Lea yang baru saja kembali dari membeli Mochacino Latte favoritnya bertemu dengan Ricko – asistennya – yang menunggu di samping mobil mini cooper miliknya.
“Kita harus pergi ke stasiun televisi untuk talk show demi menghindari kemacetan."
Lea mengangguk, "Iya aku tahu."
Saat akan naik ke lantai dua, Lea mendengar adanya perdebatan kecil dari ruangan di mana terdapat banyak koleksi gaun pengantinya. Lea langsung berbelok dan berjalan menghampiri seorang penjaga tokonya yang terlihat kewalahan menangani dua pelanggan di dalam ruangan elegan yang sangat berkelas di butiknya.
Lea menyapa dengan senyuman ramahnya, "Selamat pagi semuanya. Ada yang bisa saya bantu untuk kalian?"
Wanita itu dan seorang ibu paruh baya berbalik menghadapnya lalu terkesima saat melihatnya. Wanita itu bahkan mengerjapkan matanya berkali-kali.
"Saya Azalea. Apa yang terjadi?" katanya sopan.
"Azalea Chou, pemilik butik ini?" tanyanya tidak percaya.
Lea tersenyum, "Ya dan satu-satunya."
"Astaga!! Aku tidak menyangka bisa bertemu dengan desainer berkelas sepertimu."
Azalea tertawa renyah lalu menyalami kedua wanita itu yang langsung membalasnya dengan antusias.
"Arinda dan ini Mama saya, Stella."
"Halo Arinda dan Tante Stella. Silahkan duduk dulu, kita bicarakan apa masalah kalian tadi." Lea menoleh ke pegawainya dan menyerahkan cup minuman yang tadi di bawanya. "Buatkan mereka teh hijau ya."
Pegawainya mengangguk. Ricko memilih untuk naik ke lantai dua menunggu. Arinda berbinar dan Stella tersenyum melihat sikap ramah yang ditunjukkan Azalea.
"Putri pertama saya ini memaksa sekali untuk memilih gaun itu, hanya saja ukurannya tidak pas untuk badannya yang melar ini," sindir Stella.
"Mam, jangan begitu."
"Memang kenyataannya. Kamu sebentar lagi mau menikah tapi tidak mau diet sedikit saja. Seperti ini kan jadinya."
Azalea mengikuti pertengkaran kecil mereka dengan senyuman. Saat melihat Arinda cemberut, Lea langsung mengambil alih.
"Saya rasa tidak masalah kalau Arinda nyaman dengan bentuk tubuhnya selama calon suaminya tidak keberatan."
Arianda semakin menatap Azalea dengan terkesima. Stella mengangguk, "Ah, kamu memang benar."
"Kalau begitu, kamu sangat ingin gaun yang modelnya seperti ini." Lea menunjuk manekin tidak jauh dari tempatnya yang mengenakan gaun rancangan terbarunya. Gaun sederhana yang menurut Lea akan sangat cantik di kenakan Arinda.
"Aku suka semuanya terutama detailnya." Arianda menatap gaun itu dengan binar lalu menoleh ke Lea. "Sudah lama aku berharap bisa mengenakan gaun rancanganmu. Jadi aku datang jauh-jauh dari Bandung ke sini untuk jatuh cinta dengan gaun ini."
Lea tertawa, "Kamu pintar sekali memilih. Seperti yang dikatakan pegawai saya tadi, gaun ini hanya memiliki satu ukuran." Arinda menghela napas dengan tatapan kecewa. Lea tersenyum, "Tapi karena Arinda sudah jauh-jauh datang dan sangat menginginkannya maka aku akan memodifikasinya sesuai dengan ukuranmu."
"Benarkah?"
Lea mengangguk. Arinda jelas tersenyum bahagia begitu juga Stella lalu Ricko datang membawakan tasnya dan menunjuk jam di tangannya.
"Tapi maaf kalau aku harus pergi sekarang. Bagaimana kalau kalian datang dua hari lagi agar aku bisa mengukurnya. Kalian keberatan?"
Arinda menggeleng, "Sama sekali tidak. Terima kasih banyak atas bantuanmu, Azalea.”
Lea berdiri dan mengangguk. "Sama-sama. Saya tahu memilih gaun untuk pernikahan seumur hidup itu tidaklah mudah. Arinda beruntung tahu dengan pasti apa yang diinginkannya. Jadi saya tidak keberatan untuk mewujudkannya."
