Keesokan harinya.Sekitar pukul 08.00 di halaman kediaman keluarga Lee, Distrik Utara, kota Noxus.Edward datang kemari bersama semua pesanan Tuan Lee sebelumnya, yaitu 100 karton Mie Cup dan 100 kartun Air Mineral. Dia mengantar barang-barang itu menggunakan jasa kurir mobil yang disewa dari tempat kostnya.“Semua pesanannya sudah diturunkan, kakek. Silakan diperiksa dulu,” ucap Edward sambil membuka salah satu karton yang berisi air mineral.Tuan Lee dan tiga patriak keluarga lainnya langsung tersenyum cerah ketika melihat botol air mineral di tangan Edward. Mereka pun bergegas membuka salah satu karton yang berjejer di belakang Edward.“A-Apa saya boleh mencoba air ini, Tuan Lee?” tanya Song Ye, tangannya sudah membuka sebotol air mineral.“Silakan minum saja, Tuan Ye. Kau tak perlu sungkan sepert itu,” sahut Tuan Lee, dia juga segera membuka satu botol.Jin Xiao Han dan James Wade juga ikut mengambil botol air mineral, mereka lalu meneguknya bersama Tuan Lee dan Song Ye.Glup!Glu
“Irene, apa kamu bisa menghubungkan earphone kasat mata dengan suara Bu Lisa? Aku ingin mendengar percakapan mereka,” pinta Edward, yang kini sedang mengendarai mobilnya untuk mengejar mobil listrik yang sudah membawa Lisa pergi. “Seharusnya bisa jika wanita bernama Lisa itu ada di dalam daftar misi. Kenapa Master tidak mencobanya saja?” sahut Irene sekaligus menyarankan. Edward mengangguk tanda mengerti, kemudian memfokuskan indera pendengarannya sambil membayangkan sosok Lisa. Berharap usahanya akan berhasil meski belum yakin dosen killer itu ada di dalam daftar misi Sistem Harem. “Kamu jangan gila, Kevin. Aku tak mau melakukan hal menjijikan semacam itu. Lebih baik aku mati saja!” “Bodoh! Apa kamu pikir bisa mati semudah itu? Ingat, dulu kamu pernah berjanji akan mengabulkan satu permintaanku. Sekarang, aku hanya ingin menagihnya.” “Tapi, aku tidak serius untuk janjiku waktu itu. Tolong jangan seperti ini, Kevin.” “Hahaha! Janji tetaplah janji, Lisa. Aku tidak peduli meski ka
Restoran El Pinto. Lagi-lagi Edward datang tempat makan ini, tapi kali ini dia datang bersama dosen killer yang paling ditakutinya, Lisa Grayfold. "Tolong buatkan dua steak wagyu A5, ya? kematangannya medium saja." Edward langsung memesan makanan kepada pelayan begitu pantatnya mendarat di salah satu kursi restoran itu. "Tuan ingin pesan apa untuk minumannya?" tanya pelayan di samping Edward. "Aku kopi dingin, kalau Nona cantik itu susu melon dingin," jawab Edward sambil menunjuk Lisa."Baik, Tuan. Jadi pesanannya dua steak wagyu A5 dengan kematangan medium. Sedangkan minumannya satu kopi dingin dan susu melon dingin," ucap pelayan memastikan pesanan Edward. Edward hanya menangguk sebagai tanggapan. Pelayan itu pun bergegas pergi menuju dapur untuk mengeksekusi pesanan. "Kok bisa?" tanya Lisa menatap Edward dengan heran. "Bisa dong, kenapa memangnya?" Edward bertanya balik. "Pakai nanya segala, jelas kamu tuh aneh banget, Edward. Perlu kamu tahu ya, kecuali kedua orang tuak
“Ehem … apa kamu serius dengan permintaan itu? Tidakkah ini terlalu cepat?” Tanya Edward, masih menolak percaya dengan permintaan sembrono dosen killer itu.“Tentu saja, apa aku terlihat sedang bercanda?” Balas Lisa, tampak acuh tak acuh.“Pokoknya, hanya itu saja syarat dariku. Jika setuju, kita bisa melakukannya sekarang juga,” lanjutnya sambil menunjuk ke arah hotel yang terlihat jelas dari dalam restoran El Pinto.Edward langsung berpikir keras, benar-benar tidak paham dengan pola pikir Lisa. Dia kira wanita itu memiliki sikaf kaku dan membosankan. Siapa sangka, karakter aslinya penuh akan hasrat dan gaurah yang memburu.Lisa sendiri sebenarnya merasa sangat malu ketika meminta hal semacam itu kepada Edward. Namun, dia sudah terlanjur memintanya dan tidak mungkin ditarik kembali.Selain itu, Lisa memang sudah memiliki minat kepada Edward sejak dulu. Pria yang menurutnya biasa-biasa saja tapi sangat tekun, rajin dan setia.Makanya Lisa langsung kecewa begitu tahu Edward telah berub
