Keesokan paginya, disaat Lea sedang asyik membuat sketsa rancangan gaun malam request spesial dari teman sosialitanya, Stephie yang baru saja selesai mandi masuk ke kamar dan duduk di sampingnya memperhatikan. Matanya membulat sempurna melihat apa yang sedang dia gambar.
“Gaun-gaun yang Tante buat selalu spektakuler. Ah, aku sudah gak sabar untuk memakai gaun ulang tahunku sendiri.” Lea tersenyum melihat kebahagiaan keponakannya. “Apalagi saat pesta ulang tahunku minggu depan akan ada tamu istimewa yang hadir.”
Lea menutup lembar sketsanya dan merubah duduknya menghadap ke Stephie dengan wajah serius, "Siapa? Kamu pakai event organizer yang tante rekomendasikan itu kan?"
Stephie mengangguk, "Semuanya sudah beres kok. Hanya tinggal menunggu hari. Aku sudah tidak sabar."
"Tidak sabar berumur tujuh belas tahun?"
"Ya itu juga tapi yang lebih kerennya lagi ya, salah satu personil band favorit aku bakalan datang."
Lea menaikkan alisnya, "Band apa?"
"TheHasky."
Lea berpikir sebentar, mencoba mengingat kapan dia pernah mendengar nama band itu. Stephie yang tahu gelagat Tantenya mendengus sebal, "Jangan bilang kalau Tante gak tahu band TheHasky.”
Lea menggelang. Stephie menepuk dahinya.
"Memangnya mereka terkenal?"
"Tante ini gimana sih? Yang sering seliweran di televisi itu kan Tante, kenapa sampai gak tahu ada band yang lagi melejit itu. Seperti tinggal di gua saja. Tidak update."
"Oke, Tante memang agak kudet sepertinya tapi seriusan kenapa kamu bisa mendapatkan kesempatan emas itu kalau mereka benar-benar band terkenal?"
Stephie tersenyum penuh rahasia. Lea menyimpitkan mata.
"Itu semua karena Rey sepupuan sama drummer-nya."
Lea berdecak, "Oh ternyata begitu. Pantas saja dia mau datang. Pasti kamu melakukan bujuk rayumu ke Rey dan cowok itu gantian membujuk pamannya itu untuk datang."
"Ishh, kok paman sih. Dia masih muda kali Tan."
"Ah masa?"
"Iya. Pantasnya itu di panggil Om," Stephie tertawa.
Lea mengacaknya, "Memang berapa umurnya?"
Stephie nampak berpikir, "Dari majalah yang aku baca sih umurnya baru 24 tahun."
Lea tertawa. Ternyata masih sangat-sangat muda. Pantas saja sedang naik daun. Mereka pasti tipe-tipe penebar pesona ke semua abg-abg labil yang ada di Indonesia.
"Kalau Tante ketemu sama dia, Stephie yakin Tante bakalan suka."
"Ah sok tahu kamu."
"Loh seriusan ini. Tante belum pernah lihat kan?"
Lea menggelengkan kepala membuat Stephie berdecak kesal. Lea tersenyum dan mengelus kepala Stephie penuh sayang. Jarak umur antara dirinya dengan Erza memang lumayan jauh sehingga dia bisa memiliki keponakan sebesar ini. Lea bersyukur Mamanya memiliki cucu-cucu yang bisa menghiburnya di rumah.
"Aku kasih lihat fotonya ya?”
Lea berpikir sesaat, "Hmm boleh deh."
Stephie berdiri lalu keluar dari kamar Lea. Tidak berapa lama gadis itu kembali membawa majalah gosip di tangannya seraya mencari-cari lembaran yang mungkin memuat band itu. "Aku sih suka sama drummernya aja,Tan. Jadi kebanyakan aku mengoleksi berita tentang dia.”
"Kamu beruntung banget dapat pacar masih saudaraan sama dia."
Stephie mengedipkan sebelah matanya membuat Lea tertawa.
"Nah ini dia. Namanya Valen Ackerman. Cowok paling ganteng sejagat raya setelah Kakek, Papa, Om Efraim, Arza dan Rey."
Lea tertawa geli seraya mengambil alih majalah itu ke pangkuannya. Setelah melihat dengan seksama, matanya serasa loncat keluar. Tidak menyangka. Melihat wajah cowok itu lagi membuat Lea kembali membayangkan ciuman panas mereka malam itu.