Arinda memeluk Mamanya dan tersenyum, "Terima kasih karena mengerti.”
"Kalau begitu bersantailah dulu dan melihat-lihat. Saya harus pergi. Sampai jumpa lagi Arinda dan Tante Stella."
Arinda memberi pelukan hangat untuk Lea begitupula Stella. Lea tersenyum lalu dengan anggun, dia berjalan keluar dari butiknya di bawah tatapan mata Arinda dan Stella yang bahagia.
"Benar-benar wanita berkelas yang sangat baik dan ramah," gumam Stella.
"Betul Mam."
Lea masuk ke dalam mobil mini cooper-nya bersama Ricko dan melesat pergi dari sana dan duduk nyaman di kursinya menatap jalanan padat di luar dengan matahari yang bersinar cerah. Dia teringat dengan duda keren yang tadi pagi jatuh entah dari mana di dalam butiknya. Senyuman ramahnya tidak bisa hilang dari bayangan Lea.
Keenan Smith.
***
"Kamu sudah siap kan?" tanya Ganesh yang berjalan bersisian dengan Lea sejak keluar dari ruang ganti tadi. Lea tersenyum, "Tentu. Hanya membahas tentang peluncuran koleksi terbaruku dan sedikit mengintip isi wardrobe-ku di apartemen kan?""Er, ya." Ganesh nampak berhati-hati.Lea berhenti sejenak dengan mata menyimpit tajam "Katakan apa yang harus aku ketahui sebelum aku naik ke atas sana?"Ganesh menghela napas lalu berdiri menjulang di depan Lea. Sosok Ganesh memang bukan orang asing di hidup Lea karena mereka pernah satu sekolah saat TK. Sekarang dia bekerja sebagai produser acara Talk Show Seleb yang dipandu oleh Ruben Onsu. Mereka sering melakukan kerja sama dalam berbagai acara yang mengundang Lea sebagai tamunya. Kali ini Lea mencium sesuatu yang buruk."Maafkan aku. Mungkin ini akan sedikit ekstrim hanya saja ini bukan kemauanku. Jadi—""Tidak usah bertele-tele jadi tolong sekarang katakan siapa saja bintang tamu hari ini selain aku?"Lea melipat kedua tangannya di dada menun
"Wow, udangan terbuka sepertinya. Oke, kamu bisa melanjutkan usahamu lagi nanti anak muda karena kita memiliki sesuatu yang harus di bahas di sini. Apalagi kalau bukan tentang rancangan terbaru Lea yang bertema "PinkPioniesCollection". Benar kan?""Iya benar.""Apa semua bajunya berwarna pink?" Ruben bertanya dengan nada serius.Lea tersenyum, “Tidak semua pink tapi juga warna lain yang soft. Warna-warna girly yang coba aku combine dengan warna lain.""Sangat perempuan sekali ya," canda Ruben."Oh ayolah, ini tentang fashion yang di pakai oleh wanita jadi wajar kalau seperti itu. Sesuatu yang akan menampilkan sisi feminim siapapun yang memakainya.""Iya betul juga sih. Kalau begitu coba kita lihat beberapa rancangan yang dikeluarkan oleh Lea awal bulan kemarin. Bukan gaun malam atau gaun pengantin ya tapi jenis gaun santai.""Aku menyebutnya Spring Dress. Gaun santai yang bisa di pakai untuk berbagai macam kegiatan.""Oke coba kita lihat."Layar menampilkan beberapa gaun miliknya untu
"Apa boleh aku mengatakan kalau sepertinya kamu berjodoh dengan Jeremy,Sky?" kekeh Lea membuat sahabatnya itu langsung cemberut. "Berjodoh dengan lelaki menyebalkan seperti dia?" Sky menggelengkan kepalanya cepat, "Memangnya stok lelaki di dunia ini sudah menipis dan hanya dia saja yang tersisa. Aku tidak sudi!"Lea berdecak, menghabiskan redwine-nya dalam satu kali minum, "Hati-hati Sky sayang. Mulutmu harimaumu. Kalau kalian nanti bersama, aku yang akan jadi orang pertama yang memberimu ucapan selamat berbahagia.""Dalam mimpi. Cih!" Sky nampak kesal dan menghabiskan minumannya. Lea memanggil kembali bartender dan meminta anggur merahnya diisi kembali. Dia butuh menenangkan pikiran dan hatinya yang berkecamuk akibat pertemuannya dengan si wanita jalang, Alexandra. "Jadi, Valen Ackerman tidak cukup menarik untuk menjadi calon pacarmu selanjutnya?"Lea menoleh, melihat Sky menatapnya dengan kilat jahil seraya menggoyangkan gelas minumannya. Lea jengah dan meletakkan gelasnya yang su
