Pagi berikutnya.Edward dan Aluna terbangung dalam keadaan telanjang, mereka tampak masih lelah usai melakukan persetubuhan panas tadi malam.Aluna sendiri sangat menikmati hal tabu tersebut meski sudah pernah merasakannya. Dia pikir Edward terlalu perkasa sehingga berhasil membuatnya melalang buana berulang kali. Ini juga merupakan pengalaman baru bagi wanita dewasa itu.Entah berapa kali Aluna mendapatkan pelepasan tadi malam, pastinya sangat sering sampai dia tak bisa menghitungnya pakai jari lagi.“Uh ... aku sepertinya akan kesulitan berjalan,” ujar Aluna masih dengan mata mengantuk.Dia lalu menyentuh ranah kewanitaannya, dan ternyata masih ada sisa-sisa cairan di sana.“Aduh, aku langsung tidur semalam, aku tak sempat membersihkannya. Kira-kira Edward benci wanita kurang teliti seperti aku tidak ya?” Aluna tampak cemas, jelas takut akan hal tersebut.“Mana mungkin aku membencimu, jusru aku menyukai wanita seperti kamu,” sahut Edward, langsung membawa Aluna ke dalam pelukannya.
Edward termenung cukup lama usai membaca pesan Irene, benar-benar bingung dan tak tahu harus mengambil keputusan apa."Sarapannya sudah siap, Ed. Ayo kesini," teriak Aluna dari arah dapur, sontak membuyarkan lamunan Edward."Oke, sebentar ...." Edward menanggapi sambil mengenakan pakaiannya. Mencoba melupakan Helena sejenak dan berusaha fokus pada Aluna.Tak lama berselang, Edward tiba di ruang makan, tampak beragam makanan yang sudah tersaji di atas meja."Wah, kamu jago masak ternyata. Kelihatannya makananmu enak-enak," ujar Edward, memuji usaha Aluna.Wajah Aluna pun memerah, jelas senang dengan pujian Edward."Silakan dicoba, Ed. Semoga kamu tidak kecewa," ujarnya.Edward tersenyum kecil mendengarnya, "Kenapa aku harus kecewa? Aku pikir makananmu terasa lezat.", kemudian dia menyantap makanan itu. Mulai dari daging hingga sayur sop bening.Namun, yang paling menggugah selera Edward adalah sambal buatan Aluna. Siapa sangka, wanita secantik dia sangat pandai membuat sambal."Ini ena
Edward menatap Aluna dengan ekspresi serius, mengangguk pelan. "Dua triliun, ya? Baiklah, aku akan membantu kamu," ujarnya, mengambil ponsel Aluna dan mulai melakukan transfer.Aluna menatap Edward dengan mata berkaca-kaca, terharu dengan kesediaan Edward yang membantu keluarganya. "Terima kasih, Edward," ucapnya, suaranya bergetar.Edward hanya tersenyum, menepuk bahu Aluna dengan lembut. "Tidak perlu berterima kasih, Aluna. Kita adalah pasangan, dan pasangan harus selalu membantu satu sama lain," ujarnya, menenangkan Aluna.Setelah selesai transfer, Edward mengembalikan ponsel Aluna. "Ok, masalahnya beres. Aset keluarga Everdeen sudah aman sekarang," ujarnya, tersenyum tulus.Aluna menatap Edward dengan mata berbinar, penuh rasa terima kasih. "Kamu benar-benar menyelamatkan kami, Edward. Aku tidak tahu bagaimana cara membalas budi baikmu," ucapnya, suaranya penuh rasa haru.Edward hanya tersenyum, menggelengkan kepalanya. "Tak perlu membalas apa-apa, aku hanya melakukan apa yang seh
Edward merasa gelisah dan khawatir usai mendengar kabar buruk dari Aluna. Dia segera kembali ke meja Clara dengan wajah yang penuh kekhawatiran."Ada apa, Ed?" tanya Clara, tampak penasaran.Edward menjelaskan situasi yang sedang terjadi kepada Clara, tentang pengeboman di perusahaan ayah Aluna. Clara terkejut mendengarnya dan merasa prihatin dengan keadaan Aluna dan keluarganya."Kita harus segera pergi ke tempat Aluna. Dia butuh dukungan kita di saat-saat seperti ini," ujar Clara tegas.“Tidak, kamu tak perlu pergi kesana. Kamu masih punya masalah yang harus diselesaikan,” tukas Edward, diam-diam mengeluarkan sebotol air dari sistem harem.“Minumkan ini pada ibumu, lalu kabari aku reaksinya. Cukup satu gelas saja, jangan berlebihan,” jelasnya sambil memberikan botol air itu pada Clara.“Air mineral? Untuk apa air mineral, Ed?” Clara bingung sendiri, menatap air itu dan tidak mengerti.Edward tersenyum tipis, “Percayalah, air itu bisa mengatasi masalahmu. Aku yakin ibumu aka
