Lea masuk dengan tergesa ke dalam butik tiga lantai miliknya. Etalase depan menampilkan berbagai manekin yang mengenakan gaun malam dan gaun pengantin model terbaru hasil rancangannya di salah satu area pusat perbelanjaan
di Jakarta.Pagi ini pegawainya di butik menelepon untuk segera datang karena salah seorang pecinta gaun malam langganannya sekaligus teman dekatnya, tiba-tiba saja meminta bertemu tanpa membuat janji terlebih dahulu. Walaupun lelah setelah malamnya baru saja kembali dari Bandung tapi Lea tidak bisa begitu saja mengabaikannya.
"Selamat pagi Jenna. Maaf aku datang terlambat. Traffic di Jakarta selalu padat saat jam-jam sibuk seperti ini."
Jenna, anak pengusaha tambang yang berwajah tirus dan cantik seperti barbie duduk anggun di depan meja kerja Lea seraya tersenyum, "Tidak apa-apa Lea. Aku juga merasakannya setiap hari. Seharusnya aku yang minta maaf melakukan janji temu denganmu secara mendadak seperti ini. Semalam aku tidak bisa menghubungimu jadi aku memutuskan langsung datang.”
Lea meletakkan tas Prada-nya dan menggelengkan kepala, "Semalam sepertinya aku kelelahan dan tidur nyenyak setelah pulang dari Bandung. Aku memiliki waktu kosong saat ini. Jadwalku dimulai nanti siang. Aku harus menghadiri acara talk show."
"Wow selalu sibuk ya."
"Tidak juga."
Setelah memberitahu pegawainya untuk menyiapkan jamuan, Lea duduk santai di balik meja kerjanya dan tersenyum anggun untuk tamu pertamanya pagi ini.
"Jadi, apakah akan ada pesta lagi?"
Jenna tertawa, rambut coklat pirang bergelombangnya terayun saat dia menganggukkan kepala. "Banyak sekali pesta yang harus aku hadiri sejak bertunangan dengan Kellan."
Lea mengangguk, "Jadi pesta seperti apa?"
"Hmm, hanya jamuan makan malam seperti biasa tidak ada bedanya."
Lea mengangguk dan mulai membuatkan sebuah sketsa gaun yang biasanya menjadi kegemaran Jenna. Gadis berusia 25 tahun di hadapannya ini memiliki hidup yang akan Lea labeli dengan predikat "beruntung". Bagaimana tidak, Jenna lulusan S2 di Oxford University berpredikat Cumlaude untuk jurusan Bisnis. Memiliki beberapa usaha milik sendiri yang lebih banyak bergelut di bidang kecantikan. Orang tuanya kaya raya dan sangat menyayanginya. Seakan semua itu belum sempurna, Tuhan menghadiahkan gadis cantik bermata bulat
di hadapannya ini dengan kehadiran calon suami berpredikat pengusaha tampan rupawan bernama Kellan Smith. Salah seorang keturunan Smith Corporation yang memiliki banyak perusahaan. Kurang beruntung apa coba kehidupan si barbie yang tengah serius memperhatikan setiap goresan pensil milik Lea di atas buku sketsanya.Tidak!! Lea sama sekali tidak iri. Hanya saja Jenna benar-benar sangat beruntung.
"Bagaimana kabarnya Kellan?”
"Ya begitulah. Masih tetap lelaki posesif yang menyebalkan."
Lea tertawa. "Dia hanya terlalu mencintaimu. Jangan terlalu kesal seperti itu. Kellan sangat mengenal dengan baik calon istrinya.”
Jenna terdengar menghela napas, "Iya begitulah."
Lea menatap Jenna sekilas dengan senyuman, "Jangan pernah sia-siakan lelaki yang sangat mengenalmu lebih dari dirinya sendiri,Jen. Tidak banyak lelaki yang seperti dia. Kamu The Lucky Woman yang memilik satu seperti itu."
"Aku akan mendoakan agar kamu juga memiliki satu seperti itu."
Lea tertawa, "Semoga saja tapi aku tidak mau banyak berharap."