Lea tersenyum dan kembali mencium bunga itu lalu meletakkannya di dalam tasnya.Keenan meletakkan kedua lengannya di atas meja di samping dua ponsel canggih dan kunci mobil Mustangnya seraya memandangi Lea, "Jangan pernah berpikiran bahwa aku seorang penggombal ulung. Ini semua di luar kebiasaanku. Aku hanya berharap bahwa kamu, yang namanya secantik bunga memang pantas untuk di puja.""Terima kasih banyak pujiannya tapi semua itu terlalu berlebihan."Pelayan lalu datang dan membawakan pesanan mereka. Lea tergugah seleranya menatap steak mahal yang ada di hadapannya."Silahkan di nikmati Lea.""Kamu juga, Keenan."Lea mulai memakannya perlahan bersamaan dengan Keenan yang juga menyantap steak miliknya. Lea mengunyahnya dengan anggun dan bertatapan mata dengan Keenan yang sedang menyesap redwine nya. "Saat Jenna memberitahuku kalau kamu sering tampil di televisi, aku yang sekarang memilih menyibukkan diri di Indonesia jadi penasaran ingin melihat. Aku kemarin melihat reality show yang
“Jadi, bagaimana makan siangmu dengan si duda tampan kemarin?" Ricko menatapnya dengan sorot mata jahil. Lea tertawa, "Hmm, ya seperti itu. Memangnya apa yang kamu harapkan?"Saat ini mereka berada di ruang kerja Lea di butik miliknya menunggu Arinda dan Mamanya datang untuk mengukur gaun pengantinnya."Tidak ada ungkapan cinta atau semacamnya? Atau paling tidak ajakan berkencan untuk yang kedua kalinya?"Ricko nyengir ketika Lea menutup majalahnya dan menyimpitkan mata, "Kamu pikir hubungan kami sudah sedekat itu. Kami bahkan baru berkenalan tiga hari yang lalu.""Lelaki itu sepertinya tertarik denganmu. Aku yakin seratus persen di lihat dari ngototnya dia meminta waktumu untuk makan siang kemarin.""Jangan berpikiran yang tidak-tidak. Siapa tahu dia hanya memiliki waktu senggang kemarin di sela jadwalnya yang padat. Aku tidak mau berharap— yah walaupun dia memberiku sebuket pinkrose." Lea tersenyum.Ricko menepukkan tangannya, "Nah kan. Aku yakin dia pasti akan datang lagi untuk me
Lea tidak tahu apakah ini sesuatu yang benar dilakukannya ataukah dia akan menyesalinya kemudian. Dua jam sejak pertemuannya dengan Arinda di butik milikinya, wanita itu membujuknya untuk ikut makan siang bersama keluarganya sebagai ungkapan terima kasih. Awalnya Lea jelas menolak. Dia tidak menduga akan berinteraksi intens dengan keluarga Valen – ini sebelum dia tahu bahwa Arinda kakak tertua si cowok yang bahkan duduk dengan tenang di sebelahnya menikmati makan siangnya dengan santai. Lea terpaksa menyetujuinya karena keponakannya, entah bagaimana juga berada di sana. Tidak heran karena pacarnya kan saudara dekat Valen. Stephie benar-benar membujuknya habis-habisan.Setelah bincang-bincang hangat mereka, Valen mengajaknya mengobrol di salah satu meja yang ternyata sudah di pesan khusus cowok itu di tempat yang privat membuat Lea menelan salivanya gugup karena berduaan saja dengannya. "Maafkan kalau mereka membuatmu nampak tidak nyaman." Valen mengawali pembicaraan sesaat setelah
