Keesokan harinya.Sekitar pukul delapan pagi.Edward terlihat sedang duduk di kursi kelas. Dia sengaja datang lebih pagi agar tidak diusir dari kelas seperti kemarin.Selain itu, dia ingin datang lebih cepat dari teman-temannya agar bisa menjelaskan perubahan kondisinya dengan benar.“Selagi nunggu, aku mending lihat informasi statusku dulu. Aku seharusnya sudah naik level setelah menaklukan tubuh Jesica tadi malam,” gumam Edward sambil membuka menu profil pada Sistem Harem.Nama : Edward LewisRas : Manusia (Pria)Usia : 24 tahunLevel : 10Status : Pemilik Sistem Harem versi 1.0Jumlah wanita : 1Jumlah point : 20Saldo : 10.000 ColtKemampuan : One Punch, Pijatan SaktiEdward sangat terkejut usai melihat informasi tersebut. Tak menyangka dia akan langsung naik ke level 10 dari level 7.“Keren! Aku langsung naik tiga level! Aku juga masih punya 20 point yang belum didistribusikan,” gumam Edward, senyum-senyum sendiri.Dia lalu masuk ke menu status untuk mendistribusikan sisa point t
Kantin belakang kampus Roxane.Di sini biasanya banyak mahasiswa dan mahasiswi yang berkumpul hanya untuk sekedar nongkrong atau menunggu mata kuliah berikutnya. Ada juga banyak pasangan yang suka bolos kuliah dan memilih memadu kasih di tempat ini.Namun, bukan itu alasan utama kantin belakang selalu ramai dan diminati hampir semua murid. Mereka datang kesana karena ingin menikmati burger enak buatan Nadia, sang Janda Kembang yang sudah sangat terkenal seantero kampus. Kenapa bisa demikian? Tentu saja karena Nadia memiliki perawakan sangat seksi bagai biola, wajahnya juga sangat cantik di usianya yang sudah menginjak 42 tahun. Apa lagi dia selalu ramah dan memberikan pelayanan terbaik kepada setiap pelanggan.Karena itu, kedai burger Nadia akan selalu menjadi prioritas utama untuk tempat makan bagi semua murid universitas Roxane, terutama mahasiswanya. Mereka bahkan rela antri lama demi bisa menikmati keindahan keindahan lekukan tubuh sang Janda Kembang."Aku pesan seperti biasa ya,
Lena terus berjalan dengan tergesa-gesa hingga memangkas jarak cukup dekat dari meja Edward.“Ed ....”“Ed … aduh, tak ‘kusangka kamu akan merindukan aku secepat ini.”Lena hendak memanggil Edward, tapi suaranya keburu disela oleh suara wanita lain yang datang dari sisi berlawanan. Wanita itu buru-buru menghampiri Edward dan langsung mendaratkan ciuman di pipi kirinya sebelum duduk di sebelah Edward.“Kamu tak usah berlebihan seperti itu, Je. Bisa gawat jika kita menjadi pusat perhatian,” protes Edward kepada wanitanya, yang tak lain adalah Jesica.“Habisnya aku kangen sama kamu,” balas Jesica melet manja pada Edward.Edward hanya tersenyum kecil, lalu membagi dua burgernya supaya bisa dimakan bersama Jesica. Dia tahu perut Jesica juga masih belum terisi hingga saat ini.“Makan dulu, Je. Setelahnya, kita akan pergi dari sini,” ujar Edward sambil menyodorkan setengah burger itu kepada Jesica.“Suapin dong,” pinta Jesica.“Ayolah, kamu ini bukan anak kecil lagi. Kamu bisa makan sendiri
Setelah keluar dari kampus.Edward dan Jesica terlihat sedang berada di dalam mobil. Mereka awalnya berniat pergi ke perusahaan Lee Water, perusahaan keluarga Lee. Tapi, Edward tiba-tiba merubah rute begitu mobil sudah memasuki jalan raya.“Kita mau kemana sih, Ed? Perusahaan keluargaku bukan ke arah sini.” Jesicsa sedikit protes kepada Edward.“Kita akan pergi ke Bank Alexandria,” sahut Edward, masih fokus mengemudi.“Bank Alexandria? Mau ngapain?” Jesica kian bingung, karena belum memberitahu Edward tentang hutang perusahannya. Tapi, Edward malah mengajaknya pergi kesana sekarang.“Sudah ikut saja, kebetulan aku punya kenalan yang kerja di bank Alexandria,” jawab Edward, tersenyum misterius.Entah kenapa ada rasa ngeri ketika membayangkan wajah kenalan yang baru disebutnya itu.“Huh … baiklah.” Jesica mendengus tak berdaya, benar-benar bingung akan pola pikir kekasih barunya.Perjalanan mereka hanya memakan waktu sepuluh menit menunu bank Alexandria. Mobil pun melewati gerbang dan la