Jenna menatap Lea dengan pandangan sendu, "Makan malam terakhir, aku bertemu mereka." Goresan pensil Lea terhenti sesaat namun dia hanya tersenyum tipis dan kembali melanjutkan. "Aku sama sekali tidak menyukai Alexandra. Dia bermuka tebal, penjilat, penggoda—"
"Bisa kita hantikan pembicaraan sia-sia tentang mereka. Lebih baik fokus saja dengan desain baru yang aku buatkan untukmu ini. Keberatan tidak, kalau aku menggunakan warna hitam metalik. Tubuhmu yang putih akan sangat berkilau sekali."
Jenna terdiam sesaat lalu menghela napas dan memperhatikan desain yang ditunjukkan Lea dan langsung berbinar melihatnya.
"Perfect."
Sebuah gaun anggun berpotongan sederhana dan seksi tapi tidak terkesan menggoda tergambar sempurna di sana.
Pegawai datang membawakan makanan kecil dan minuman. Lea memang sudah mengenal Jenna sangat lama dari salah seorang teman di agensi modelnya. Sejak mengetahui bahwa Lea juga membuat gaun malam, dia adalah langganan tetap butiknya sampai sekarang.
Mereka lalu membicarakan pelengkap gaun itu dengan heboh selama setengah jam. Jenna yang sudah puas berdiri dari duduknya dan menatap Lea dengan binar, "Kamu benar-benar berbakat."
"Terima kasih pujiannya. Andai saja Kellan memiliki saudara lelaki ya?" kata Lea dengan nada bercanda ketika menemani Jenna keluar dari ruang kerjanya dan turun melalui tangga putih yang ada di sana.
Jenna menghentikan langkah kakinya di satu tangga terbawah, berbalik dan menatap serius Lea, "Wah, kamu beruntung kali ini."
"Apanya?" tanyanya dengan bingung.
Jenna berbisik, "Ajaibnya, kakak pertama Kellan ada di sini untuk menjemputku dan coba tebak, dia seorang duda hot yang sangat-sangat berkelas."
"DUDA!!!"
Lea menutup mulutnya setelah pekikan kagetnya tadi dan setelah itu terbelalak maksimal saat seorang lelaki tampan, matang dan pembawaanya yang menghipnotis tiba-tiba muncul dan berdiri menjulang di depan mereka membuat Lea seketika tidak sanggup berkata-kata.
"Ya, duda yang masih bisa di perhitungkan untuk menjadi suami," katanya dengan senyuman.
Lea merasa terlempar ke awan hanya karena senyuman itu hingga membuat Jenna yang melihatnya tertawa.
***
Lea yang baru saja kembali dari membeli Mochacino Latte favoritnya bertemu dengan Ricko – asistennya – yang menunggu di samping mobil mini cooper miliknya.“Kita harus pergi ke stasiun televisi untuk talk show demi menghindari kemacetan."Lea mengangguk, "Iya aku tahu."Saat akan naik ke lantai dua, Lea mendengar adanya perdebatan kecil dari ruangan di mana terdapat banyak koleksi gaun pengantinya. Lea langsung berbelok dan berjalan menghampiri seorang penjaga tokonya yang terlihat kewalahan menangani dua pelanggan di dalam ruangan elegan yang sangat berkelas di butiknya.Lea menyapa dengan senyuman ramahnya, "Selamat pagi semuanya. Ada yang bisa saya bantu untuk kalian?"Wanita itu dan seorang ibu paruh baya berbalik menghadapnya lalu terkesima saat melihatnya. Wanita itu bahkan mengerjapkan matanya berkali-kali."Saya Azalea. Apa yang terjadi?" katanya sopan."Azalea Chou, pemilik butik ini?" tanyanya tidak percaya.Lea tersenyum, "Ya dan satu-satunya.""Astaga!! Aku tidak menyangk