"Kenapa kamu tidak memberitahu Tante sebelumnya kalau sedang berada di Jakarta?" Lea menatap keponakannya yang duduk di sebelahnya sibuk dengan ponselnya. Stephie mengalihkan fokusnya dari chat beruntun Rey dan nyengir mendapati Tantenya menyimpitkan mata."Mendadak kok,Tan. Rey bilang kalau bibinya ada di Jakarta sedang mengurusi persiapan pernikahan Tante Arinda dan kebetulan sekolah lagi libur jadi Stephie ikut sama dia nyusulin ke sini."Lea melajukan mobilnya menuju ke apartemen dengan kesabaran ekstra karena mendekati jam-jam sibuk para pekerja pulang kantor dengan pikiran yang dipenuhi sosok Valen. Lea tahu kalau liputan tentang makan siang di restoran tadi akan segera ditayangkan acara gosip di televisi tapi ada sesuatu yang aneh dengannya. Seharusnya dia menjaga jarak dengan Valen mengingat sebelum ini dia sama sekali tidak pernah berkeinginan dekat dengan cowok tampan macho yang begitu muda itu namun nyatanya lebih dewasa dari yang Lea duga.Selama ini beberapa mantannya, t
"Seriusan Lea? Valen anak band yang berondong itu?"Lea menggeram dan memijit pelipisnya, duduk bersandar pada kepala ranjang di sebelah Stephie yang sudah terlelap. Sejak berita itu ditayangkan, Lea sudah menerima banyak telepon yang menanyakan hal serupa. Pertama Mamanya yang shock lebay dan meminta konfirmasi jadi Lea ceritakan saja bahwa mereka memang tidak memiliki hubungan khusus dan Lea merasa beruntung bahwa Mamanya adalah sosok yang tidak akan terpengaruh dengan gosipan di luaran sana jika memang Lea mengatakan tidak memiliki hubungan apapun tapi sebagai gantinya Mamanya akan ceramah panjang lebar."Ingat ya Lea. Kalau memang kamu tidak memiliki perasaan sama anak band itu jangan pernah beri dia kesempatan untuk mendekat. Lebih baik kalian bersikap dewasa supaya gosip di luaran sana mereda. Mama hanya ingin mengingatkan , mereka tentu tahu dengan masa lalumu dan menurut Mama kurang bijak kalau kamu malah dekat dengan seseorang yang bisa saja masih labil dan tidak ada apa-apan
Dua bulan kemudian, “Errghh.”Lea menggerang dalam tidurnya, merasakan posisinya tidak nyaman dan mencari posisi lain sampai akhirnya membuka mata dan melihat cahaya matahari di luar sudah meninggi melalui celah tirai. Lea hanya diam,merasakan napas hangat Valen membelai belakang tengkuknya dengan tangan yang melingkari perutnya yang sudah besar karena memasuki usia kandungan sembilan bulan hanya menunggu hari lahirnya.Lea mengambil telapak tangan Valen dan menggenggam jemarinya lalu membawa tautan tangan mereka ke bibir seraya perlahan bergeser agar bisa melihat wajah suaminya yang masih tidur.“Aku beruntung memilikimu,” lirih Lea dengan senyuman bahagia.“Aku juga sayang.” Lea terkejut mendengar Valen menjawab ucapannya dan perlahan membuka matanya. “Selamat pagi, My lady.”“Kamu sudah bangun?”“Kamu bergerak dan aku otomatis langsung terjaga tapi memilih diam supaya kamu tidak terganggu jika ingin tidur lagi. Aku tahu kalau kamu sering gelisah dan tidur kurang nyenyak. Apa ada y
Enam bulan kemudian,Bandung, Indonesia “Wah, coba lihat dirimu Azalea.” Ricko berdecak dan menggelengkan kepala. “Terlihat sangat gendut.”Lea yang sedang menyantap sarapannya berupa spaghetti di meja makan rumah Mamanya memutar bola mata. Terlihat tidak berniat meladeni ucapan Ricko yang sejak awal dia datang berkunjung hanya duduk diam bertopang dagu.“Apa kamu bisa membuatkanku roti bakar dengan selai strawberry?” Tanya Lea dengan mulut penuh makanan. Ricko melongo. “Roti bakar?” Lea mengangguk. “Apa kamu lupa bentuknya roti bakar sampai terbelalak seperti itu?” “Kamu sudah menghabiskan satu piring omelet dan kentang goreng lalu lima belas menit kemudian makan spaghetti dan sekarang mau roti bakar lagi?” “Apa kamu mau anakku ileran, hah?” Lea nampak kesal.“Tidak.” Ricko berdiri dari duduknya. “Akan aku buatkan.” Lea tersenyum dan mengangguk lalu kembali sibuk menghabiskan makanannya seraya mendengar gerutuan Ricko yang ada di dapur. “Wahh, benar-benar tukang maka
