Tak lama kemudian, di dalam sebuah restoran biasa yang letaknya tidak jauh dari mall Lore. Edward dan Jesica memutuskan datang ke tempat makan ini karena mereka tidak bisa makan di dalam mall usai mencium radiasi nuklir yang berasal dari toilet pria. Konon radiasi tersebut juga berhasil membuat pingsan beberapa pengunjung di tempat permainan. Edward sendiri hanya bisa mengutuk Akira untuk kejadian memalukan itu. Tak habis pikir, bisa-bisanya Akira menggunakan alat getar sakti untuk membuat bencana buatan yang teramat menjijikan di dalam mall tersebut.Meski demikian, Edward tidak terlalu banyak berpikir tentang perbuatan memalukan Akira. Ia hanya ingin fokus menikmati kencan bersama Jesica hingga misi utama berhasil diselesaikan. "Aw ... kakiku terasa sakit lagi ... aduh," ringis Jesica reflek menyentuh kaki kanannya."Kok bisa? Apa kamu punya penyakit bawaan?" tanya Edward penasaran. "Aku tidak tahu, Ed. Kakiku selalu terasa sakit seperti ini jika sudah berjalan terlalu lama," ja
“Apa maksudmu, Je? Memang rahasia apa yang ingin kamu tunjukan padaku?” Tanya Edward sambil membalikan tubuhnya.“Janji dulu,” balas Jesica menanti jawaban dari mulut Edward.“Iya, aku janji.” Edward mengangguk. “Bisakah kamu cerita sekarang?” Pintanya.Jesica melepas pelukan dari Edward, lalu mundur beberapa langkah untuk mengambil jarak. “Tutup matamu dan jangan mengintip,” pinta Jesica.“Uh … baiklah,” sahut Edward, berusaha bersikap jujur meski kepalanya sudah traveling kemana-mana.Edward mengira Jesica akan menunjukan sesuatu yang luar biasa dari tubuhnya. Terutama tubuh Jesica belum pernah dijamah siapa pun, yang artinya masih bersih dan mulus.Setidaknya, itu yang ada di dalam benak Edward saat ini. Makanya dia menunggu dengan sabar rahasia yang akan diperlihatkan Jesica.Ada pun Jesica, hatinya tampak ragu dan takut ketika mulai melepas pakaian atasnya satu demi satu. Tapi, ia sudah terlanjur membulatkan tekad demi Edward sehingga tidak bisa mundur lagi.Segera, pakaian atas
Malam pun tiba, sekarang tepat pukul 20.00 waktu setempat.“Aku mandi dulu, awas jangan ngintip,” ucap Jesica, meleos ke kamar mandi begitu saja.“Aku mau mengintip ah,” canda Edward, pura-pura mengejar Jesica.“Jangan!!!” Jesica berteriak panik sambil menutup kembali pintu kamar mandi, tapi tidak menguncinya.Dia terus melihat gagang pintu kamar mandi itu selama beberapa detik. Entah kenapa malah berharap Edward akan membukanya.‘Aku berharap apa sih? Ed jelas bukan pria seperti itu. Buktinya dia tidak menjadi liar saat memijat tubuhku barusan,’ pikir Jesica, membuang nafas kecewa.Dia lalu menyalakan kran shower, membiarkan air hangat turun membasahi sekujur tubuhnya untuk menghilangkan bekas pelicin sehabis dipijat.‘Mungkinkah Ed impoten? Atau dia pria tidak normal? Ah … bisa jadi, soalnya dia tidak bereaksi apa-apa saat melihat dadaku. Matanya malah mengeluarkan tangis seolah aku sudah menyakitinya.’‘Tapi, masa sih Ed pria seperti itu? Apa aku harus memancingnya dulu? Hmm … kira
Keesokan harinya.Sekitar pukul delapan pagi.Edward terlihat sedang duduk di kursi kelas. Dia sengaja datang lebih pagi agar tidak diusir dari kelas seperti kemarin.Selain itu, dia ingin datang lebih cepat dari teman-temannya agar bisa menjelaskan perubahan kondisinya dengan benar.“Selagi nunggu, aku mending lihat informasi statusku dulu. Aku seharusnya sudah naik level setelah menaklukan tubuh Jesica tadi malam,” gumam Edward sambil membuka menu profil pada Sistem Harem.Nama : Edward LewisRas : Manusia (Pria)Usia : 24 tahunLevel : 10Status : Pemilik Sistem Harem versi 1.0Jumlah wanita : 1Jumlah point : 20Saldo : 10.000 ColtKemampuan : One Punch, Pijatan SaktiEdward sangat terkejut usai melihat informasi tersebut. Tak menyangka dia akan langsung naik ke level 10 dari level 7.“Keren! Aku langsung naik tiga level! Aku juga masih punya 20 point yang belum didistribusikan,” gumam Edward, senyum-senyum sendiri.Dia lalu masuk ke menu status untuk mendistribusikan sisa point t