"Ini siapa namanya?" tanya Lea tanpa mengalihkan tatapan dari sosok cowok tampan berbaju hitam yang duduk di belakang drum memegang stik di kedua tangannya di samping tulisan yang memuat profil cowok itu. Wajah tampannya angkuh dan terkesan sombong. Tatapan matanya tajam. Padahal namanya sudah sangat jelas tertera di sana. Stephie memutar bola matanya dan menunjuk nama cowok itu dengan telunjuknya dan berbisik tepat di telinganya. "Valen Ackerman.”Lea menatap wajah cowok itu dalam diam. Tipe-tipe cowok penebar pesona sama seperti saat mereka bertemu sebulan yang bulan lalu di restoran Sky. Sial, BERONDONG !!Tanpa sadar, Lea memegang bibirnya sendiri. Ternyata cowok itu juga bekerja di dunia yang sama dengannya. Lea tidak tahu apakah ini keberuntungan ataukah kesialan.***
Lea masuk dengan tergesa ke dalam butik tiga lantai miliknya. Etalase depan menampilkan berbagai manekin yang mengenakan gaun malam dan gaun pengantin model terbaru hasil rancangannya di salah satu area pusat perbelanjaan di Jakarta.Pagi ini pegawainya di butik menelepon untuk segera datang karena salah seorang pecinta gaun malam langganannya sekaligus teman dekatnya, tiba-tiba saja meminta bertemu tanpa membuat janji terlebih dahulu. Walaupun lelah setelah malamnya baru saja kembali dari Bandung tapi Lea tidak bisa begitu saja mengabaikannya."Selamat pagi Jenna. Maaf aku datang terlambat. Traffic di Jakarta selalu padat saat jam-jam sibuk seperti ini."Jenna, anak pengusaha tambang yang berwajah tirus dan cantik seperti barbie duduk anggun di depan meja kerja Lea seraya tersenyum, "Tidak apa-apa Lea. Aku juga merasakannya setiap hari. Seharusnya aku yang minta maaf melakukan janji temu denganmu secara mendadak seperti ini. Semalam aku tidak bisa menghubungimu jadi aku memutuskan l
Lea yang baru saja kembali dari membeli Mochacino Latte favoritnya bertemu dengan Ricko – asistennya – yang menunggu di samping mobil mini cooper miliknya.“Kita harus pergi ke stasiun televisi untuk talk show demi menghindari kemacetan."Lea mengangguk, "Iya aku tahu."Saat akan naik ke lantai dua, Lea mendengar adanya perdebatan kecil dari ruangan di mana terdapat banyak koleksi gaun pengantinya. Lea langsung berbelok dan berjalan menghampiri seorang penjaga tokonya yang terlihat kewalahan menangani dua pelanggan di dalam ruangan elegan yang sangat berkelas di butiknya.Lea menyapa dengan senyuman ramahnya, "Selamat pagi semuanya. Ada yang bisa saya bantu untuk kalian?"Wanita itu dan seorang ibu paruh baya berbalik menghadapnya lalu terkesima saat melihatnya. Wanita itu bahkan mengerjapkan matanya berkali-kali."Saya Azalea. Apa yang terjadi?" katanya sopan."Azalea Chou, pemilik butik ini?" tanyanya tidak percaya.Lea tersenyum, "Ya dan satu-satunya.""Astaga!! Aku tidak menyangk
"Kamu sudah siap kan?" tanya Ganesh yang berjalan bersisian dengan Lea sejak keluar dari ruang ganti tadi. Lea tersenyum, "Tentu. Hanya membahas tentang peluncuran koleksi terbaruku dan sedikit mengintip isi wardrobe-ku di apartemen kan?""Er, ya." Ganesh nampak berhati-hati.Lea berhenti sejenak dengan mata menyimpit tajam "Katakan apa yang harus aku ketahui sebelum aku naik ke atas sana?"Ganesh menghela napas lalu berdiri menjulang di depan Lea. Sosok Ganesh memang bukan orang asing di hidup Lea karena mereka pernah satu sekolah saat TK. Sekarang dia bekerja sebagai produser acara Talk Show Seleb yang dipandu oleh Ruben Onsu. Mereka sering melakukan kerja sama dalam berbagai acara yang mengundang Lea sebagai tamunya. Kali ini Lea mencium sesuatu yang buruk."Maafkan aku. Mungkin ini akan sedikit ekstrim hanya saja ini bukan kemauanku. Jadi—""Tidak usah bertele-tele jadi tolong sekarang katakan siapa saja bintang tamu hari ini selain aku?"Lea melipat kedua tangannya di dada menun
"Wow, udangan terbuka sepertinya. Oke, kamu bisa melanjutkan usahamu lagi nanti anak muda karena kita memiliki sesuatu yang harus di bahas di sini. Apalagi kalau bukan tentang rancangan terbaru Lea yang bertema "PinkPioniesCollection". Benar kan?""Iya benar.""Apa semua bajunya berwarna pink?" Ruben bertanya dengan nada serius.Lea tersenyum, “Tidak semua pink tapi juga warna lain yang soft. Warna-warna girly yang coba aku combine dengan warna lain.""Sangat perempuan sekali ya," canda Ruben."Oh ayolah, ini tentang fashion yang di pakai oleh wanita jadi wajar kalau seperti itu. Sesuatu yang akan menampilkan sisi feminim siapapun yang memakainya.""Iya betul juga sih. Kalau begitu coba kita lihat beberapa rancangan yang dikeluarkan oleh Lea awal bulan kemarin. Bukan gaun malam atau gaun pengantin ya tapi jenis gaun santai.""Aku menyebutnya Spring Dress. Gaun santai yang bisa di pakai untuk berbagai macam kegiatan.""Oke coba kita lihat."Layar menampilkan beberapa gaun miliknya untu