“Azalea.”Panggilan dari balik punggungnya membuat Lea berbalik dengan sepiring kecil kue yang ada di tangannya dan terdiam sesaat ketika melihat siapa yang mendekat ke arahnya.“Aku tidak menyangka akan menemukanmu di pesta ini.”Lea mengangkat dagunya dan tersenyum miring. “Wah, kejutan yang sangat tidak menggenakan sekali ya Keenan Smith.”Malam ini Lea memang sedang menghadiri makan malam salah satu kenalannya di salah satu ballroom hotel mewah di Los Angeles dan tidak menyangka akan bertemu dengan seseorang yang sangat tidak ingin ditemuinya sampai kapanpun. Terlebih lagi saat ini dia datang sendirian.“Jangan seperti itu cantik. Kita pernah menjadi teman baik dulu.” Keenan mengerling, memperhatikan penampilan Lea dan tersenyum miring. “Aku tidak pernah lupa betapa cantiknya dirimu.”Lea memutar bola matanya, “Lebih baik kamu puji istrimu sendiri.”Lea berbalik, berniat pergi tapi terhenti saat mendengar perkataan Keenan.“Aku dengar, kamu keguguran dua bulan yang lalu. Lain kali
Pintu kamar hotel terbuka lebar. Valen dan Lea masuk ke dalam dan menutup pintunya dengan tergesa, melepaskan jaket yang mereka kenakan begitu saja ke lantai dan Lea tanpa membuang waktu langsung loncat ke dalam pelukan Valen, melingkarkan kakinya di pinggangnya dan menciumnya penuh nafsu. "Hmmpp--" Lea mengerang lirih saat Valen menelusupkan tangannya masuk ke dalam bajunya seraya bergerak membawanya ke tempat tidur dan berdiri sesaat di pinggirnya. Valen melepas paksa baju Lea membuat kancing bajunya yang memang ada di belakang terlepas begitu saja tanpa melepaskan ciuman panas mereka. Sebulan menahan rindu membuat keduanya tidak lagi bisa menahannya. Lea melepaskan ciumannya dan menarik bajunya yang sudah rusak itu dan melemparkannya ke belakang menyisakan bra-nya."Ohh cantiknya," gumam Valen. Lea tersenyum, menarik semua rambut panjangnya ke samping dan kembali mencium Valen yang perlahan meletakkannya di atas tempat tidur lalu tangannya bergarak membuka celana jeans Lea menyi
Tiga Bulan kemudian,Paris, PerancisParis Fashion Week menjadi bagian dari pekan mode "Big 4" global. Serangkaian acara presentasi desainer yang dimulai dari kota New York, London, Milan dan Paris yang diadakan setiap enam bulan sekali. Dari empat kota mode dunia, Paris mendapat kehormatan sebagai tuan rumah acara penutup Festival mode tersebut.Biasanya, acara akan diwarnai dengan 100 pertunjukan busana yang digelar di sepanjang kota yang diikuti oleh berbagai desainer, baik amatir maupun kelas atas. Undangannya terdiri dari ratusan editor mode, asisten, stylist, model dan kumpulan penikmat mode yang akan memadati ibu kota Perancis untuk melihat apa yang akan populer di tahun depan.Azalea termasuk dalam salah satu desainer yang akan menampilkan karyanya dalam kategori Prêt-à-Porter yaitu pakaian dengan ukuran standar dan siap pakai dan Lea bekerja keras untuk mempersembahkan karya musim panas terbaiknya yang bertajuk SummerLove Collection 2018.Akhirnya setelah beberapa bulan melak
