Restoran El Pinto. Lagi-lagi Edward datang tempat makan ini, tapi kali ini dia datang bersama dosen killer yang paling ditakutinya, Lisa Grayfold. "Tolong buatkan dua steak wagyu A5, ya? kematangannya medium saja." Edward langsung memesan makanan kepada pelayan begitu pantatnya mendarat di salah satu kursi restoran itu. "Tuan ingin pesan apa untuk minumannya?" tanya pelayan di samping Edward. "Aku kopi dingin, kalau Nona cantik itu susu melon dingin," jawab Edward sambil menunjuk Lisa."Baik, Tuan. Jadi pesanannya dua steak wagyu A5 dengan kematangan medium. Sedangkan minumannya satu kopi dingin dan susu melon dingin," ucap pelayan memastikan pesanan Edward. Edward hanya menangguk sebagai tanggapan. Pelayan itu pun bergegas pergi menuju dapur untuk mengeksekusi pesanan. "Kok bisa?" tanya Lisa menatap Edward dengan heran. "Bisa dong, kenapa memangnya?" Edward bertanya balik. "Pakai nanya segala, jelas kamu tuh aneh banget, Edward. Perlu kamu tahu ya, kecuali kedua orang tuak
“Ehem … apa kamu serius dengan permintaan itu? Tidakkah ini terlalu cepat?” Tanya Edward, masih menolak percaya dengan permintaan sembrono dosen killer itu.“Tentu saja, apa aku terlihat sedang bercanda?” Balas Lisa, tampak acuh tak acuh.“Pokoknya, hanya itu saja syarat dariku. Jika setuju, kita bisa melakukannya sekarang juga,” lanjutnya sambil menunjuk ke arah hotel yang terlihat jelas dari dalam restoran El Pinto.Edward langsung berpikir keras, benar-benar tidak paham dengan pola pikir Lisa. Dia kira wanita itu memiliki sikaf kaku dan membosankan. Siapa sangka, karakter aslinya penuh akan hasrat dan gaurah yang memburu.Lisa sendiri sebenarnya merasa sangat malu ketika meminta hal semacam itu kepada Edward. Namun, dia sudah terlanjur memintanya dan tidak mungkin ditarik kembali.Selain itu, Lisa memang sudah memiliki minat kepada Edward sejak dulu. Pria yang menurutnya biasa-biasa saja tapi sangat tekun, rajin dan setia.Makanya Lisa langsung kecewa begitu tahu Edward telah berub
Dua jam kemudian. Sekarang tepat pukul 14.00. Pada akhirnya tidak ada kelanjutan di antara Edward dan Lisa setelah kejadian memalukan itu. Mereka memutuskan untuk menunda proses penyatuan hingga semuanya benar-benar siap. Pasalnya, Lisa tiba-tiba teringat kejadian buruk di masa lalu ketika melihat kepunyaan Edward yang teramat besar dan panjang. Trauma pun tak bisa dihindari lagi sehingga dosen killer itu pingsan begitu saja. Lisa juga menolak bantuan Edward setelah tersadar, bahkan langsung mengusir Edward dari kamar hotel tanpa memberikan alasan yang jelas. Meski demikian, Lisa masih sempat memberitahu Edward tentang indentitas Nona Muda dari keluar Xander. Dia adalah Gracia Xander, mahasiswi semester tiga jurusan bisnis. Dia juga merupakan salah satu bunga kampus, khususnya untuk setiap klub olahraga kampus. Karena Gracia gemar sekali olahraga sejak masih kecil, membuatnya selalu diandalkan untuk setiap perlombaan, baik ketika di sekolah dasar hingga di kampus sekarang. Apa
“PAHLAWAN?!!!”Semua pejantan tangguh itu berseru serempak. Mula-mula menatap wajah Gracia, kemudian berpaling menuju Edward dan Akira. Mereka pikir salah satu dari mereka adalah pahlawan yang dimaksud oleh biadadari tim basket itu. ‘Buset! Jangan bilang, Akira pahlawannya?’ terka Edward di dalam benaknya, merasa sangat terkejut akan perubahan situasi ini. “Cepat bangun, Akira. Kau dipanggil Gracia tuh,” lanjut Edward sambil menepuk pundak pria gendut itu. “Masa sih?” Gumam Akira mendongak kepalanya kepada Edward. “Apa kau serius, Aniki?” Edward mengangguk meski tidak begitu yakin. “Sepertinya begitu. Kau coba tanggapi saja dulu,” ujarnya. Akira buru-buru bangkit dari posisi berlutut sesuai perintah Edward. Pandangannya segera tertuju kepada Gracia, yang masih menatap ke arahnya dari sisi lapangan basket. Karena tidak menemukan keanehan dari gadis cantik dengan buah dada besar itu, Akira pun mengeluarkan suaranya begitu saja.“Kita memang sudah bertunangan, tapi itu terjadi kare
