Edward tersentak setelah mendengar suara Irene. ‘Bukankah sistem ini terlalu canggih untuk sebuah Smartphone? Dia sudah seperti gadis sungguhan, saja,’ batinnya.
“Saya akan memberikan panduan singkat kepada Master. Pertama, silakan lihat menu profil untuk mengetahui status Master,” ujar Irene, membuka profil Edward pada Sistem tersebut.Seketika terpampang tampilan profil Edward secara lengkap.Nama : Edward LewisRas : Manusia (Pria)Usia : 24 tahunLevel : 1Status : Pemilik Sitstem Harem versi 1.0Jumlah wanita: 0Jumlah point : 0Saldo : 1000 Colt“Dewi Lexia juga memberikan saldo awal sebanyak 1000 Colt sebagai modal awal. 1 Colt setara dengan 100 ribu Dallant,” jelas Irene.Edward kembali tersentak, pasalnya modal yang diberikan sangatlah besar menurutnya. Dia sendiri biasanya akan menghabiskan satu juta Dallant dalam sebulan, sudah termasuk uang kost dan biaya hidupnya.Sedangkan sekarang Edward langsung menerima modal sebanyak 1000 Colt. Yang artinya ia memiliki seratus juta Dallant di dalam dompetnya.“I-Irene, apa 1000 Colt ini bisa dikonversikan menjadi Dallant?” Edward tampak gugup saat memastikan.“Tentu saja, Master bisa merubahnya menjadi uang sungguhan. Tapi, hanya bisa dilakukan sekali dalam satu hari,” jawab Irene.Perasaan Erdward sangat menggebu-gebu pada saat ini. Darahnya pun bersedir kuat seakan bisa pecah kapan saja.‘Seratus juta Dallant? Ah! Aku bisa membeli apa saja dengan uang sebanyak itu,’ pikir Edward, tanpa ragu mengkonversi semua saldo itu.Namun, Irene langsung melakukan tindakan pencegahan. “Master memang bisa mengkonversi saldonya, tapi hanya setengahnya saja. Setengah lagi harus Master gunakan untuk membeli barang-barang pada Sistem,” jelasnya lagi.“Membeli barang pada Sistem?” Ulang Edward.Irene segera menampilkan barang-barang yang tersdia pda Menu Toko. Di sana, ada beragam barang yang bisa dibeli Edward menggunakan saldonya.Akan tetapi, baru ada tiga barang yang bisa dibeli Edward, yaitu Mie Cup, Air Mineral, dan Obat Penyembuh.“Aku cuma bisa membeli barang-barang ini? Ayolah, kamu jangan bercanda seperti itu padaku,” protes Edward.“Saya tidak berani bercanda kepada Master. Memang hanya tiga barang ini yang bisa Master beli dengan level yang sekarang. Barang yang lain akan terbuka setelah Master naik level nanti,” balas Irene.Edward mau tak mau menekan icon salah satu barang untuk melihat informasinya.[Pil Biru penambah stamina. Harga 100 Colt. Berguna untuk menambah keperkasaan Anda ketika berhubungan dengan lawan jenis di atas ranjang. Barang ini bisa dibeli saat Anda mencapai level lima.]Edward lagi-lagi terkejut, tak pernah menyangka ada benda semacam itu pada Sistem Harem. Tapi, dia tidak terlalu terkejut seperti sebelumnya. Dan bisa memaklumi karena Sistem itu berasal dari Dewi Cinta, Lexia.“Lalu bagaimana caraku menaikan level? Apa aku harus membunuh monster atau sejenisnya?” Tanya Edward, kepalanya tiba-tiba memikirkan game MMORPG yang selalu dimainkannya ketika senggang.“Master tidak perlu melakukan hal merepotkan semacam itu. Lagi pula, tidak ada monster di dunia ini. Master hanya perlu menyelesaikan setiap misi untuk menaikan level,” terang Irene. Kemudian membuka Menu misi pada Sistem itu.Edward pun melihat menu tersebut, ternyata ada tiga kolom misi yang tertera di sana. Dan masing-masing kolom diberi warna berbeda, kuning, biru, dan hijau.“Misi utama, misi tambahan, dan misi harian? Apa maksudnya semua ini?” Tanya Edward, kepalanya terlalu lambat untuk mencerna semua informasi tersebut.Irene menjelaskan lebih jauh. “Misi utama adalah misi yang wajib Master tuntaskan. Jika gagal, master akan menerima hukuman sangat berat. Bahkan hak Master sebagai pemilik Sistem Harem akan dicabut secara permanen. Hal serupa juga berlaku untuk misi tambahan dan misi harian. Hanya jenis hukumannya saja yang membedakannya.”“Hukuman, kamu bilang hukuman?” Edward memastikan, takutnya sudah salah dengar.