“E-ED!!!” seruan keluar dari mulut Jesica ketika melihat Edward. Dia spontan menutupi bagian sensitifnya. “Kamu bikin kaget saja, tahu?!”“Ma-Maaf, Je. Aku tidak sengaja,” ucap Edward, buru-buru menutup pintu lagi.‘Gila! Aku kaget beneran! Siapa sangka Jesica akan datang selarut ini?’ Batinnya masih terkejut.Jesica memang sempat terkejut ketika kepergok Edward barusan, tetapi langkah yang diambil berikutnya bisa membuat darah Edward berdesir sangat hebat.“Cepat lepas pakaianmu, Ed. Ayo kita mandi bersama,” ajak Jesica dengan suara pelan.“Ma-Mandi bersama?” Ulang Edward, takutnya sudah salah dengar.“Iya, Ed. Buruan masuk, kebetulan aku baru mau pakai sabun,” sahut Jesica.Entah apa yang terjadi saat ini, Edward benar-benar bingung dan tidak menduganya sama sekali. Dia takut semua ini hanya ilusi gara-gara efek samping sesudah menggunakan mode keperkasaan.Lagi pula, Edward harus menuntaskannya bersama pasangan untuk menghentikan mode tersebut. Lebih tepatnya, dia harus bersetubuh
Keesokan harinya.Masih di dalam kamar kost Edward.“Hmm … hmm … hmm ….”“Oh senangnya hatiku …..”“Hmm … hmm … hmm ….”“Hidupku jadi sempurna setelah bertemu kamu, Edward Lewis ....”Tampak Jesica sedang bersenandung dengan merdu di depan pantri. Dia sibuk memasak untuk sarapan Edward.Setelah melewati malam panas dengan kekasihnya, Jesica terlihat lebih cerah dan bersemangat. Makanya dia bangun lebih awal demi bisa membuat makanan. Dengan harapan, rasa cinta Edward akan tumbuh lebih banyak untuk dirinya dibanding Gracia.“Ok, nasi gorengnya sudah jadi. Sekarang tinggal telur dadar,” ucap Jesica seraya menaruh piring berisi nasi goreng di atas meja. Kemudian kembali ke depan pantri dan mulai menggoreng telur.Bahan-bahan yang digunakan wanita itu sebenarnya biasa saja, tetapi cara memasaknya bisa membuat bahan biasa itu menjadi makanan enak. Apa lagi, dia memang pandai membuat masakan pedas ciri khas negeri Tirai Bambu.“Hmm … hmm … hmm ….”Jesica mulai bersenandung lagi sambil senyu
Sekarang waktu menunjukan pukul 09:45. Di depan pintu masuk restoran El Pinto.Edward akhirnya tiba di tempat ini setelah menuntaskan semua aktivitas pagi, mulai dari mengerjakan misi harian hingga mengantar Jesica ke perusahaan. Pria itu datang lima belas menit lebih awal dari jadwal yang sudah dijanjikan. Dia sengaja melakukannya supaya bisa mengobrol sebentar dengan Derick.Lagi pula, kencan buta ini terlalu mendadak dan tidak pernah terpikirkan sama sekali. Makanya Edward perlu mencaritahu informasi lebih dulu agar tidak salah kaprah ketika kencan sudah dimulai nanti.“Yo, sobat. Kau datang lebih cepat dariku,” sapa Edward kepada Derick, yang sedang berdiri di depan pintu masuk El Pinto.Sahabat baiknya itu mengenakan pakaian sangat rapi hari ini. Baik bahu atau celana merupakan produk terkenal dan mewah di kota Noxus. Kencan buta ini sepertinya sangat penting bagi pria pecinta film kartun dari negara Sakura itu.“Ka-Kau … kenapa kau datang kemari? Di mana Edward?” Tanya Derick,
Helena Rose, Ceo berusia 35 tahun berparas sangat cantik dan memiliki tubuh indah. Memulai karir sebagai penjual parfum sejak lulus kuliah, dia akhirnya meraih kesuksesan di usia 30 tahun. Dengan ketekunan dan kerja kerasnya, dia bisa membangun perusahaan sendiri meski skalanya tidak terlalu besar. Helena menciptakan produknya sendiri yaitu Rose Gold parfum, produk yang selalu menjadi andalan perusahaannya. Pendapatan dari penjualan parfum kualitas premium itu pun bukan main, Helena bisa meraup untung bersih hingga 1 miliar dallant setiap bulannya.Hal tersebut sudah lebih dari cukup untuk menjadikan Helena sebagai seorang miliarder di kota Noxus. Sehingga dia sudah sangat terkenal di kalangan para pebisnis.Hanya saja ada rumor buruk tentang Helena yang tersebar di mana-mana. Konon wanita itu masih menjaga segel perawannya hingga sekarang. Dengan alasan, karena dia tidak pernah tertarik kepada pria dan lebih menyukai wanita.Entah siapa yang pertama kali menyebar rumor buruk itu, pa
