“Ed … Tunggu sebentar, Ed. Aku mohon ….”Lena akhirnya berhasil mengejar Edward di parkiran depan, mencoba menghentikan langkahnya dengan suara keras.Namun, Edward masih mengabaikan mantan pacaranya itu. Dia terus berjalan bersama Helena hingga tiba di depan mobilnya.“EDWARD!!!” suara Lena semakin keras, bahkan menarik perhatian orang-orang yang di sekitar parkiran. “BERHENTI SEBENTAR, EDWARD. AKU MAU BICARA SERIUS!”Edward terpaksa merespon jika seperti ini urusannya, tak mau keributan semakin meluas.“Ada apa?” Tanya Edward sambil membalikan tubuhnya, menatap wajah Lena yang tampak kusut itu.Lena melirik Helena sekilas. “Bisakah kita bicara berdua saja?” Pintanya.“Bicara saja di sini, tak nyaman jika hanya berdua. Aku takut calon istriku akan salah paham,” ujar Edward, sekalian saja manfaatkan momen ini untuk menarik garis dengan Lena sepenuhnya. “Ca-Calon istri?!” Pekik Lena dan Helena serempak, jelas terkejut akan pengakuan Edward barusan.“Kamu serius, Ed?!” Lena memastikan,
“Tidak masalah nih, aku cuma bawa ini buat hadiah?” Tanya Edward setelah memarkirkan mobilnya di parkiran rumah keluarga Rose. Menunjukan bingkisan yang berisi sebotol pil warna biru dan sebuah salep cinta.Kedua benda tersebut Edward pilih dari Sitem Harem sebagai hadiah pertemuan dengan orang tua Helena. Tentu saja dia melakukan itu setelah menimbang-nimbang kegunaan dan khasiatnya.Sama seperti yang sudah diketahui, pil biru bisa menambah keperkasaan pria ketika berhubungan dengan pasangan di atas ranjang. Sementara salep guna mempercantik wajah wanita dan bisa memberikan efek awet muda. Wanita mana pun akan terlihat sepuluh tahun lebih muda dari usia aslinya.Helena melirik bingkisan itu sekilas, lalu tersenyum manis kepada Edward. “Tidak masalah kok, justru aku senang karena kamu masih memikirkan hadiah untuk orang tuaku. Terima kasih ya, Ed,” ucapnya.“Jangan sungkan, Helena. Bukankah memberikan hadiah sudah menjadi kewajiban jika kita ingin berkunjung ke rumah orang lain?” Tang
Edward tidak hanya kebingungan kala menghadapi tiga syarat dari Nyonya Rose, bahkan mulutnya sampai tidak sanggup mengeluarkan kata-kata. Dia jelas tidak bisa langsung memberikan jawaban karena masalah tersebut sudah bersangkutan dengan pernikahan sungguhan. Meskipun Helena bisa dibilang sebagai wanita yang sempurna dalam segala hal, Edward masih belum siap jika harus menikahinya sekarang, apalagi ada aturan Sistem Harem yang akan mengikatnya dengan banyak wanita. Entah Dewi Lexia akan mengizinkan atau tidak, pastinya pernikahan sungguhan akan merepotkan bagi Edward atau Helena, terutama Helena yang mungkin saja akan merasa sakit hati begitu tahu Edward punya banyak wanita. Namun, merasa Edward tidak tega jika harus menghancurkan harapan Helena yang ingin membahagiakan keluarganya. Terlebih, respon ibu Helena tampak sangat baik seolah sudah menantikan kedatangan menantunya untuk waktu yang sangat lama. Bimbang? Tentu saja Edward sangat bimbang pada saat ini. Dia tidak bisa mengamb
Di ruang makan keluarga Rose.“Begitu ya? Ternyata kamu masih kuliah, pantas saja kamu terlihat masih muda,” ucap ayah Helena bernama George Heart.“Meski masih kuliah, Edward sudah memiliki jiwa kepemimpinan seperti seorang bos besar. Aku pikir tak akan jadi masalah,” timpa ibu Helena, Liana Rose.“Ibu setuju sama kamu, Liana. Selama kita bisa melatih Edward dengan benar, ibu yakin Edward akan menjadi pendamping luar biasa bagi Helena. Selain itu, ibu merasa Edward lebih pintar dari pria seusianya,” ujar Nyonya Rose.“Hmm … kamu memang pandai memilih pria, sangat layak menjadi pewaris keluarga kita.” Kemudian melontarkan senyum puas kepada Helena.Ketika acara makan malam barusan, Edward menceritakan asal usulnya kepada keluarga Helena dengan jujur. Dia tidak menutupi apa pun termasuk statusnya yang berasal dari keluarga biasa-biasa dan masih duduk di bangku kuliah.Meskipun Edward sempat khawatir pada awalnya, tapi sekarang dia bisa merasa lega karena respon keluarga Helena teramat