"Kamu sudah siap kan?" tanya Ganesh yang berjalan bersisian dengan Lea sejak keluar dari ruang ganti tadi. Lea tersenyum, "Tentu. Hanya membahas tentang peluncuran koleksi terbaruku dan sedikit mengintip isi wardrobe-ku di apartemen kan?""Er, ya." Ganesh nampak berhati-hati.Lea berhenti sejenak dengan mata menyimpit tajam "Katakan apa yang harus aku ketahui sebelum aku naik ke atas sana?"Ganesh menghela napas lalu berdiri menjulang di depan Lea. Sosok Ganesh memang bukan orang asing di hidup Lea karena mereka pernah satu sekolah saat TK. Sekarang dia bekerja sebagai produser acara Talk Show Seleb yang dipandu oleh Ruben Onsu. Mereka sering melakukan kerja sama dalam berbagai acara yang mengundang Lea sebagai tamunya. Kali ini Lea mencium sesuatu yang buruk."Maafkan aku. Mungkin ini akan sedikit ekstrim hanya saja ini bukan kemauanku. Jadi—""Tidak usah bertele-tele jadi tolong sekarang katakan siapa saja bintang tamu hari ini selain aku?"Lea melipat kedua tangannya di dada menun
"Wow, udangan terbuka sepertinya. Oke, kamu bisa melanjutkan usahamu lagi nanti anak muda karena kita memiliki sesuatu yang harus di bahas di sini. Apalagi kalau bukan tentang rancangan terbaru Lea yang bertema "PinkPioniesCollection". Benar kan?""Iya benar.""Apa semua bajunya berwarna pink?" Ruben bertanya dengan nada serius.Lea tersenyum, “Tidak semua pink tapi juga warna lain yang soft. Warna-warna girly yang coba aku combine dengan warna lain.""Sangat perempuan sekali ya," canda Ruben."Oh ayolah, ini tentang fashion yang di pakai oleh wanita jadi wajar kalau seperti itu. Sesuatu yang akan menampilkan sisi feminim siapapun yang memakainya.""Iya betul juga sih. Kalau begitu coba kita lihat beberapa rancangan yang dikeluarkan oleh Lea awal bulan kemarin. Bukan gaun malam atau gaun pengantin ya tapi jenis gaun santai.""Aku menyebutnya Spring Dress. Gaun santai yang bisa di pakai untuk berbagai macam kegiatan.""Oke coba kita lihat."Layar menampilkan beberapa gaun miliknya untu
"Apa boleh aku mengatakan kalau sepertinya kamu berjodoh dengan Jeremy,Sky?" kekeh Lea membuat sahabatnya itu langsung cemberut. "Berjodoh dengan lelaki menyebalkan seperti dia?" Sky menggelengkan kepalanya cepat, "Memangnya stok lelaki di dunia ini sudah menipis dan hanya dia saja yang tersisa. Aku tidak sudi!"Lea berdecak, menghabiskan redwine-nya dalam satu kali minum, "Hati-hati Sky sayang. Mulutmu harimaumu. Kalau kalian nanti bersama, aku yang akan jadi orang pertama yang memberimu ucapan selamat berbahagia.""Dalam mimpi. Cih!" Sky nampak kesal dan menghabiskan minumannya. Lea memanggil kembali bartender dan meminta anggur merahnya diisi kembali. Dia butuh menenangkan pikiran dan hatinya yang berkecamuk akibat pertemuannya dengan si wanita jalang, Alexandra. "Jadi, Valen Ackerman tidak cukup menarik untuk menjadi calon pacarmu selanjutnya?"Lea menoleh, melihat Sky menatapnya dengan kilat jahil seraya menggoyangkan gelas minumannya. Lea jengah dan meletakkan gelasnya yang su
Lea tersenyum dan kembali mencium bunga itu lalu meletakkannya di dalam tasnya.Keenan meletakkan kedua lengannya di atas meja di samping dua ponsel canggih dan kunci mobil Mustangnya seraya memandangi Lea, "Jangan pernah berpikiran bahwa aku seorang penggombal ulung. Ini semua di luar kebiasaanku. Aku hanya berharap bahwa kamu, yang namanya secantik bunga memang pantas untuk di puja.""Terima kasih banyak pujiannya tapi semua itu terlalu berlebihan."Pelayan lalu datang dan membawakan pesanan mereka. Lea tergugah seleranya menatap steak mahal yang ada di hadapannya."Silahkan di nikmati Lea.""Kamu juga, Keenan."Lea mulai memakannya perlahan bersamaan dengan Keenan yang juga menyantap steak miliknya. Lea mengunyahnya dengan anggun dan bertatapan mata dengan Keenan yang sedang menyesap redwine nya. "Saat Jenna memberitahuku kalau kamu sering tampil di televisi, aku yang sekarang memilih menyibukkan diri di Indonesia jadi penasaran ingin melihat. Aku kemarin melihat reality show yang