[“Peringatan! Kamu adalah pemilik Sistem Harem versi 1.0! Kamu dilarang keras jatuh cinta kepada wanita di dalam misi! Ini peringatan pertama, jangan sampai terulang lagi atau hak kamu sebagai pemilik Sistem akan dicabut!”]Benar saja, pesan dari utusan Dewi Lexia langsung masuk ke ponsel Edward. Sontak membuatnya terdiam seribu bahasa, yang disertai keluar banyak keringat dingin dari dahinya.“Kamu baik-baik saja, Ed? Apa kamu sakit?” Tanya Jesica dari kursi samping. Kini dia dan Edward sudah berada di dalam mobil, hendak pergi ke perusahaan Lee Water.“Aku baik-baik saja,” jawab Edward seraya menyalakan mesin mobil.“Tapi, kamu sampai berkeringat seperti itu? Apa sudah terjadi sesuatu?” Tanya Jesica lagi, buru-buru mengusap keringat pada dahi Edward menggunakan tisu.Edward memperhatikan wajah Jesica sekilas, membuat perasaannya semakin tak karuan karena wanita ini teramat baik.Terlebih Edward telah mengambil kesuciannya, yang mengharuskannya bertanggung jawab agar tidak menyakiti
“KAKEK!!!” seru Jesica, bergegas menghampiri Tuan Lee dan langsung memeluknya.“Kakek pergi kemana saja selama ini? A-Aku … kangen banget, Kek,” lanjut terisak, air mata pun tak terbendung lagi dan turun begitu saja.Tuan Lee mendekap tubuh ramping cucunya dengan Lembut, tak lupa mengusap-usap rambut panjangnya yang berwarna hitam pekat.“Maaf, Jesica. Kakek punya urusan penting di luar sana. Jadinya, kakek pulang terlambat,” jelas Tuan Lee, tentu saja cuma beralasan untuk menghibur Jesica.“Memangnya kakek punya urusan apa sih? Sudah setahun lho kakek menghilang, bukan sehari atau seminggu,” kesal Jesica, melepas pelukan dan menatap wajah kakeknya sambil cemberut. Sadar bahwa dirinya telah dibohongi oleh sang kakek.“Hehehe.” Tuan Lee hanya bisa tersenyum canggung, memang sulit untuk membodohi cucu sematawayangnya itu.“Oh ya, kamu sungguh hebat sekali, Jesica. Kakek tak menyangka kamu bisa mendapatkan pria sangat hebat untuk calon suami,” ujar Tuan Lee membuka obrolan serius.Wajah
Malam pun tiba.Di dalam kamar kost Edward."Fiuh, lelah sekali hari ini," gumam Edward sambil menyimpan tas ranselnya di nakas.Bugh!Dia lalu melempar tubuhnya ke atas kasur, ingin beristirahat sambil rebahan.Zzzt! Zzzt!Ponsel Edward tiba-tiba bergetar, ada pesan masuk dari sang kekasih, Jesica.["Jangan lupa mandi sebelum tidur. Awas saja jika kamu tidak mandi. Besok-besok aku tidak mau nempel lagi sama kamu (emoji melet)"]Edward senyum-senyum sendiri usai membacanya, lalu membalas pesan tersebut dengan candaan. ["Jika begitu, kamu harus mandiin aku."]Setelah itu, Edward keluar dari aplikasi pesan, lanjut membuka Sistem Harem untuk memeriksa hadiah penyelesaian misi utama."Selamat malam, Master. Apa Master sudah tidak sibuk sekarang?" Irene langsung muncul dan menyapa dengan tingkah manisnya.Sosoknya yang mungil dan berwujud peri itu benar-benar menggemaskan, apa lagi dia sudah mengenakan pakaian tidur saat ini."Aku tidak sibuk kok, makanya aku bisa buka Sistem Harem. Maaf ya
Beberapa saat sebelumnya.Di kamar Jesica.[“Jika begitu, kamu harus mandiin aku.”]Jesica langsung senyum-senyum sendiri usai membaca pesan balasan Edward. Hatinya kian bahagia karena Edward selalu bisa membuatnya tersenyum.[“Ya sudah, kita akan mandi bersama nanti. Tapi, kamu jangan nakal, oke?”] Jesica membalas pesan Edward, lalu mendekap ponselnya di dalam pelukan.Sambil rebahan seperti itu, benak Jesica tak henti-henti membayangkan sosok Edward, terutama bentuk tubuhnya yang begitu atletis.“Huh … kamu seksi seksi sekali sih, Ed. Kok bisa kamu punya badan sebagus itu?” gumam Jesica semakin larut dalam lamunan. Namun, sosok ular besar dan berbisa tiba-tiba terbayang di dalam benaknya. Ular yang telah merenggut kesuciannya kemarin malam.“Aduh, aku suka ngeri jika ingat kepunyaan Edward. Aku pikir benda itu terlalu besar untuk ukuran pria normal,” gumam Jesica lagi, mau tak mau mengingat momen ketika dirinya mendapatkan puncak pelepasan setelah ular itu bersarang di lubangnya.M