Mereka makan malam sambil mengobrol. Atmosfir tidak menggenakan yang tadi sempat melandanya hilang tanpa bekas sampai pintu depan terbuka menampilkan sosok gadis cantik berambut coklat yang datang menggandeng cowok blasteran. Lea ternganga melihatnya dan saat tatapan mata mereka bertemu, jeritan gadis itulah yang bergema.
"TANTEEE APRILLLLLL!!!!" teriakannya, mengalahkan bunyi apapun di dalam rumah lalu menyeret cowok itu masuk dan berlari mendekati Lea untuk memeluknya sampai kewalahan.
"Oke sayang, pelan-pelan. Tante susah napas nih."
Stephie melepaskan pelukannya dan tersenyum lebar, "Aku sudah nungguin dari tadi pagi ternyata baru muncul sekarang.”
"Macet. Itu pacar kamu gak di suruh duduk dulu." Lea menunjuk cowok yang berdiri dengan senyuman di wajahnya.
Angel menggeleng dan menoleh ke cowok itu, "Rey, duduk dulu situ. Stephie suka lupa diri kalau ketemu Tantenya."
"Iya Tan."
Cowok itu mendekat dan menyalami mereka satu-satu. Sampai di depannya dan berjabat tangan, Lea serta merta tidak melepaskannya. Sibuk berpikir sesuatu sementara Rey bingung menatapnya.
"Kamu mengingatkan Tante sama seseorang tapi siapa ya?" gumam Lea.
Rey tertawa, "Silahkan diingat, Tan. Nanti pasti tahu sendiri."
Lea melepaskan tangan Rey dengan wajah bingung. Sungguh, garis wajah cowok itu mengingatkannya dengan seseorang.
"Tante, nanti aku mau kasih tahu konsep acara sweet seventeen-ku. Tante sudah selesai buatin gaun untuk Stephie kan?"
Lea mengangguk dan kembali sibuk dengan makanannya. Setelah kunyahannya habis, Lea menatap senang keponakannya, "Tante sudah urus gaunnya. Pokoknya cetar."
Stephie bertepuk tangan bahagia, Rey yang memakan spaghettinya hanya bisa tertawa.
"Jangan dilihatin terus dong pacar aku Tan, nanti naksir," celetuk Stephie membuat Lea langsung tersedak makanannya.
"Stephie.” Neneknya menegur.
Stephie semakin sumringah, "Tante suka sama berondong gak?”
Lea menggeleng, "Berondong adalah jenis lelaki yang harus Tante hindari. Mereka semua tidak pernah mau terlibat hubungan serius."
Angel berdecak, "Jangan seperti itu sayang. Tidak semua begitu kok. Percaya deh."
Lea menggeleng, "Bagiku seperti itu, Teh."
Fiola setuju, "Iya. Kalau bisa cari yang dewasa dan matang supaya tidak dipermainkan."
Lea mengangguk setuju. Untuk hal ini Mamanya memang memiliki pemikiran yang sama dengannya. Anti dengan berondong kalau masih bisa memilih lelaki yang lebih matang.
"Kalau begitu, kenapa lelaki matang yang dulu sempat tunangan sama kamu malah selingkuh dan berkelakuan seperti anak-anak baru pacaran?" Erza nyeletuk dengan tenang.
Seketika atmosfir berubah drastis. Lea bungkam begitu juga yang lain. Tahu dengan pasti, rasa sakit apa yang ditinggalkan oleh lelaki itu untuk seluruh keluarganya.
***
"Tumben kamu nggak bareng sama Sky?" tanya Erza.
Lea menoleh dengan kedua kaki yang terjuntai masuk ke dalam air dari pinggir kolam renang. Erza duduk bersila di sebelahnya dan menyerahkan satu kaleng softdrink dingin yang dibawanya. Kegiatan favorit Lea yang selalu dilakukannya dengan abang pertamanya ini.
"Dia lagi menikmati waktu bersantainya di rumah.”
Erza tersenyum, mengacak rambut adiknya dengan sayang lalu menatap hamparan bintang di langit.
"Efraim titip salam. Dia mau hubungin kamu tapi belum berani."