"Kita akan bertemu di Paris minggu depan." Lea berdiri di depan kaca apartemennya memandangi ramainya kota LA saat malam yang terbentang di depannya menjawab panggilan Ricko yang menelepon tengah malam karena perbedaan waktu antara Jakarta dan LA. "Semuanya sudah siap. Nadine juga akan bertolak ke Paris dua minggu setelahnya. Dia harus melakukan banyak persiapan dengan model agensinya. Sudah tidak ada kendala dan masalah kan?""Hmm tidak," jawab Ricko. "Kecuali aku yang merindukanmu di sini dan juga beberapa pelanggan VIP-mu yang menanyakan kabar tentang pernikahan desainer idola mereka."Lea tertawa mendengarnya."Kamu bisa menjadi jubir yang aku andalkan Ricko."Risko mendengus, "Tentu saja kalau gajiku di naikkan dua kali lipat. Bukannya kerja rodi begini.""Jangan menggerutu terus nanti kamu cepat tua."Gantian Ricko yang tertawa di sana. Lea merapatkan gaun tidurnya yang tipis dan seksi. "Sempatkanlah untuk pulang ke Jakarta karena semua sahabat yang kemarin tidak bisa mengikuti
“Bagaimana kabarnya pengantin baru?”Pertanyaan itu membuat Lea tersenyum dengan tatapan mata berbinar memandangi kota Paris dari ketinggian. Gemerlap lampu di seluruh penjuru kota yang bisa dia saksikan meski rasa dingin mulai menyergap kulit tidak menyurutkan semangatnya sama sekali. Sudah lama sekali Lea ingin berada di tempat di mana dia berada saat ini, di puncak menara menjadi satu dengan keindahan Eiffel yang menjadi pusat dari kota Paris. “Dunia terlihat lebih menganggumkan. Sempurna.”“Oh Tuhan!!!” Sky memekik tertahan. “Kamu membuatku iri. Jangan lakukan itu padaku!”“Hei, aku hanya menjawab pertanyaanmu tadi. Memangnya apa yang salah?”Sky terdengar menghembuskan napasnya frustasi. “Yang salah hanyalah, aku belum bisa melihat dunia seperti yang kamu katakan tadi.”Gantian Lea yang menghela napas. “Tunggu giliranmu sayang. Maybe, dia masih berada di belahan bumi lain dan sedang menuju ke arahmu. Bersiaplah.”“Andai dia bisa cepat sedikit,” kekeh Sky membuat Lea tertawa. “Ak
"Selamat malam semuanya."Efraim yang tampil gagah dalam balutan jas malamnya berdiri dari tempat duduknya di salah satu meja bundar di antara anggota keluarganya yang lain seraya memegang segelas sampanye di tangannya. Otomatis semua yang hadir di dalam restoran yang sudah di desain cantik dengan hiasan pernikahan terutama bunga-bungaan segar yang menjadi tempat makan malam keluarga setelah pemberkataan tadi sore langsung mendapat perhatian. Begitu juga Valen dan Lea yang menjadi raja dan ratu yang duduk berdua di area paling depan."Terimakasih banyak," katanya saat semua menatapnya. Efraim menatap adiknya -dan suaminya yang tersenyum melihatnya. "Sejujurnya, pernikahan adikku tercinta ini begitu membuatku terkejut. Saat sedang asik makan siang bersama calon pacar, Adik ipar tiba-tiba datang dan menodongku untuk membantunya membawa Lea ke depan Altar." Semua yang ada di sana tertawa mendengarnya. Valen yang menjadi oknum tersangkanya ikut tertawa seraya mengangkat gelas sampanye di
Flashback On"Tunggu sebentar. Biarkan aku menarik napas dulu."Valen tersenyum sopan saat melihat Fiola, Mama Lea yang duduk di depannya bersama dengan Tn. Chou terlihat seperti shock. Beliau mengelus dadanya dengan pelan dan menyandarkan kepalanya di bahu suaminya."Kamu lebay banget." Fiola langsung memukul bahu Suaminya yang terkekeh."Bagaimana aku tidak kaget saat mendengar semua kebenaran tentang Azalea. Aku sama sekali tidak menyangka kalau lelaki itu begitu berbahaya. Pantas saja Lea penuh rahasia seperti itu." Fiola menggelengkan kepalanya seraya menepuk wajahnya dengan tangan. "Astaga, jangan sampai dia menjadi menantuku."Papa Lea tertawa mendengarnya sementara Valen hanya diam memperhatikan sambil tersenyum. Kedatangannya tadi memang sempat membuat kedua orang tua Lea kaget. kemunculan Valen Ackerman sendirian di depan pintu rumah mereka sontak saja membuat kehebohan terutama Fiola meski wanita paruh baya itu nampak lega saat melihatnya."Kami harus bersandiwara. Saya dan