Priiiit!Ronde pertama latih tanding antara tim basket wanita Universitas Roxane melawan tim basket wanita Universitas Graham akhirnya dimulai. Wasit pun melempar tinggi-tinggi bola basket di tengah lapangan.“Ambil itu, Gracia!” Teriak ketua tim basket Roxane.“Jangan kalah, Xena.” Balas ketua tim basket Graham.Wushhh!Wushhh!Kedua Ace dari masing-masing tim melompat bersamaan. Momentum mereka seimbang, begitu pula dengan kekuatan lompatannya.Bam!Kedua tangan mereka mengenai bola basket bersamaan. “Naif, apa kamu pikir bisa mengambil ini dariku?” Xena tampak mencibir seraya menggerakan satu tangannya lagi.Hap!Dengan gerakan cepat, bola berhasil didapatkan Xena ketika masih di udara. Dia lalu mendribbling melewati Gracia setelah menginjakan kakikanya lagi.“Ayo maju,” teriak Xena mengajak rekan-rekan timnya. Dua orang pun segera membuat pergerakan ke samping kiri dan kanan, sementara ketua mereka menerobos ke belakang pertahanan musuh.“DEFENSE!” Ketua tim basket Roxane tak ing
“Hentikan! Kau tidak boleh masuk ke lapangan permainan!” Teriak seorang petugas keamanan pertandingan, sontak berlari mengejar Edward bersama teman-temannya.Edward menghiraukan mereka dan terus berlari dengan cepat hingga tiba di depan Gracia, yang kini sedang dikerumuni oleh anggota timnya.“Jangan berkerumun, cepat berikan ruang,” tegur Edward sambil mengeluarkan obat penyembuh dan air mineral dari Sistem Harem.“Kamu ….” Ketua tim basket melirik Edward dengan tajam, tapi segera mengerti. “Cepat menjauh, biarkan pacar Gracia yang mengurusnya.”Edward sedikit mengerutkan kening usai mendengarnya. Tapi, tidak banyak protes dan langsung menaikan tubuh Gracia di dada bidangnya.Sekilas, Edward sempat melihat ketika Xena mengikut dada Gracia ketika sedang berebut bola rebound.Gerakan tersebut sangat keras dan luput dari perhatian wasit. Namun, Edward masih bisa melihatnya dengan jelas.Karena itu, Edward tidak ragu saat mengeluarkan obat penyembuh dan air mineral dari Sistem Harem. Dia
“Ed ….” Mata Gracia langsung berkaca-kaca usai melihat ketegasan Edward. Spontan memeluk pria itu dengan penuh kasih.Edward pun membalas pelukan Gracia dengan cara yang sama. Tapi, kepalanya mulai memikirkan cara untuk membereskan masalah yang tengah dihadapi gadis itu.“Oh ya, gimana kondisi tubuhmu?” Tanya Edward, tiba-tiba teringat khasiat obat penyembuh dari Sistem Harem. Seharusnya bekas luka memar dan bakar juga bisa disembuhkan oleh obat tersebut."Sudah mendingan sih, kenapa memangnya?" Sahut Gracia masih dalam pelukan.Edward pun mendorong tubuh Gracia sedikit, kemudian mengangkat pakaian basketnya begitu saja.“Ed … kamu mau ngapain? Aduh … aku belum siap, Ed. Jangan terburu-buru dong.” Gracia jadi panik sendiri, mengira Edward akan melakukan sesuatu yang cabul padanya.“Ah ... maaf. Aku hanya ingin memeriksa bekas luka itu,” jelas Edward, hendak menutup kembali pakaian Gracia.Namun, Gracia segera menahan tangan Edward. Ia menatapnya dengan sayu seakan ingin Edward melanju
“Jangan diam saja! Cepat masuk ke dalam selimut,” titah Gracia, membentangkan selimut yang ada di atas ranjang.Edward buru-buru merebahkan tubuhnya di belakang Gracia, yang reflek menyamping demi membuat tempat persembunyian.Wussh!Dengan cepat, pasangan itu pun sudah berada di bawah selimut dalam keadaan masih setengah telanjang.Dap! Dap! Dap!Suara langkah kaki kian mendekat, ada tiga orang yang datang ke ruangan tersebut.“Astaga! Kenapa Kak Silvi tiduran di sana?” Tanya seseorang dari mereka.“Ah … dia paling-paling habis memuaskan hasrat pakai tangannya sendiri. Lihat, ada banyak cairan cinta di bawah selangkangannya,” ujar temannya.“Abaikan saja, Kak Silvi. Sekarang kita harus bicara serius pada Gracia,” balas teman lainnya.Suara-suara itu berlalu, kini sosok mereka nampak jelas di mata Gracia.“Gracia, gimana kondisimu? Apa sudah mendingan sekarang?” Seseorang bertanya sambil berjalan mendekati ranjang Gracia.“Aduh, kamu bikin kaget saja, Kapten. Aku lagi tidur barusan,” s