Share

SKANDAL - 05

Mereka makan malam sambil mengobrol. Atmosfir tidak menggenakan yang tadi sempat melandanya hilang tanpa bekas sampai pintu depan terbuka menampilkan sosok gadis cantik berambut coklat yang datang menggandeng cowok blasteran. Lea ternganga melihatnya dan saat tatapan mata mereka bertemu, jeritan gadis itulah yang bergema.

"TANTEEE APRILLLLLL!!!!" teriakannya, mengalahkan bunyi apapun di dalam rumah lalu menyeret cowok itu masuk dan berlari mendekati Lea untuk memeluknya sampai kewalahan.

"Oke sayang, pelan-pelan. Tante susah napas nih."

Stephie melepaskan pelukannya dan tersenyum lebar, "Aku sudah nungguin dari tadi pagi ternyata baru muncul sekarang.”

"Macet. Itu pacar kamu gak di suruh duduk dulu." Lea menunjuk cowok yang berdiri dengan senyuman di wajahnya.

Angel menggeleng dan menoleh ke cowok itu, "Rey, duduk dulu situ. Stephie suka lupa diri kalau ketemu Tantenya."

"Iya Tan."

Cowok itu mendekat dan menyalami mereka satu-satu. Sampai di depannya  dan berjabat tangan, Lea serta merta tidak melepaskannya. Sibuk berpikir sesuatu sementara Rey bingung menatapnya.

"Kamu mengingatkan Tante sama seseorang tapi siapa ya?" gumam Lea.

Rey tertawa, "Silahkan diingat, Tan. Nanti pasti tahu sendiri."

Lea melepaskan tangan Rey dengan wajah bingung. Sungguh, garis wajah cowok itu mengingatkannya dengan seseorang.

"Tante, nanti aku mau kasih tahu konsep acara sweet seventeen-ku. Tante sudah selesai buatin gaun untuk Stephie kan?"

Lea mengangguk dan kembali sibuk dengan makanannya. Setelah kunyahannya habis, Lea menatap senang keponakannya, "Tante sudah urus gaunnya. Pokoknya cetar."

Stephie bertepuk tangan bahagia, Rey yang memakan spaghettinya hanya bisa tertawa.

"Jangan dilihatin terus dong pacar aku Tan, nanti naksir," celetuk Stephie membuat Lea langsung tersedak makanannya.

"Stephie.” Neneknya menegur.

Stephie semakin sumringah, "Tante suka sama berondong gak?”

Lea menggeleng, "Berondong adalah jenis lelaki yang harus Tante hindari. Mereka semua tidak pernah mau terlibat hubungan serius."

Angel berdecak, "Jangan seperti itu sayang. Tidak semua begitu kok. Percaya deh."

Lea menggeleng, "Bagiku seperti itu, Teh."

Fiola setuju, "Iya. Kalau bisa cari yang dewasa dan matang supaya tidak dipermainkan."

Lea mengangguk setuju. Untuk hal ini Mamanya memang memiliki pemikiran yang sama dengannya. Anti dengan berondong kalau masih bisa memilih lelaki yang lebih matang.

"Kalau begitu, kenapa lelaki matang yang dulu sempat tunangan sama kamu malah selingkuh dan berkelakuan seperti anak-anak baru pacaran?" Erza nyeletuk dengan tenang.

Seketika atmosfir berubah drastis. Lea bungkam begitu juga yang lain. Tahu dengan pasti, rasa sakit apa yang ditinggalkan oleh lelaki itu untuk seluruh keluarganya.

***

"Tumben kamu nggak bareng sama Sky?" tanya Erza.

Lea menoleh dengan kedua kaki yang terjuntai masuk ke dalam air dari pinggir kolam renang. Erza duduk bersila di sebelahnya dan menyerahkan satu kaleng softdrink dingin yang dibawanya. Kegiatan favorit Lea yang selalu dilakukannya dengan abang pertamanya ini.

"Dia lagi menikmati waktu bersantainya di rumah.”

Erza tersenyum, mengacak rambut adiknya dengan sayang lalu menatap hamparan bintang di langit.

"Efraim titip salam. Dia mau hubungin kamu tapi belum berani."

Lea tertawa, "Kenapa gak berani?"

"Tentu saja karena dia masih merasa menyesal setelah kejadian itu apalagi yang nyakitin kamu sahabatnya sendiri dan dia nggak ada di saat kamu membutuhkan. Dia benar-benar menyesal."

"Ya udahlah bang. Dia sudah jadi masa lalu, gak perlu diingat."

Erza terdiam. Lea langsung berhenti bermain air dan menatap keseriusan Erza di sana.

"Mama nggak bermaksud buat ngedesak kamu. Mama hanya takut kalau kamu itu gak berani membuka diri lagi. Lelaki itu ada di luar sana berada satu dunia sama kamu. Infotaiment juga masih sering nyangkutin nama kamu sama dia. Abang juga sebenarnya khawatir."

Lea sangat-sangat mengerti. Digengamnya tangan Erza dengan sayang, "Abang nggak perlu sekhawatir itu karena Lea akan baik-baik saja."

Erza memperhatikan dengan seksama wajahnya mencoba mencari sedikit saja keraguan, sesaat kemudian ekspresi wajahnya berubah rileks. Dia merapikan rambutnya dan menepuk tangan Lea sebelum melepaskannya, "Aku tahu kamu wanita yang mandiri dan tahu dengan jelas apa yang kamu inginkan."

Lea tersenyum, merasa ada yang terusik di dalam sana.

"Tapi aku ingatkan Lea. Mau seseorang itu lebih muda ataupun tua dari kamu, kedewasaan tidak selalu diukur dari sana. Banyak faktor luar yang juga mempengaruhi. Jangan pernah menyamaratakan semua lelaki seperti itu."

"Tapi bang—"

"Dengarkan abang dulu."

Lea bungkam.  Erza tersenyum, "Temukan seseorang yang membuatmu nyaman. Ubah sikapmu yang nampak tidak perdulian itu. Kalau memang cinta, selalu tunjukkan jangan termakan oleh gengsi seperti kebanyakan orang lainnya. Lelaki kadang juga butuh di yakinkan bukan hanya kamu wanita."

Lea sempurna terdiam. Kata-kata Erza begitu menohok hatinya. Selama ini bukannya dia tidak perdulian hanya saja seharusnya lelaki bisa selalu peka dengan tatapan mata perempuan. Tahu mana yang benar-benar mencintai mereka.

"Abang hanya berharap kamu bahagia. Seperti yang lainnya. Jadi tolong jangan terbebani ya."

Lea tersenyum dan memeluk abangnya itu dengan sayang. Setidaknya masih ada keluarga dan sahabat yang menemaninya tanpa harus menorehkan sebuah luka.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status