Home / Romansa / SISTEM HAREM : Penakluk Wanita / Ban 6 - Alat Getar Yang Menggetarkan Jiwa

Share

Ban 6 - Alat Getar Yang Menggetarkan Jiwa

“Siapa kau? Kenapa kau berani ikut campur?” Tanya Akira, sebenarnya agak heran ketika melihat Edward masih baik-baik saja setelah terkena tembakan.

Tidak peduli apa, orang biasa pasti akan kesakitan jika terkena serangan langsung seperti itu. Minimal akan kesulitan bergerak atau hanya bisa diam di tempat.

Namun, pemuda tampan itu tidak terlihat kesakitan sama sekali. Bahkan tidak peduli dengan lukanya sendiri.

Akira pun merasa sedikit ketakutan dan memiliki firasat buruk di dalam hatinya.

“Kau tidak perlu tahu siapa aku. Intinya, aku tidak pernah memaafkan bajingan yang ingin menyakiti wanitaku,” balas Edward, sengaja bicara seperti itu untuk menggertak Akira.

“Wanitamu?” Ulang Akira, jelas tidak percaya.

“Apa maksudmu, penipu? Siapa juga yang mau jadi wanitamu?” Sambung Jesica, heran akan gelagat Edward.

Edward menghela nafas dalam. “Kamu akan menjadi wanitaku sebentar lagi. Jadi tidak masalah jika aku mengakuinya sekarang,” jelasnya menoleh sedikit dan tersenyum manis ke arah Jesica.

Harus diakui bahwa pesona Edward memang tidak terlihat seperti pria biasa. Jesica pun sedikit tertarik begitu bisa melihat wajahnya dengan jelas.

Akan tetapi, hati Jesica terlalu angkuh untuk mengakuinya. Sehingga ia tidak terlalu peduli dan hanya ingin pergi dari tempat ini secepat mungkin.

“Buktikan jika kamu ingin aku menjadi wanitamu,” teriak Jesica, biar saja Edward bertarung serius untuknya dan akan lebih bagus jika dia benar-benar mampu mengalahkan kelompok Akira.

“Jangan tarik kembali kata-katamu,” balas Edward tersenyum puas.

“Hei, Irene. Cepat berikan aku senjata untuk melawan mereka,” lanjut Edward lewat Earphone kasat mata.

“Mohon maaf, Master. Tidak ada senjata yang bisa digunakan untuk bertarung. Sistem Harem tidak dirancang untuk hal semacam itu,” jelas Irene.

“Apa?!” Pekik Edward, benar-benar tidak percaya. “Jangan bercanda, Irene. Musuh ada banyak, bisa mati aku jika tidak melawan mereka pakai senjata.”

“Saya tidak bercanda, Master. Memang tidak ada senjata di Sistem Harem. Tapi, Master masih bisa menggunakan alat ini.” Irene buru-buru mengeluarkan sebuah alat ke tangan Edward.

“HAH?!” Edward pun terkejut saat melihat alat itu di tangannya.

“Hahaha! Tak ‘kusangka akan bertemu seorang maniak di sini,” ujar Akira, gelak tawa lolos begitu saja dari mulutnya.

“Sialan! Siapa yang kau panggil maniak?!” Tanya Edward, reflek ingin menbuang alat di tangannya, tapi tidak bisa karena alat itu menempel kuat.

“Kau seorang maniak!” Teriak orang-orang di sekitar Edward dengan serempak.

“Ya Tuhan! Kenapa harus seorang maniak yang datang menyelamatkan aku? Tidakkah nasibku ini terlalu sial?” Jesica juga ikut buka suara.

Wajah Edward sontak merah padam bagai tomat. Rasanya ingin mengubur kepala ke dalam lubang karena tak kuasa menahan rasa malu.

Pasalnya, alat yang sedang dipegangnya merupakan alat bantu untuk memuaskan hasray wanita. Atau lebih tepatnya sebuah Vibrator berbentuk Microphone.

Orang gila mana yang akan bertarung menggunakan alat pemuas itu, mungkin hanya Edward satu-satunya orang yang bisa melakukannya.

“Jangan pedulikan ucapan mereka Master! Cepat serang mereka menggunakan alat itu! Gunakan kesepatan ini untuk mengalahkan mereka!” Seru Irene.

“Berisik … Aku … Aku … ARGHHHH!!!”

Meskipun batin Edward merasa sangat enggan, namun dia masih tetap menyerang setiap musuh menggunakan alat getar itu.

Zzzt! Zzzt! Zzzt!

Getaran penuh kenikmatan pun segera dirasakan orang-orang Akira.

“Hiyaa … Ini terlalu nikmat ….”

“Ah … Lagi dong, Tuan. Puas sekali rasanya ….”

“Tolong gunakan itu pada pantatku … Aku juga ingin meraih puncak kenikmatan ….”

Suara-suara ambigu terus keluar dari mulut orang-orang Akira begitu tubuh mereka terkena sengatan alat getar. Sementara Edward sendiri hampir menangis darah setiap kali menyerang tubuh mereka.

‘Sialan kau, Dewi Cinta Lexia. Kenapa kau memberikan sistem bodoh ini padaku?!’ Batin Edward menggerutu kesal.

Brugh!

Brugh!

Brugh!

“Terima kasih, Tuan. Kami merasa sangat puas!”