Lea tertawa, "Kenapa gak berani?"
"Tentu saja karena dia masih merasa menyesal setelah kejadian itu apalagi yang nyakitin kamu sahabatnya sendiri dan dia nggak ada di saat kamu membutuhkan. Dia benar-benar menyesal."
"Ya udahlah bang. Dia sudah jadi masa lalu, gak perlu diingat."
Erza terdiam. Lea langsung berhenti bermain air dan menatap keseriusan Erza di sana.
"Mama nggak bermaksud buat ngedesak kamu. Mama hanya takut kalau kamu itu gak berani membuka diri lagi. Lelaki itu ada di luar sana berada satu dunia sama kamu. Infotaiment juga masih sering nyangkutin nama kamu sama dia. Abang juga sebenarnya khawatir."
Lea sangat-sangat mengerti. Digengamnya tangan Erza dengan sayang, "Abang nggak perlu sekhawatir itu karena Lea akan baik-baik saja."
Erza memperhatikan dengan seksama wajahnya mencoba mencari sedikit saja keraguan, sesaat kemudian ekspresi wajahnya berubah rileks. Dia merapikan rambutnya dan menepuk tangan Lea sebelum melepaskannya, "Aku tahu kamu wanita yang mandiri dan tahu dengan jelas apa yang kamu inginkan."
Lea tersenyum, merasa ada yang terusik di dalam sana.
"Tapi aku ingatkan Lea. Mau seseorang itu lebih muda ataupun tua dari kamu, kedewasaan tidak selalu diukur dari sana. Banyak faktor luar yang juga mempengaruhi. Jangan pernah menyamaratakan semua lelaki seperti itu."
"Tapi bang—"
"Dengarkan abang dulu."
Lea bungkam. Erza tersenyum, "Temukan seseorang yang membuatmu nyaman. Ubah sikapmu yang nampak tidak perdulian itu. Kalau memang cinta, selalu tunjukkan jangan termakan oleh gengsi seperti kebanyakan orang lainnya. Lelaki kadang juga butuh di yakinkan bukan hanya kamu wanita."
Lea sempurna terdiam. Kata-kata Erza begitu menohok hatinya. Selama ini bukannya dia tidak perdulian hanya saja seharusnya lelaki bisa selalu peka dengan tatapan mata perempuan. Tahu mana yang benar-benar mencintai mereka.
"Abang hanya berharap kamu bahagia. Seperti yang lainnya. Jadi tolong jangan terbebani ya."
Lea tersenyum dan memeluk abangnya itu dengan sayang. Setidaknya masih ada keluarga dan sahabat yang menemaninya tanpa harus menorehkan sebuah luka.
***
Keesokan paginya, disaat Lea sedang asyik membuat sketsa rancangan gaun malam request spesial dari teman sosialitanya, Stephie yang baru saja selesai mandi masuk ke kamar dan duduk di sampingnya memperhatikan. Matanya membulat sempurna melihat apa yang sedang dia gambar.“Gaun-gaun yang Tante buat selalu spektakuler. Ah, aku sudah gak sabar untuk memakai gaun ulang tahunku sendiri.” Lea tersenyum melihat kebahagiaan keponakannya. “Apalagi saat pesta ulang tahunku minggu depan akan ada tamu istimewa yang hadir.”Lea menutup lembar sketsanya dan merubah duduknya menghadap ke Stephie dengan wajah serius, "Siapa? Kamu pakai event organizer yang tante rekomendasikan itu kan?"Stephie mengangguk, "Semuanya sudah beres kok. Hanya tinggal menunggu hari. Aku sudah tidak sabar.""Tidak sabar berumur tujuh belas tahun?""Ya itu juga tapi yang lebih kerennya lagi ya, salah satu personil band favorit aku bakalan datang."Lea menaikkan alisnya, "Band apa?""TheHasky."Lea berpikir sebentar, mencob