“Ya. Akan ada hukuman jika Master gagal menjalankan misi. Misalnya kehilangan reputasi, kharisma atau sejenisnya. Dan hukuman paling parah adalah kehilangan hak untuk menggunakan sistem harem. Jadi, master harus berusaha sebaik mungkin agar tidak gagal ketika menjalankan misi, terutama misi harian yang sudah dimulai sejak Sistem ini terinstal pada ponsel Master,” jawab Irene, menunjukan misi harian kepda Edward.“APA?!” Pekik Edward, matanya membulat sempurna.“Kenapa kamu baru bilang sekarang? Aduh, aku harus melakukan apa agar misi itu tidak gagal?” Dia panik sendiri jadinya.“Master jangan khawatir, misi harian tidak terlalu sulit kok. Master hanya perlu berlari sejauh lima kilometer, kemudian push up, sit up dan squat jump seratus kali,” ujar Irene.Edward hampir pingsan setelah mendengarnya. ‘Gila! Mana mampu aku melakukan semua itu! Aku tidak pernah berolahraga semenjak lulus SMA, tapi sekarang aku harus olahraga dengan tingkat sangat berat?’“Saya menyarankan agar Maser melakukan misi harian mulai sekarang. Jangan sampai Master gagal karena waktu misi harian akan berakhir tepat pada tengah malam,” ujar Irene lagi.Edward spontan melirik jam tangannya, waktu sudah menunjukan pukul 13.30 saat ini.‘Sial, waktuku tidak banyak, apa lagi aku harus ikut mata kuliah Bu Lisa. Argh! Apa yang harus aku lakukan? Jika aku mengerjakan misi harian, aku akan bolos kuliah. Tapi, aku tidak mau gagal dan kehilangan sistem ini,’ batin Edward sangat bingung.Namun, pandangannya tiba-riba beralih ke arah cermin. Di wajahnya masih terlihat jelas bekas pukulan Tomy sebelumnya, yang membuatnya mengingat kembali kejadian menyakitkan dari mantan kekasihnya, Lena.Tanpa perlu banyak bepikir lagi, Edward langsung pergi dari toilet itu menuju kursi taman. Berniat mengambil barang-barangnya lebih dulu, kemudian lanjut menjalankan misi harian tersebut di lapangan kampus.Dia tidak terpikirkan tempat lain untuk saat ini, yang terpenting harus menjalankan misi harian agar tidak gagal.“Tunggu sebentar, Edward. Kau mau pergi kemana? Kelas Bu Lisa ada di gedung C, kan? Tapi, kenapa kau malah pergi ke lapangan?” Cegah Derick begitu Edward hendak meninggalkannya.Edward menoleh tegas kepada Derick, lalu memberikan buku tugasnya. “Bantu aku mengumpulkan tugas ini dan mengisi absen kehadiran. Aku akan bolos mata kuliah Bu Lisa,” ujarnya.“Bolos? Kau yakin mau bolos mata kuliah Bu Lisa? Apa kau tidak takut nilaimu akan jelek?” Derick tampak tidak percaya, karena setahunya Edward mahasiswa yang sangat rajin, apa lagi saat menghadiri kelas Bu Lisa.“Sekali ini saja, aku masih punya urusan yang harus dikerjakan,” balas Edward, melanjutkan langkah kakinya menuju lapangan kampus.Derick sadar bahwa akan sia-sia saja jika terus menahan Edward di sini. Dia pikir sahabatnya itu ingin melampiaskan rasa sakit hatinya setelah diputuskan Lena.“Semoga kau tidak gila, Edward. Aku harap kau bisa menerima fakta ini dengan lapang dada,” gumam Derick seraya pergi menuju kelasnya di gedung C.Sementara Edward sudah mulai berlari begitu kakinya menginjak rumput lanpangan. Bahkan sampai teriak-teriak sangat keras bagai orang gila.“Tunggu saja pengkhianat! Aku akan membalas perbuatan kalian suatu hari nanti! Aku pastikan kalian akan meyesal hingga turunan ketujuh!”Begitulah yang diucapkan mulut Edward, tapi fisiknya langsung lemas setelah berlari beberapa putaran.Gelagat Edward juga menarik perhatian dari orang-orang yang sedang berjalan di sekitar lapangan. Bahkan ada beberapa orang yang memviralkannya lewat postingan sosial media.Kejadian ini pun tersebar luas dengan sebutan “Mahasiswa Stres Setelah Putus Cinta” .Tentu saja Tomy dan Lena yang sudah memberikan nama tersebut pada postingan video di akun sosial media mereka.…Seminggu kemudian.Di sebuah jalan yang terletak di pinggiran sungai Marco, sungai terbesar di kota Noxus.