Edward menatap dengan cermat sosok pria yang baru saja bangkit dengan tenaga luar biasa. Meskipun dia mengaku telah sembuh berkat obat Edward, ekspresi wajah pria itu menunjukkan kekhawatiran mendalam. “Ayah, kamu benar-benar baik-baik saja?” tanya Aluna, penuh rasa syukur dan cemas bersamaan. “Tenang, Nak. Aku baik-baik saja sekarang,” jawab pria itu sambil mengamati tim medis yang sudah berusaha menolongnya. Edward merasa lega, tetapi rasa ingin tahunya semakin membara. Dia berusaha menyusun strategi untuk menghadapi ancaman di balik serangan bom tersebut. “Aluna, ayo kita bicara sebentar,” ajak Edward, menarik Aluna ke samping, jauh dari kerumunan. “Ada apa, Ed? Kenapa serangan ini bisa terjadi?” tanya Aluna dengan suara bergetar. Edward mencoba menganalisis situasi. “Ada kemungkinan bahwa serangan ini bukan hanya sekadar aksi teroris. Menurut informasi yang aku dapat, keluarga Everdeen mungkin sudah menjadi target lama. Ada beberapa kelompok yang bisa melakukan hal ini,
[“Dewi Cinta Lexia memberimu Sistem Harem untuk menaklukan dunia. Bersediakah kamu menerimanya?”] Sebuah pesan aneh tiba-tiba masuk ke ponsel seorang pemuda bernama Edward Lewis. Pemuda yang sedang duduk di kursi taman itu langsung terkejut setelah membaca pesan tersebut.“Apa maksudnya?” Gumam Edward bertanya-tanya di dalam benaknya.“Ah, pasti pesan penipuan atau pesan dari orang tidak punya kerjaan,” lanjutnya menerka-nerka.Dia lalu mengabaikan pesan itu dan kembali fokus mengejarkan tugas kuliahnya.[“Dewi Cinta Lexia telah memilihmu untuk menjadi Raja Harem. Apakah kamu ingin menerimanya?”] pesan itu masuk lagi ke ponsel Edward.[“Silakan balas pesan ini jika kamu ingin menerima tawaran Dewi Lexia. Kesempatan ini hanya datang satu kali. Jangan sampai kamu melewatkannya.”] pesan tambahan menyusul kemudian.Edward menggeleng pelan usai membaca pesan-pesan tersebut. Tidak peduli sama sekali dan masih fokus mengerjakan tugas kuliahnya.Lagi pula, dia sudah kehabisan waktu untuk men
Edward tersentak setelah mendengar suara Irene. ‘Bukankah sistem ini terlalu canggih untuk sebuah Smartphone? Dia sudah seperti gadis sungguhan, saja,’ batinnya.“Saya akan memberikan panduan singkat kepada Master. Pertama, silakan lihat menu profil untuk mengetahui status Master,” ujar Irene, membuka profil Edward pada Sistem tersebut.Seketika terpampang tampilan profil Edward secara lengkap.Nama : Edward LewisRas : Manusia (Pria)Usia : 24 tahunLevel : 1Status : Pemilik Sitstem Harem versi 1.0Jumlah wanita: 0Jumlah point : 0Saldo : 1000 Colt“Dewi Lexia juga memberikan saldo awal sebanyak 1000 Colt sebagai modal awal. 1 Colt setara dengan 100 ribu Dallant,” jelas Irene.Edward kembali tersentak, pasalnya modal yang diberikan sangatlah besar menurutnya. Dia sendiri biasanya akan menghabiskan satu juta Dallant dalam sebulan, sudah termasuk uang kost dan biaya hidupnya.Sedangkan sekarang Edward langsung menerima modal sebanyak 1000 Colt. Yang artinya ia memiliki seratus juta D
Seminggu kemudian.Di sebuah jalan yang terletak di pinggiran sungai Marco, sungai terbesar di kota Noxus.“Tinggal sepuluh kali lagi,” ucap Edward sambil melakukan squat jump. Pemuda itu tampak lebih bersemangat ketika menjalankan misi harian hari ini.Pasalnya, Edward akan memperoleh 10 point setiap kali menyelesaikan misi harian. Point itu guna menambah status pada tubuhnya. Selain itu, ada juga hadiah Experience untuk menaikan levelnya.Secara konsep, Sistem Harem ini sudah seperti sistem pada game MMORPG, yang di mana karakter akan tumbuh semakin kuat setiap kali naik level dan mendapatkan point.Karena itu, Edward menjadi semakin giat menjalankan misi harian. Misi yang awalnya terasa sangat berat, perlahan berubah menjadi misi yang terasa sangat menyenangkan karena sudah terbiasa.“…. Sembilan puluh enam … Sembilan puluh tujuh … Sembilan puluh delapan … Sembilan puluh sembilan … Seratus. Huh, akhirnya selesai juga,” ucap Edward sambil membuang nafas, meregangkan tubuhnya kemudia