Kantin belakang kampus Roxane.Di sini biasanya banyak mahasiswa dan mahasiswi yang berkumpul hanya untuk sekedar nongkrong atau menunggu mata kuliah berikutnya. Ada juga banyak pasangan yang suka bolos kuliah dan memilih memadu kasih di tempat ini.Namun, bukan itu alasan utama kantin belakang selalu ramai dan diminati hampir semua murid. Mereka datang kesana karena ingin menikmati burger enak buatan Nadia, sang Janda Kembang yang sudah sangat terkenal seantero kampus. Kenapa bisa demikian? Tentu saja karena Nadia memiliki perawakan sangat seksi bagai biola, wajahnya juga sangat cantik di usianya yang sudah menginjak 42 tahun. Apa lagi dia selalu ramah dan memberikan pelayanan terbaik kepada setiap pelanggan.Karena itu, kedai burger Nadia akan selalu menjadi prioritas utama untuk tempat makan bagi semua murid universitas Roxane, terutama mahasiswanya. Mereka bahkan rela antri lama demi bisa menikmati keindahan keindahan lekukan tubuh sang Janda Kembang."Aku pesan seperti biasa ya,
Lena terus berjalan dengan tergesa-gesa hingga memangkas jarak cukup dekat dari meja Edward.“Ed ....”“Ed … aduh, tak ‘kusangka kamu akan merindukan aku secepat ini.”Lena hendak memanggil Edward, tapi suaranya keburu disela oleh suara wanita lain yang datang dari sisi berlawanan. Wanita itu buru-buru menghampiri Edward dan langsung mendaratkan ciuman di pipi kirinya sebelum duduk di sebelah Edward.“Kamu tak usah berlebihan seperti itu, Je. Bisa gawat jika kita menjadi pusat perhatian,” protes Edward kepada wanitanya, yang tak lain adalah Jesica.“Habisnya aku kangen sama kamu,” balas Jesica melet manja pada Edward.Edward hanya tersenyum kecil, lalu membagi dua burgernya supaya bisa dimakan bersama Jesica. Dia tahu perut Jesica juga masih belum terisi hingga saat ini.“Makan dulu, Je. Setelahnya, kita akan pergi dari sini,” ujar Edward sambil menyodorkan setengah burger itu kepada Jesica.“Suapin dong,” pinta Jesica.“Ayolah, kamu ini bukan anak kecil lagi. Kamu bisa makan sendiri
Setelah keluar dari kampus.Edward dan Jesica terlihat sedang berada di dalam mobil. Mereka awalnya berniat pergi ke perusahaan Lee Water, perusahaan keluarga Lee. Tapi, Edward tiba-tiba merubah rute begitu mobil sudah memasuki jalan raya.“Kita mau kemana sih, Ed? Perusahaan keluargaku bukan ke arah sini.” Jesicsa sedikit protes kepada Edward.“Kita akan pergi ke Bank Alexandria,” sahut Edward, masih fokus mengemudi.“Bank Alexandria? Mau ngapain?” Jesica kian bingung, karena belum memberitahu Edward tentang hutang perusahannya. Tapi, Edward malah mengajaknya pergi kesana sekarang.“Sudah ikut saja, kebetulan aku punya kenalan yang kerja di bank Alexandria,” jawab Edward, tersenyum misterius.Entah kenapa ada rasa ngeri ketika membayangkan wajah kenalan yang baru disebutnya itu.“Huh … baiklah.” Jesica mendengus tak berdaya, benar-benar bingung akan pola pikir kekasih barunya.Perjalanan mereka hanya memakan waktu sepuluh menit menunu bank Alexandria. Mobil pun melewati gerbang dan la
[“Peringatan! Kamu adalah pemilik Sistem Harem versi 1.0! Kamu dilarang keras jatuh cinta kepada wanita di dalam misi! Ini peringatan pertama, jangan sampai terulang lagi atau hak kamu sebagai pemilik Sistem akan dicabut!”]Benar saja, pesan dari utusan Dewi Lexia langsung masuk ke ponsel Edward. Sontak membuatnya terdiam seribu bahasa, yang disertai keluar banyak keringat dingin dari dahinya.“Kamu baik-baik saja, Ed? Apa kamu sakit?” Tanya Jesica dari kursi samping. Kini dia dan Edward sudah berada di dalam mobil, hendak pergi ke perusahaan Lee Water.“Aku baik-baik saja,” jawab Edward seraya menyalakan mesin mobil.“Tapi, kamu sampai berkeringat seperti itu? Apa sudah terjadi sesuatu?” Tanya Jesica lagi, buru-buru mengusap keringat pada dahi Edward menggunakan tisu.Edward memperhatikan wajah Jesica sekilas, membuat perasaannya semakin tak karuan karena wanita ini teramat baik.Terlebih Edward telah mengambil kesuciannya, yang mengharuskannya bertanggung jawab agar tidak menyakiti