Lea masuk dengan tergesa ke dalam butik tiga lantai miliknya. Etalase depan menampilkan berbagai manekin yang mengenakan gaun malam dan gaun pengantin model terbaru hasil rancangannya di salah satu area pusat perbelanjaan di Jakarta.Pagi ini pegawainya di butik menelepon untuk segera datang karena salah seorang pecinta gaun malam langganannya sekaligus teman dekatnya, tiba-tiba saja meminta bertemu tanpa membuat janji terlebih dahulu. Walaupun lelah setelah malamnya baru saja kembali dari Bandung tapi Lea tidak bisa begitu saja mengabaikannya."Selamat pagi Jenna. Maaf aku datang terlambat. Traffic di Jakarta selalu padat saat jam-jam sibuk seperti ini."Jenna, anak pengusaha tambang yang berwajah tirus dan cantik seperti barbie duduk anggun di depan meja kerja Lea seraya tersenyum, "Tidak apa-apa Lea. Aku juga merasakannya setiap hari. Seharusnya aku yang minta maaf melakukan janji temu denganmu secara mendadak seperti ini. Semalam aku tidak bisa menghubungimu jadi aku memutuskan l
Lea yang baru saja kembali dari membeli Mochacino Latte favoritnya bertemu dengan Ricko – asistennya – yang menunggu di samping mobil mini cooper miliknya.“Kita harus pergi ke stasiun televisi untuk talk show demi menghindari kemacetan."Lea mengangguk, "Iya aku tahu."Saat akan naik ke lantai dua, Lea mendengar adanya perdebatan kecil dari ruangan di mana terdapat banyak koleksi gaun pengantinya. Lea langsung berbelok dan berjalan menghampiri seorang penjaga tokonya yang terlihat kewalahan menangani dua pelanggan di dalam ruangan elegan yang sangat berkelas di butiknya.Lea menyapa dengan senyuman ramahnya, "Selamat pagi semuanya. Ada yang bisa saya bantu untuk kalian?"Wanita itu dan seorang ibu paruh baya berbalik menghadapnya lalu terkesima saat melihatnya. Wanita itu bahkan mengerjapkan matanya berkali-kali."Saya Azalea. Apa yang terjadi?" katanya sopan."Azalea Chou, pemilik butik ini?" tanyanya tidak percaya.Lea tersenyum, "Ya dan satu-satunya.""Astaga!! Aku tidak menyangk
"Kamu sudah siap kan?" tanya Ganesh yang berjalan bersisian dengan Lea sejak keluar dari ruang ganti tadi. Lea tersenyum, "Tentu. Hanya membahas tentang peluncuran koleksi terbaruku dan sedikit mengintip isi wardrobe-ku di apartemen kan?""Er, ya." Ganesh nampak berhati-hati.Lea berhenti sejenak dengan mata menyimpit tajam "Katakan apa yang harus aku ketahui sebelum aku naik ke atas sana?"Ganesh menghela napas lalu berdiri menjulang di depan Lea. Sosok Ganesh memang bukan orang asing di hidup Lea karena mereka pernah satu sekolah saat TK. Sekarang dia bekerja sebagai produser acara Talk Show Seleb yang dipandu oleh Ruben Onsu. Mereka sering melakukan kerja sama dalam berbagai acara yang mengundang Lea sebagai tamunya. Kali ini Lea mencium sesuatu yang buruk."Maafkan aku. Mungkin ini akan sedikit ekstrim hanya saja ini bukan kemauanku. Jadi—""Tidak usah bertele-tele jadi tolong sekarang katakan siapa saja bintang tamu hari ini selain aku?"Lea melipat kedua tangannya di dada menun
"Wow, udangan terbuka sepertinya. Oke, kamu bisa melanjutkan usahamu lagi nanti anak muda karena kita memiliki sesuatu yang harus di bahas di sini. Apalagi kalau bukan tentang rancangan terbaru Lea yang bertema "PinkPioniesCollection". Benar kan?""Iya benar.""Apa semua bajunya berwarna pink?" Ruben bertanya dengan nada serius.Lea tersenyum, “Tidak semua pink tapi juga warna lain yang soft. Warna-warna girly yang coba aku combine dengan warna lain.""Sangat perempuan sekali ya," canda Ruben."Oh ayolah, ini tentang fashion yang di pakai oleh wanita jadi wajar kalau seperti itu. Sesuatu yang akan menampilkan sisi feminim siapapun yang memakainya.""Iya betul juga sih. Kalau begitu coba kita lihat beberapa rancangan yang dikeluarkan oleh Lea awal bulan kemarin. Bukan gaun malam atau gaun pengantin ya tapi jenis gaun santai.""Aku menyebutnya Spring Dress. Gaun santai yang bisa di pakai untuk berbagai macam kegiatan.""Oke coba kita lihat."Layar menampilkan beberapa gaun miliknya untu