Mereka berteriak serempak setelah terjatuh ke lantai gundang itu. Tubuh mereka juga masih bergelinjang tak karuan untuk menikmati sisa-sia pelepasan.

“Hoeeeek.”

Edward benar-benar muntah ketika melihat pria-pria itu terkapar dalam kenikmatan. Mau tak mau melirik alat getar yang masih menyala di tangannya dan merasa ngeri sendiri.

‘Sial! Alat getar ini ternyata bisa digunakan kepada pria. Bahkan mampu menggetarkan mereka hingga ke palung jiwa,’ pikir Edward.

“K-Kau … Apa alat getar itu bisa memuaskan kebutuhan pria? Apa aku juga boleh merasaknnya?” Tanya Akira, buru-buru berlari menghampiri Edward, berharap tubuhnya juga akan mendapatkan sengatan dari alat getar itu.

“Berisik! Kau jangan beringkah bodoh! Aku ini musuhmu!” Hardik Erdward, jelas tidak mau menggunakan alat itu kepada Akira.

“Bilang harganya! Aku akan membayar berapa pun demi mendapatlan kenikmatan dari alat ajaib itu. Tolong sengat aku juga, biarkan aku menikmatinya seperti mereka,” ujar Akira, malah semakin berhasrat.

Wajah Edward menggelap seketika. Tak tahu harus merasa senang atau sedih untuk menanggapi situasi saat ini.

Terlepas dari hasil pertarungan, Edward benar-benar kesal dengan alat getar yang bisa menggertarkan jiwa itu.

Tidak masalah jika Edward menggunakannya kepada seorang wanita, tapi sekarang sudah menjadi masalah karwna ia terpaksa menggunakannya kepada seklompok pria.

Ada tekanan mental yang dirasakan Edward saat ini. Sontak memicu kemarahan luar biasa di dalam harinya.

“Kau … Apa kau benar-benar ingin merasakannya?” Tanya Edward.

“Ya! Aku sangat ingin merasakannya! Tolong lakukan di sini.” Akira buru-buru menungging, ingin alat getar itu menyerang pantatnya.

Wajah Edward semakin menggelap. “Baiklah! Tapi, kau jangan salahkan aku bila hasilnya terlalu nikmat,” ujarnya.

“Tidak masalah! Cepatlah serang aku!” Tanggap Akira tidak sabaran.

Edward melirik pantat besar itu sekilas, dan hampir muntah lagi setelahnya.

Menjijikan!

Hanya itu yang ada di dalam benak Edward saat ini. Tidak habis pikir pemuda gendut itu ternyata seorang maniak sejati.

Tanpa mendunda waktu, Edward segera mengambil ancang-ancang untuk menyerang pantat Akira.

“One Punch!!!”

Namun, dia tidak menggunakan alat getar, malah menggunakan jurus tinju yang kebetulan sudah bisa digunakan lagi.

Bam!

Dengan keras, tinju Edward mendarat mulus di pantat besar Akira.

“Hiya … INI NIKMAT SEKALI!!!”

Sialnya, Akira malah meleguh keenakan meski tubuhnya terhempas jauh setelah terkena pukulan itu.

Braaak!

Akira baru berhenti begitu menabrak meja. Sekujur tubuhnya pun bergelinjang tak karuan seolah sudah merasakan kenikmatan tiada tara.

“M-Mantap … Kau memang yang terbaik ….” Akira mengacungkan jempol kepada Edward dengan sisa-sisa tenaga. Kemudian pingsan masih dalam keadaan melalang buana.

Erdward hanya bisa garuk-garuk kepala sambil tersenyum kecut. Kebodohan di tempat ini sudah terlalu banyak hingga ia tidak tahu harus mengeluarkan kata apa untuk menjelaskannya.

“Masa bodo, yang penting aku sudah mengalahkan mereka. Sekarang aku hanya perlu menagih janji Jesica,” gumam Edward, berjalan menghampiri Jesia dengan alat getar yang masih menyala di tangannya.

“Ehem! Mereka sudah kalah, kamu tidak akan ingkar janji, kan?” Tanya Edward setibanya di depan Jesica.

Pluk! Pluk! Pluk!

Sayangnya Jesica terlau ketakutan saat melihat Edward. Reflek melempari Edward menggunakan benda-benda yang ada di sekitarnya.

“Hentikan! Kamu jangan gila di sini! Kenapa pula kamu harus menyerangku?!” Protes Edward.

“Kamu yang gila! Dasar maniak gila! Jangan mendekatiku maniak …..” Jesica terus mengeluarkan kata ‘maniak’ sambil melempari Edward. Dia pikir Edward lebih berbahaya dari Akira, apa lagi ia memilki alat getar yang bisa menggetarkan jiwa.

Singkatnya, pertemuan kedua orang itu berkahir dengan sebuah kekonyolan. Niat hati ingin menjadi seorang pahlawan di depan wanita cantik, malah berujung menjadi seorang maniak.

Edward pun hanya bisa menerima nasib jika urusannya sudah seperti ini. Tak mungkin juga jika memaksa keinginannya kepada wanita yang baru ditemuinya.

Meski demikian Edward merasa bersyukur karena bisa menjalin kontak dengan Jesica, yang terkenal sangat dingin dan angkuh. Setidaknya ia masih bisa memulai hubungan baik setelah kesalahpahaman ini berlalu.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Guntur Geni
Sialan konyol sekali part ini hahaha
goodnovel comment avatar
Hermansyah Herman
lanjud kan dong kreator
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status