Di luar restoran El Pinto. "Cepat lari, bodoh. Kenapa kau malah diam saja?!" tegur Edward kala melihat Derick termenung di depan pintu restoran. Dia malah melihat Shopie yang ingin menerkamnya dari sisi lain. "Ed, aku ingin merasakannya lagi. Bibir Shopie sangat manis menurutku," ujar Derick hendak berjalan menuju Shopie. Pletak! Edward sontak menjitak kepala Derick, jelas tidak bisa membiarkan sahabatnya masuk kembali ke dalam restoran El Pinto, karena semua wanita di dalam sana sudah menggila. Dia takut Derick akan menjadi korban pelecehan oleh wanita-wanita yang sudah kehilangan akal sehat itu. Dap! Dap! Dap! Suara langkah kaki tiba-tiba terdengar dari segala arah, banyak sekali wanita yang datang menyerbu Edward dan Derick. "Sial ... dari mana datangnya wanita-wanita itu?!" pekik Edward, benar-benar kebingungan dan terkejut."Mereka berdatangan kesini setelah mencium wangi dari parfum cinta Dewi Lexia," sahut Irene lewat earphone kasat mata. Edward mengerutkan kening sambi
“Me-Menikah?” Ulang Edward, matanya terbelalak lebar tak percaya.Helena hanya mengangguk kecil dengan rona merah terpancar kuat dari wajah cantiknya, tampak malu-malu seperti seorang gadis baru gede atau ABG.Edward sontak memperhatikan setiap gelagat wanita cantik berusia 35 tahun itu, mulai dari ekspresi hingga gestur tubuhnya. Tapi, dia tidak menemukan kebohongan apa pun dari Helena, tawaran barusan mungkin benar adanya.Jika seperti ini, artinya Helena adalah wanita pertama di luar Sistem Harem yang berani mengajak Edward melangkah ke jenjang sangat serius. Karena yang namanya pernikahan sudah pasti harus siap dalam segala aspek, baik sandang, pangan dan papan.Berdasarkan tiga hal tersebut, Edward jelas belum siap menikah. Dia masih muda dan masih ingin menikmati hidupnya. Terlebih, ada Sistem Harem yang sudah mengikatnya untuk berhubungan dengan banyak wanita.Dengan kata lain, pernikahan secara normal tidak mungkin Edward lakukan. Setidaknya dia juga perlu melibatkan wanita-wa
Pukul 16.50. Kantin belakang kampus Roxane. Tampak ada yang berbeda di tempat itu sore ini, penyebabnya karena kehadiran seorang wanita sangat cantik berpakaian formal yang sedang makan di sana. Wanita itu tidak peduli dengan tatapan tajam dari mahasiswa atau mahasiswi yang sedang asik nongkrong, dia sibuk menyantap makanannya sambil bermain ponsel. Ya, Helena Rose memutuskan datang ke kampus Roxane karena ingin menjemput Edward secara langsung. Dia takut Edward akan ingkar janji, atau berubah pikiran, makanya ia berani mengambil langkah tersebut supaya tidak terjadi kesalahan sekecil apa pun. “Sial, Edward menghindariku lagi hari ini. Benar-benar bajingan menyebalkan.” Sebuah suara sumbang tiba-tiba terdengar di kursi belakang, sontak menarik perhatian Helena. Dia pun mempertajam indera pendengaran dan berusaha menguping dengan baik. “Aku beneran heran sama kamu, Lena. Dulu kamu menganggap Edward sebagai anjing peliharaan. Tapi, kenapa kamu sangat mendambakan Edward sekarang?
“Ed … Tunggu sebentar, Ed. Aku mohon ….”Lena akhirnya berhasil mengejar Edward di parkiran depan, mencoba menghentikan langkahnya dengan suara keras.Namun, Edward masih mengabaikan mantan pacaranya itu. Dia terus berjalan bersama Helena hingga tiba di depan mobilnya.“EDWARD!!!” suara Lena semakin keras, bahkan menarik perhatian orang-orang yang di sekitar parkiran. “BERHENTI SEBENTAR, EDWARD. AKU MAU BICARA SERIUS!”Edward terpaksa merespon jika seperti ini urusannya, tak mau keributan semakin meluas.“Ada apa?” Tanya Edward sambil membalikan tubuhnya, menatap wajah Lena yang tampak kusut itu.Lena melirik Helena sekilas. “Bisakah kita bicara berdua saja?” Pintanya.“Bicara saja di sini, tak nyaman jika hanya berdua. Aku takut calon istriku akan salah paham,” ujar Edward, sekalian saja manfaatkan momen ini untuk menarik garis dengan Lena sepenuhnya. “Ca-Calon istri?!” Pekik Lena dan Helena serempak, jelas terkejut akan pengakuan Edward barusan.“Kamu serius, Ed?!” Lena memastikan,