Dua jam kemudian. Sekarang tepat pukul 14.00. Pada akhirnya tidak ada kelanjutan di antara Edward dan Lisa setelah kejadian memalukan itu. Mereka memutuskan untuk menunda proses penyatuan hingga semuanya benar-benar siap. Pasalnya, Lisa tiba-tiba teringat kejadian buruk di masa lalu ketika melihat kepunyaan Edward yang teramat besar dan panjang. Trauma pun tak bisa dihindari lagi sehingga dosen killer itu pingsan begitu saja. Lisa juga menolak bantuan Edward setelah tersadar, bahkan langsung mengusir Edward dari kamar hotel tanpa memberikan alasan yang jelas. Meski demikian, Lisa masih sempat memberitahu Edward tentang indentitas Nona Muda dari keluar Xander. Dia adalah Gracia Xander, mahasiswi semester tiga jurusan bisnis. Dia juga merupakan salah satu bunga kampus, khususnya untuk setiap klub olahraga kampus. Karena Gracia gemar sekali olahraga sejak masih kecil, membuatnya selalu diandalkan untuk setiap perlombaan, baik ketika di sekolah dasar hingga di kampus sekarang. Apa
“PAHLAWAN?!!!”Semua pejantan tangguh itu berseru serempak. Mula-mula menatap wajah Gracia, kemudian berpaling menuju Edward dan Akira. Mereka pikir salah satu dari mereka adalah pahlawan yang dimaksud oleh biadadari tim basket itu. ‘Buset! Jangan bilang, Akira pahlawannya?’ terka Edward di dalam benaknya, merasa sangat terkejut akan perubahan situasi ini. “Cepat bangun, Akira. Kau dipanggil Gracia tuh,” lanjut Edward sambil menepuk pundak pria gendut itu. “Masa sih?” Gumam Akira mendongak kepalanya kepada Edward. “Apa kau serius, Aniki?” Edward mengangguk meski tidak begitu yakin. “Sepertinya begitu. Kau coba tanggapi saja dulu,” ujarnya. Akira buru-buru bangkit dari posisi berlutut sesuai perintah Edward. Pandangannya segera tertuju kepada Gracia, yang masih menatap ke arahnya dari sisi lapangan basket. Karena tidak menemukan keanehan dari gadis cantik dengan buah dada besar itu, Akira pun mengeluarkan suaranya begitu saja.“Kita memang sudah bertunangan, tapi itu terjadi kare
Priiiit!Ronde pertama latih tanding antara tim basket wanita Universitas Roxane melawan tim basket wanita Universitas Graham akhirnya dimulai. Wasit pun melempar tinggi-tinggi bola basket di tengah lapangan.“Ambil itu, Gracia!” Teriak ketua tim basket Roxane.“Jangan kalah, Xena.” Balas ketua tim basket Graham.Wushhh!Wushhh!Kedua Ace dari masing-masing tim melompat bersamaan. Momentum mereka seimbang, begitu pula dengan kekuatan lompatannya.Bam!Kedua tangan mereka mengenai bola basket bersamaan. “Naif, apa kamu pikir bisa mengambil ini dariku?” Xena tampak mencibir seraya menggerakan satu tangannya lagi.Hap!Dengan gerakan cepat, bola berhasil didapatkan Xena ketika masih di udara. Dia lalu mendribbling melewati Gracia setelah menginjakan kakikanya lagi.“Ayo maju,” teriak Xena mengajak rekan-rekan timnya. Dua orang pun segera membuat pergerakan ke samping kiri dan kanan, sementara ketua mereka menerobos ke belakang pertahanan musuh.“DEFENSE!” Ketua tim basket Roxane tak ing
“Hentikan! Kau tidak boleh masuk ke lapangan permainan!” Teriak seorang petugas keamanan pertandingan, sontak berlari mengejar Edward bersama teman-temannya.Edward menghiraukan mereka dan terus berlari dengan cepat hingga tiba di depan Gracia, yang kini sedang dikerumuni oleh anggota timnya.“Jangan berkerumun, cepat berikan ruang,” tegur Edward sambil mengeluarkan obat penyembuh dan air mineral dari Sistem Harem.“Kamu ….” Ketua tim basket melirik Edward dengan tajam, tapi segera mengerti. “Cepat menjauh, biarkan pacar Gracia yang mengurusnya.”Edward sedikit mengerutkan kening usai mendengarnya. Tapi, tidak banyak protes dan langsung menaikan tubuh Gracia di dada bidangnya.Sekilas, Edward sempat melihat ketika Xena mengikut dada Gracia ketika sedang berebut bola rebound.Gerakan tersebut sangat keras dan luput dari perhatian wasit. Namun, Edward masih bisa melihatnya dengan jelas.Karena itu, Edward tidak ragu saat mengeluarkan obat penyembuh dan air mineral dari Sistem Harem. Dia