Pukul 04.00 waktu setempat. Edward tiba-tiba terbangun karena suara bising alarm dari poselnya, pria itu memang selalu memasang alarm dini hari agar bisa mengerjakan misi harian. Sama seperti kebiasaan pada hari-hari sebelumnya, Edward reflek beranjak dari tempat tidur dan hendak pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil. Namun, dia langsung menghentikan langkah begitu melewati cermin rias yang ada di dalam kamar itu. "Tunggu sebentar, kayaknya ada yang aneh," ucap Edward sambil memfokuskan indera pengelihatannya pada cermin. "ASTAGA! APA YANG TERJADI PADAKU? KENAPA AKU TELANJANG?!!!" Dia lalu berseru sangat keras karena terkejut. Tanpa sengaja, suara Edward langsung membangunkan Helena yang masih tertidur di atas ranjang. Wanita itu sontak mengalihkan pandangan kepada Edward di depan cermin. "Kamu kenapa sih, Ed? Kok berisik sekali?" tanya Helena. "Aku telanjang," jawab Edward begitu saja. Helena seketika sadar jika Edward tidak mengingat kejadian tadi malam. Karena efek mab
Dap! Dap! Dap!Langkah kaki Edward terdengar di koridor, pria itu muncul di sana selang 10 menit setelah Jesica dan Gracia menyiapkan alat-alat untuk hukuman. Dia masih belum sadar jika kedua itu akan memberikan hukuman atas perbuatannya.Ceklik!Edward pun membuka pintu kamar kost setelah memutar kunci, lalu masuk begitu saja tanpa rasa curiga sama sekali. Dia pikir tidak ada siapa-siapa di dalam kamarnya karena semua lampu masih mati.“Fiuh ... untung aku bisa pulang tepat waktu,” gumam Edward seraya menekan saklar lampu.Klik!Lampu menyala dengan cepat, menampilkan pemandangan di dalam kamar.Set!Akan tetapi, Edward tidak sempat melihat situasi di dalam kamar dengan jelas, matanya keburu ditutup kain hitam oleh Jesica.“Jangan melawan, atau kami akan marah,” ancam Jesica sambil mengikat kencang kain itu di belakang kepala Edward.“Itu benar! Kami akan marah jika kamu berani melawan,” sambung Gracia, buru-buru menarik Edward hingga pantatnya mendarat di kursi yang sudah disiapkan.
Pukul 8 pagi.Edward, Jesica dan Gracia akhirnya tiba di parkiran kampus, mereka bertiga akan mengikuti kuliah pagi ini.Setelah melewati permainan panas subuh tadi, hubungan ketiga orang itu pun menjadi lebih dekat seakan masalah sebelumnya tidak berarti apa-apa. Entah apa yang terjadi pada Jesica dan Gracia, mereka tiba-tiba melupakan masalah Helena begitu saja, bahkan terkesan tidak peduli sama sekali. Hal tersebut jelas sangat membantu bagi Edward, karena setidaknya dia tidak perlu repot-repot menjelaskan lebih banyak kepada kedua wanita itu.Oleh karena itu, Edward memutuskan pergi bersama Jesica dan Gracia dengan perasaan tenang dan nyaman. Ada juga banyak keceriaan yang terjadi di antara mereka selama mobil melaju dari kamar kost menuju gedung kampus Roxane.“Aku ada kuliah bu Lisa di gedung B. Kalian di gedung mana?” Tanya Edward sebelum turun dari mobil.“Aku akan ikut kuliah Manajemen Bisnis di gedung A, tapi nanti sih, sekitar jam sembilan,” jawab Jesica.“Kalau aku mau lan
Waktu berlalu.Kini sudah pukul 11.45.Seperti yang sudah Edward bilang tadi pagi, bahwa dia akan menunggu Jesica dan Gracia di kantin belakang. Pria itu tampak sedang duduk di salah satu kursi sambil memaikan ponselnya.[Misi Utama : Anda harus menghentikan perbuatan bunga kampus nakal. Kemudian dapatkan perasaannya dengan benar, dan ambil keperawanannya.]Edward seketika merasa bingung usai membaca misi tersebut, ‘Bunga kampus nakal? Memang ada hal semacam itu di kampus ini?’ Pikirnya. Setelah itu, dia membaca detail misi utama dengan cermat. Betapa terkejutnya perasaan pemuda itu begitu melihat nama keluarga Yoshiko yang tertulis di sana. “Bunga kampus nakal itu, Nona Muda Yosiko?!!!” pekiknya, seketika membayangkan sosok Akira dalam benaknya.‘Sial, kenapa harus dari kelurga Yoshiko sih? Macam sudah tak ada wanita lain di kota ini?’ batin Edward protes, sadar jika misi utama tersebut tidaklah mudah.Pasalnya, sosok Akira saja sudah sangat menyebalkan, tetapi sekarang Edward harus