat tangan, Lea serta me
Keesokan paginya, disaat Lea sedang asyik membuat sketsa rancangan gaun malam request spesial dari teman sosialitanya, Stephie yang baru saja selesai mandi masuk ke kamar dan duduk di sampingnya memperhatikan. Matanya membulat sempurna melihat apa yang sedang dia gambar.“Gaun-gaun yang Tante buat selalu spektakuler. Ah, aku sudah gak sabar untuk memakai gaun ulang tahunku sendiri.” Lea tersenyum melihat kebahagiaan keponakannya. “Apalagi saat pesta ulang tahunku minggu depan akan ada tamu istimewa yang hadir.”Lea menutup lembar sketsanya dan merubah duduknya menghadap ke Stephie dengan wajah serius, "Siapa? Kamu pakai event organizer yang tante rekomendasikan itu kan?"Stephie mengangguk, "Semuanya sudah beres kok. Hanya tinggal menunggu hari. Aku sudah tidak sabar.""Tidak sabar berumur tujuh belas tahun?""Ya itu juga tapi yang lebih kerennya lagi ya, salah satu personil band favorit aku bakalan datang."Lea menaikkan alisnya, "Band apa?""TheHasky."Lea berpikir sebentar, mencob
Lea masuk dengan tergesa ke dalam butik tiga lantai miliknya. Etalase depan menampilkan berbagai manekin yang mengenakan gaun malam dan gaun pengantin model terbaru hasil rancangannya di salah satu area pusat perbelanjaan di Jakarta.Pagi ini pegawainya di butik menelepon untuk segera datang karena salah seorang pecinta gaun malam langganannya sekaligus teman dekatnya, tiba-tiba saja meminta bertemu tanpa membuat janji terlebih dahulu. Walaupun lelah setelah malamnya baru saja kembali dari Bandung tapi Lea tidak bisa begitu saja mengabaikannya."Selamat pagi Jenna. Maaf aku datang terlambat. Traffic di Jakarta selalu padat saat jam-jam sibuk seperti ini."Jenna, anak pengusaha tambang yang berwajah tirus dan cantik seperti barbie duduk anggun di depan meja kerja Lea seraya tersenyum, "Tidak apa-apa Lea. Aku juga merasakannya setiap hari. Seharusnya aku yang minta maaf melakukan janji temu denganmu secara mendadak seperti ini. Semalam aku tidak bisa menghubungimu jadi aku memutuskan l
Lea yang baru saja kembali dari membeli Mochacino Latte favoritnya bertemu dengan Ricko – asistennya – yang menunggu di samping mobil mini cooper miliknya.“Kita harus pergi ke stasiun televisi untuk talk show demi menghindari kemacetan."Lea mengangguk, "Iya aku tahu."Saat akan naik ke lantai dua, Lea mendengar adanya perdebatan kecil dari ruangan di mana terdapat banyak koleksi gaun pengantinya. Lea langsung berbelok dan berjalan menghampiri seorang penjaga tokonya yang terlihat kewalahan menangani dua pelanggan di dalam ruangan elegan yang sangat berkelas di butiknya.Lea menyapa dengan senyuman ramahnya, "Selamat pagi semuanya. Ada yang bisa saya bantu untuk kalian?"Wanita itu dan seorang ibu paruh baya berbalik menghadapnya lalu terkesima saat melihatnya. Wanita itu bahkan mengerjapkan matanya berkali-kali."Saya Azalea. Apa yang terjadi?" katanya sopan."Azalea Chou, pemilik butik ini?" tanyanya tidak percaya.Lea tersenyum, "Ya dan satu-satunya.""Astaga!! Aku tidak menyangk