“Jadi, bagaimana makan siangmu dengan si duda tampan kemarin?" Ricko menatapnya dengan sorot mata jahil. Lea tertawa, "Hmm, ya seperti itu. Memangnya apa yang kamu harapkan?"Saat ini mereka berada di ruang kerja Lea di butik miliknya menunggu Arinda dan Mamanya datang untuk mengukur gaun pengantinnya."Tidak ada ungkapan cinta atau semacamnya? Atau paling tidak ajakan berkencan untuk yang kedua kalinya?"Ricko nyengir ketika Lea menutup majalahnya dan menyimpitkan mata, "Kamu pikir hubungan kami sudah sedekat itu. Kami bahkan baru berkenalan tiga hari yang lalu.""Lelaki itu sepertinya tertarik denganmu. Aku yakin seratus persen di lihat dari ngototnya dia meminta waktumu untuk makan siang kemarin.""Jangan berpikiran yang tidak-tidak. Siapa tahu dia hanya memiliki waktu senggang kemarin di sela jadwalnya yang padat. Aku tidak mau berharap— yah walaupun dia memberiku sebuket pinkrose." Lea tersenyum.Ricko menepukkan tangannya, "Nah kan. Aku yakin dia pasti akan datang lagi untuk me
Lea tidak tahu apakah ini sesuatu yang benar dilakukannya ataukah dia akan menyesalinya kemudian. Dua jam sejak pertemuannya dengan Arinda di butik milikinya, wanita itu membujuknya untuk ikut makan siang bersama keluarganya sebagai ungkapan terima kasih. Awalnya Lea jelas menolak. Dia tidak menduga akan berinteraksi intens dengan keluarga Valen – ini sebelum dia tahu bahwa Arinda kakak tertua si cowok yang bahkan duduk dengan tenang di sebelahnya menikmati makan siangnya dengan santai. Lea terpaksa menyetujuinya karena keponakannya, entah bagaimana juga berada di sana. Tidak heran karena pacarnya kan saudara dekat Valen. Stephie benar-benar membujuknya habis-habisan.Setelah bincang-bincang hangat mereka, Valen mengajaknya mengobrol di salah satu meja yang ternyata sudah di pesan khusus cowok itu di tempat yang privat membuat Lea menelan salivanya gugup karena berduaan saja dengannya. "Maafkan kalau mereka membuatmu nampak tidak nyaman." Valen mengawali pembicaraan sesaat setelah
"Kenapa kamu tidak memberitahu Tante sebelumnya kalau sedang berada di Jakarta?" Lea menatap keponakannya yang duduk di sebelahnya sibuk dengan ponselnya. Stephie mengalihkan fokusnya dari chat beruntun Rey dan nyengir mendapati Tantenya menyimpitkan mata."Mendadak kok,Tan. Rey bilang kalau bibinya ada di Jakarta sedang mengurusi persiapan pernikahan Tante Arinda dan kebetulan sekolah lagi libur jadi Stephie ikut sama dia nyusulin ke sini."Lea melajukan mobilnya menuju ke apartemen dengan kesabaran ekstra karena mendekati jam-jam sibuk para pekerja pulang kantor dengan pikiran yang dipenuhi sosok Valen. Lea tahu kalau liputan tentang makan siang di restoran tadi akan segera ditayangkan acara gosip di televisi tapi ada sesuatu yang aneh dengannya. Seharusnya dia menjaga jarak dengan Valen mengingat sebelum ini dia sama sekali tidak pernah berkeinginan dekat dengan cowok tampan macho yang begitu muda itu namun nyatanya lebih dewasa dari yang Lea duga.Selama ini beberapa mantannya, t