"Apa boleh aku mengatakan kalau sepertinya kamu berjodoh dengan Jeremy,Sky?" kekeh Lea membuat sahabatnya itu langsung cemberut. "Berjodoh dengan lelaki menyebalkan seperti dia?" Sky menggelengkan kepalanya cepat, "Memangnya stok lelaki di dunia ini sudah menipis dan hanya dia saja yang tersisa. Aku tidak sudi!"Lea berdecak, menghabiskan redwine-nya dalam satu kali minum, "Hati-hati Sky sayang. Mulutmu harimaumu. Kalau kalian nanti bersama, aku yang akan jadi orang pertama yang memberimu ucapan selamat berbahagia.""Dalam mimpi. Cih!" Sky nampak kesal dan menghabiskan minumannya. Lea memanggil kembali bartender dan meminta anggur merahnya diisi kembali. Dia butuh menenangkan pikiran dan hatinya yang berkecamuk akibat pertemuannya dengan si wanita jalang, Alexandra. "Jadi, Valen Ackerman tidak cukup menarik untuk menjadi calon pacarmu selanjutnya?"Lea menoleh, melihat Sky menatapnya dengan kilat jahil seraya menggoyangkan gelas minumannya. Lea jengah dan meletakkan gelasnya yang su
Lea tersenyum dan kembali mencium bunga itu lalu meletakkannya di dalam tasnya.Keenan meletakkan kedua lengannya di atas meja di samping dua ponsel canggih dan kunci mobil Mustangnya seraya memandangi Lea, "Jangan pernah berpikiran bahwa aku seorang penggombal ulung. Ini semua di luar kebiasaanku. Aku hanya berharap bahwa kamu, yang namanya secantik bunga memang pantas untuk di puja.""Terima kasih banyak pujiannya tapi semua itu terlalu berlebihan."Pelayan lalu datang dan membawakan pesanan mereka. Lea tergugah seleranya menatap steak mahal yang ada di hadapannya."Silahkan di nikmati Lea.""Kamu juga, Keenan."Lea mulai memakannya perlahan bersamaan dengan Keenan yang juga menyantap steak miliknya. Lea mengunyahnya dengan anggun dan bertatapan mata dengan Keenan yang sedang menyesap redwine nya. "Saat Jenna memberitahuku kalau kamu sering tampil di televisi, aku yang sekarang memilih menyibukkan diri di Indonesia jadi penasaran ingin melihat. Aku kemarin melihat reality show yang
“Jadi, bagaimana makan siangmu dengan si duda tampan kemarin?" Ricko menatapnya dengan sorot mata jahil. Lea tertawa, "Hmm, ya seperti itu. Memangnya apa yang kamu harapkan?"Saat ini mereka berada di ruang kerja Lea di butik miliknya menunggu Arinda dan Mamanya datang untuk mengukur gaun pengantinnya."Tidak ada ungkapan cinta atau semacamnya? Atau paling tidak ajakan berkencan untuk yang kedua kalinya?"Ricko nyengir ketika Lea menutup majalahnya dan menyimpitkan mata, "Kamu pikir hubungan kami sudah sedekat itu. Kami bahkan baru berkenalan tiga hari yang lalu.""Lelaki itu sepertinya tertarik denganmu. Aku yakin seratus persen di lihat dari ngototnya dia meminta waktumu untuk makan siang kemarin.""Jangan berpikiran yang tidak-tidak. Siapa tahu dia hanya memiliki waktu senggang kemarin di sela jadwalnya yang padat. Aku tidak mau berharap— yah walaupun dia memberiku sebuket pinkrose." Lea tersenyum.Ricko menepukkan tangannya, "Nah kan. Aku yakin dia pasti akan datang lagi untuk me
Lea tidak tahu apakah ini sesuatu yang benar dilakukannya ataukah dia akan menyesalinya kemudian. Dua jam sejak pertemuannya dengan Arinda di butik milikinya, wanita itu membujuknya untuk ikut makan siang bersama keluarganya sebagai ungkapan terima kasih. Awalnya Lea jelas menolak. Dia tidak menduga akan berinteraksi intens dengan keluarga Valen – ini sebelum dia tahu bahwa Arinda kakak tertua si cowok yang bahkan duduk dengan tenang di sebelahnya menikmati makan siangnya dengan santai. Lea terpaksa menyetujuinya karena keponakannya, entah bagaimana juga berada di sana. Tidak heran karena pacarnya kan saudara dekat Valen. Stephie benar-benar membujuknya habis-habisan.Setelah bincang-bincang hangat mereka, Valen mengajaknya mengobrol di salah satu meja yang ternyata sudah di pesan khusus cowok itu di tempat yang privat membuat Lea menelan salivanya gugup karena berduaan saja dengannya. "Maafkan kalau mereka membuatmu nampak tidak nyaman." Valen mengawali pembicaraan sesaat setelah