"Kamu sudah siap kan?" tanya Ganesh yang berjalan bersisian dengan Lea sejak keluar dari ruang ganti tadi. Lea tersenyum, "Tentu. Hanya membahas tentang peluncuran koleksi terbaruku dan sedikit mengintip isi wardrobe-ku di apartemen kan?""Er, ya." Ganesh nampak berhati-hati.Lea berhenti sejenak dengan mata menyimpit tajam "Katakan apa yang harus aku ketahui sebelum aku naik ke atas sana?"Ganesh menghela napas lalu berdiri menjulang di depan Lea. Sosok Ganesh memang bukan orang asing di hidup Lea karena mereka pernah satu sekolah saat TK. Sekarang dia bekerja sebagai produser acara Talk Show Seleb yang dipandu oleh Ruben Onsu. Mereka sering melakukan kerja sama dalam berbagai acara yang mengundang Lea sebagai tamunya. Kali ini Lea mencium sesuatu yang buruk."Maafkan aku. Mungkin ini akan sedikit ekstrim hanya saja ini bukan kemauanku. Jadi—""Tidak usah bertele-tele jadi tolong sekarang katakan siapa saja bintang tamu hari ini selain aku?"Lea melipat kedua tangannya di dada menun
"Wow, udangan terbuka sepertinya. Oke, kamu bisa melanjutkan usahamu lagi nanti anak muda karena kita memiliki sesuatu yang harus di bahas di sini. Apalagi kalau bukan tentang rancangan terbaru Lea yang bertema "PinkPioniesCollection". Benar kan?""Iya benar.""Apa semua bajunya berwarna pink?" Ruben bertanya dengan nada serius.Lea tersenyum, “Tidak semua pink tapi juga warna lain yang soft. Warna-warna girly yang coba aku combine dengan warna lain.""Sangat perempuan sekali ya," canda Ruben."Oh ayolah, ini tentang fashion yang di pakai oleh wanita jadi wajar kalau seperti itu. Sesuatu yang akan menampilkan sisi feminim siapapun yang memakainya.""Iya betul juga sih. Kalau begitu coba kita lihat beberapa rancangan yang dikeluarkan oleh Lea awal bulan kemarin. Bukan gaun malam atau gaun pengantin ya tapi jenis gaun santai.""Aku menyebutnya Spring Dress. Gaun santai yang bisa di pakai untuk berbagai macam kegiatan.""Oke coba kita lihat."Layar menampilkan beberapa gaun miliknya untu
"Apa boleh aku mengatakan kalau sepertinya kamu berjodoh dengan Jeremy,Sky?" kekeh Lea membuat sahabatnya itu langsung cemberut. "Berjodoh dengan lelaki menyebalkan seperti dia?" Sky menggelengkan kepalanya cepat, "Memangnya stok lelaki di dunia ini sudah menipis dan hanya dia saja yang tersisa. Aku tidak sudi!"Lea berdecak, menghabiskan redwine-nya dalam satu kali minum, "Hati-hati Sky sayang. Mulutmu harimaumu. Kalau kalian nanti bersama, aku yang akan jadi orang pertama yang memberimu ucapan selamat berbahagia.""Dalam mimpi. Cih!" Sky nampak kesal dan menghabiskan minumannya. Lea memanggil kembali bartender dan meminta anggur merahnya diisi kembali. Dia butuh menenangkan pikiran dan hatinya yang berkecamuk akibat pertemuannya dengan si wanita jalang, Alexandra. "Jadi, Valen Ackerman tidak cukup menarik untuk menjadi calon pacarmu selanjutnya?"Lea menoleh, melihat Sky menatapnya dengan kilat jahil seraya menggoyangkan gelas minumannya. Lea jengah dan meletakkan gelasnya yang su
Lea tersenyum dan kembali mencium bunga itu lalu meletakkannya di dalam tasnya.Keenan meletakkan kedua lengannya di atas meja di samping dua ponsel canggih dan kunci mobil Mustangnya seraya memandangi Lea, "Jangan pernah berpikiran bahwa aku seorang penggombal ulung. Ini semua di luar kebiasaanku. Aku hanya berharap bahwa kamu, yang namanya secantik bunga memang pantas untuk di puja.""Terima kasih banyak pujiannya tapi semua itu terlalu berlebihan."Pelayan lalu datang dan membawakan pesanan mereka. Lea tergugah seleranya menatap steak mahal yang ada di hadapannya."Silahkan di nikmati Lea.""Kamu juga, Keenan."Lea mulai memakannya perlahan bersamaan dengan Keenan yang juga menyantap steak miliknya. Lea mengunyahnya dengan anggun dan bertatapan mata dengan Keenan yang sedang menyesap redwine nya. "Saat Jenna memberitahuku kalau kamu sering tampil di televisi, aku yang sekarang memilih menyibukkan diri di Indonesia jadi penasaran ingin melihat. Aku kemarin melihat reality show yang