“Tinggal sepuluh kali lagi,” ucap Edward sambil melakukan squat jump. Pemuda itu tampak lebih bersemangat ketika menjalankan misi harian hari ini.Pasalnya, Edward akan memperoleh 10 point setiap kali menyelesaikan misi harian. Point itu guna menambah status pada tubuhnya. Selain itu, ada juga hadiah Experience untuk menaikan levelnya.Secara konsep, Sistem Harem ini sudah seperti sistem pada game MMORPG, yang di mana karakter akan tumbuh semakin kuat setiap kali naik level dan mendapatkan point.Karena itu, Edward menjadi semakin giat menjalankan misi harian. Misi yang awalnya terasa sangat berat, perlahan berubah menjadi misi yang terasa sangat menyenangkan karena sudah terbiasa.“…. Sembilan puluh enam … Sembilan puluh tujuh … Sembilan puluh delapan … Sembilan puluh sembilan … Seratus. Huh, akhirnya selesai juga,” ucap Edward sambil membuang nafas, meregangkan tubuhnya kemudia
Keesokan harinya.Ting! Ting! Ting!“Cepat bangun, Master. Dewi Lecia sudah memberikan Misi utama dan misi tambahan!” Seru Irene bersamaan dengan suara alarm.“Benarkah? Dewi Lexia sudah memberikan misi padaku?” Edward segera membuka matanya dengan penuh semangat. Ia sudah menantikan misi-misi tersebut sejak tadi malam, bahkan sampai ketiduran.“Benar Master! Silakan Master lihat sendiri.” Irene langsung masuk ke menu misi, menampilkan dua misi baru untuk Edward.[“Misi utama, dapatkan perasaan dari wanita yang akan mewarisi kekayaan keluarga Lee di masa depan. Misi tambahan, rubah penampilanmu menjadi lebih tampan.”]Edward mengerutkan kening setelah membacanya. “Siapa keluarga Lee? Perasaan tidak ada nama keluarga itu di kota Noxus. Terus, apa maksudnya dengan misi menjadi lebih tampan? Memangnya aku masih kurang tampan sekarang?” Tanyanya.“Karena misinya tertulis seperti itu, keluarga Lee sudah pasti ada di kota Noxus. Dan mereka seharusnya bukan keluarga biasa-biasa,” ujar Irene.
Saat yang sama di dalam sebuah gudang kosong, gudang yang letaknya tidak jauh dari salon kecantikan milik pria berotot kekar itu.“Tolong jangan lakukan itu, Akira. A-Aku bisa berikan apa saja selama kamu mau melepaskan aku,” pinta seorang gadis cantik, yang kini sedang duduk terikat di sebuah kursi besi. Dia adalah Jesica Lee, salah satu bunga kampus yang terkenal sangat cantik, dingin dan angkuh. Namun semua itu terpaksa sirna ketika ia harus berhadapan dengan seorang pemuda gendut bernama Yoshiko Akira. “Cukup berikan saja keperawananmu, aku janji akan melepaskanmu setelahnya,” balas Akira, menyentuh rambut lurus Jesica dengan lembut. “Singkirkan tanganmu, bajingan. Jangan sampai kesabaranku habis,” ancam Jesica, merasa tak nyaman ketika Akira menyentuh rambutnya.Alih-alih menurut, Akira malah semakin menjadi. Dia tidak hanya menyentuh rambut Jesica kali ini, bahkan mulai berani menyentuh wajahnya, yang konon tidak pernah disentuh pria mana pun. “Dengar baik-baik, Jesica. Situa
“Siapa kau? Kenapa kau berani ikut campur?” Tanya Akira, sebenarnya agak heran ketika melihat Edward masih baik-baik saja setelah terkena tembakan.Tidak peduli apa, orang biasa pasti akan kesakitan jika terkena serangan langsung seperti itu. Minimal akan kesulitan bergerak atau hanya bisa diam di tempat.Namun, pemuda tampan itu tidak terlihat kesakitan sama sekali. Bahkan tidak peduli dengan lukanya sendiri.Akira pun merasa sedikit ketakutan dan memiliki firasat buruk di dalam hatinya.“Kau tidak perlu tahu siapa aku. Intinya, aku tidak pernah memaafkan bajingan yang ingin menyakiti wanitaku,” balas Edward, sengaja bicara seperti itu untuk menggertak Akira.“Wanitamu?” Ulang Akira, jelas tidak percaya.“Apa maksudmu, penipu? Siapa juga yang mau jadi wanitamu?” Sambung Jesica, heran akan gelagat Edward.Edward menghela nafas dalam. “Kamu akan menjadi wanitaku sebentar lagi. Jadi tidak masalah jika aku mengakuinya sekarang,” jelasnya menoleh sedikit dan tersenyum manis ke arah Jesica