"Apa boleh aku mengatakan kalau sepertinya kamu berjodoh dengan Jeremy,Sky?" kekeh Lea membuat sahabatnya itu langsung cemberut. "Berjodoh dengan lelaki menyebalkan seperti dia?" Sky menggelengkan kepalanya cepat, "Memangnya stok lelaki di dunia ini sudah menipis dan hanya dia saja yang tersisa. Aku tidak sudi!"Lea berdecak, menghabiskan redwine-nya dalam satu kali minum, "Hati-hati Sky sayang. Mulutmu harimaumu. Kalau kalian nanti bersama, aku yang akan jadi orang pertama yang memberimu ucapan selamat berbahagia.""Dalam mimpi. Cih!" Sky nampak kesal dan menghabiskan minumannya. Lea memanggil kembali bartender dan meminta anggur merahnya diisi kembali. Dia butuh menenangkan pikiran dan hatinya yang berkecamuk akibat pertemuannya dengan si wanita jalang, Alexandra. "Jadi, Valen Ackerman tidak cukup menarik untuk menjadi calon pacarmu selanjutnya?"Lea menoleh, melihat Sky menatapnya dengan kilat jahil seraya menggoyangkan gelas minumannya. Lea jengah dan meletakkan gelasnya yang su
Lea tersenyum dan kembali mencium bunga itu lalu meletakkannya di dalam tasnya.Keenan meletakkan kedua lengannya di atas meja di samping dua ponsel canggih dan kunci mobil Mustangnya seraya memandangi Lea, "Jangan pernah berpikiran bahwa aku seorang penggombal ulung. Ini semua di luar kebiasaanku. Aku hanya berharap bahwa kamu, yang namanya secantik bunga memang pantas untuk di puja.""Terima kasih banyak pujiannya tapi semua itu terlalu berlebihan."Pelayan lalu datang dan membawakan pesanan mereka. Lea tergugah seleranya menatap steak mahal yang ada di hadapannya."Silahkan di nikmati Lea.""Kamu juga, Keenan."Lea mulai memakannya perlahan bersamaan dengan Keenan yang juga menyantap steak miliknya. Lea mengunyahnya dengan anggun dan bertatapan mata dengan Keenan yang sedang menyesap redwine nya. "Saat Jenna memberitahuku kalau kamu sering tampil di televisi, aku yang sekarang memilih menyibukkan diri di Indonesia jadi penasaran ingin melihat. Aku kemarin melihat reality show yang
“Jadi, bagaimana makan siangmu dengan si duda tampan kemarin?" Ricko menatapnya dengan sorot mata jahil. Lea tertawa, "Hmm, ya seperti itu. Memangnya apa yang kamu harapkan?"Saat ini mereka berada di ruang kerja Lea di butik miliknya menunggu Arinda dan Mamanya datang untuk mengukur gaun pengantinnya."Tidak ada ungkapan cinta atau semacamnya? Atau paling tidak ajakan berkencan untuk yang kedua kalinya?"Ricko nyengir ketika Lea menutup majalahnya dan menyimpitkan mata, "Kamu pikir hubungan kami sudah sedekat itu. Kami bahkan baru berkenalan tiga hari yang lalu.""Lelaki itu sepertinya tertarik denganmu. Aku yakin seratus persen di lihat dari ngototnya dia meminta waktumu untuk makan siang kemarin.""Jangan berpikiran yang tidak-tidak. Siapa tahu dia hanya memiliki waktu senggang kemarin di sela jadwalnya yang padat. Aku tidak mau berharap— yah walaupun dia memberiku sebuket pinkrose." Lea tersenyum.Ricko menepukkan tangannya, "Nah kan. Aku yakin dia pasti akan datang lagi untuk me