Sekitar satu jam kemudian.Di dalam sebuah restoran mewah bernama El Pinto, tempat makan yang terkenal akan kelezatan olahan dagingnya.***“Bisakah kamu pergi dari hadapanku sekarang? Sampai kapan kamu mau mengikutiku?” Jesica tampak kesal kepada Edward, yang terus mengikutinya hingga ke dalam restoran ini. Bahkan sampai duduk di meja yang sama.“Tolong jangan salah paham dulu. Sudah tidak ada lagi meja kosong di restoran ini, jadi aku terpaksa satu meja sama kamu karena kita datang bersama-sama. Selain itu, aku tidak berniat mengikutimu. Kebetulan saja kita punya tujuan yang sama,” bohong Edward, aslinya terpaksa mengikuti Jesica karena ada misi lanjutan dari misi utama.Faktanya, misi utama tentang Jesica merupakan misi yang harus diselesaikan secara bertahap. Ada empat tahap hingga misi itu benar-benar berakhir.Pertama, Edward harus mendapatkan perasaan Jesica lebih duu. Misi pun sudah berhasil diselesaikan setelah Edward mengalahkan Akira dan kelompoknya di gudang kosong.Sekara
"Terima kasih atas perhatianmu, tapi biarkan aku memastikan sendiri. Apa pun hasilnya, aku pasti akan terima dengan lapang hati," ucap Jesica, melepaskan diri dari pelukan Edward."Berjanjilah," cegah Edward menahan tangan Jesica lagi."Apa?" Jesica membalikan badannya. "Kamu ingin aku berjanji untuk apa?""Jangan menangis jika faktanya tidak sesuai dengan harapanmu," pinta Edward, berharap Jesica tidak terlalu bersedih setelah tahu kebusukan Tomy."Aku mengerti," tanggap Jesica, tersenyum kecil kepada Edward sebelum pergi meninggalkanya.Edward jelas tidak bisa diam begitu saja, mengendap-ngendap mengikut Jesica hingga tiba di balik sebuah pilar. Dia bersembunyi di sana dan memperhatikan setiap adegan yang akan terjadi berikutnya.Tak butuh waktu lama bagi Jesica untuk tiba di depan meja Tomy dan Lena. Dia pun menyapa Tomy dengan akrab layaknya teman biasa."Lama tak jumpa, Tomy. Siapa sangka kita bisa bertemu di tempat ini," ucap Jesica, tersenyum kepada Tomy."J-Jesica ...." Tomy t
Keesokan harinya. Tampak Edward sedang kebingungan ketika melihat tubuh polosnya di pantulan kaca. Terutama dia sangat bingung saat melihat ukuran burungnya yang semakin bertambah panjang dan besar. “Kok bisa jadi seperti ini sih? Kira-kira bisa masuk ke lubang wanita tidak ya? Aku takut mereka akan kesakitan jika burung ini memasuki sarangnya,” gumam Edward, menyentuh kepunyaannya yang sedang menggantung lemas itu. “Master jangan khawatir, justru wanita akan senang ketika lubang mereka merasakan senjata andalan Master. Saya jamin mereka akan ketagihan,” sahut Irene dari atas nakas. “Benarkah? Wanita akan puas jika ukurannya sebesar dan sepanjang ini?” Edward memastikan. “Tentu saja! Semua wanita di dunia ini menyukai burung yang besar dan panjang!” Seru Irene. “Oh ya, Master. Misi tambahan untuk hari ini sudah keluar. Apa Master ingin mendengarnya?” tambah Irene. “Boleh, tolong bacakan saja,” sahut Edward, kini sedang memakaian pakaian. Irene pun membacakan semua misi yang ter
“Bu Lisa, ini aku Edward. Tolong percayalah!” Seru Edward dari luar kelas.Tok! Tok! Tok!Dia mengetuk-ngetuk pintu karena Lisa bersikeras menolak kehadiannya di dalam kelas tersebut.“Berisik! Kamu mengganggu sekali!” Lisa pun kehilangan kesabaran, memang mudah marah karena kesabarannya setipis tisu.“Aku tidak mau bolos, Bu. Biarkan aku masuk kelas,” pinta Edward.“Lihat! Ini kartu pengenalku, ada juga kartu mahasiswa,” lanjutnya seraya mengeluarkan benda-benda tersebut dari dalam dompet.Lisa mau tak mau membuka kembali pintu kelas. Menatap wajah Edward sekilas, lalu mengambil kedua kartu tanda pengenal itu dari tangan Edward.“Kamu beneran Edward Lewis?” Lisa memastikan.Edward mengangguk berulang kali. “Benar sekali, Bu. Aku Edward Lewis,“ akunya.Lisa mengerutkan kening, kembali menatap kartu pengenal itu untuk waktu cukup lama. “Kenapa tidak mirip ya? Edward seharusnya tidak setampan kamu,” ujarnya jujur sekali.Wajah Edward memerah. “Semua orang bisa berubah, Bu. Termasuk aku,