Pada saat yang sama di dalam ruangan Dekan.BRAKKK!Devan menggebrak meja dengan keras, lalu melempar beberapa kertas yang berisi cetakan foto ciuman antara Edward dan Lisa.“Memalukan! Sungguh memalukan! Bisa-bisanya skandal macam ini tersebar di sosial media?!” teriak Devan dalam kemarahannya, membuat Lisa yang sedang duduk di depannya ketakutan.“Jelaskan padaku, Lisa. Kenapa kamu berani melakukan hal tidak senonoh di ruangan dosen? Apa kamu sengaja ingin mencoreng nama baik para dosen dan kampus ini?” Tuding Devan, sorot matanya sangat tajam seolah bisa menusuk Lisa.“I-Ini ….” Lisa mandek dan tidak tahu harus menjelaskan dengan cara apa, lagian siapa sangka akan ada seseorang yang mengambil foto-foto tersebut. Mana sudah terebar luas di beragam sosial media hingga menjadi viral."Cepat jawab! Kamu jangan menguji kesabaranku, Lisa!" bentak Devan kala melihat Lisa ragu-ragu.Lisa mencoba tenang meski batinnya sangat ketakutan, baru kali ini melihat Devan semarah itu. Trauma di masa
“Kau … siapa kau?!” tanya Devan, matanya terbelalak usai dikejutkan oleh perbuatan Edward yang sudah mendobrak pintu dengan cara luar biasa. “Siapa aku? Bukan urusanmu,” balas Edward seraya masuk ke dalam ruangan. Dia memakai celana dalam wanita di kepalanya guna menyamarkan identitas.“Sialan! Beraninya kau! Dasar orang gila!” geram Devan penuh amarah, tangan kanannya buru-buru mengambil sesuatu dari dalam laci meja. Ceklik! Siapa sangka, pria paruh baya itu ternyata menyembunyikan pistol di dalam sana. Dia pun segera menodongkan senjata api itu ke kepala Edward usai mengkokangnya. “Pergilah! Atau aku akan membunuhmu,” ancam Devan serius. Edward sendiri tampak sangat tenang meski situasinya sudah seperti ini, lanjut saja melangkah dengan santai seolah keberadaan pistol itu tidak berarti. “Kau ….” Devan tersentak, dari mana asal keberanian orang aneh itu? Apa mungkin dia sudah gila? “Sialan! Sudah ‘kubilang jangan mendekat!” Devan mau tak mau menekan pelatuk pistol secara perl
Selang beberapa menit kemudian.Edward dan Lisa akhirnya menemukan tempat sepi usai berlarian tanpa arah di sekitar kampus. Mereka kini sedang duduk di sebuah kursi panjang dengan nafas masih terengah-engah.“Fiuh … sungguh memalukan sekali pakai celana dalam ini. Aku tidak mau pakai lagi,” ucap Edward sambil melepas celana dalam itu dari kepalanya, kemudian melemparnya ke sembarang arah.Lisa tidak banyak berkomentar akan hal tersebut, tetapi segera menanyakan kondisi Edward. “Kamu baik-baik saja, Ed? Tubuhmu tidak terluka, kan?” “Aku baik-baik saja kok, kamu jangan khawatir,” jawab Edward sambil mengambil sebotol air mineral dari sistem harem secara diam-diam.“Minum dulu biar perasaanmu tenang.” Edward lalu memberikannya kepada Lisa.“Terima kasih,” tanggap Lisa sambil mengambil botol itu. Ia tidak banyak bertanya dari mana asalnya dan langsung meminumnya hingga habis setengah.Edward celingak celinguk ke sekitar, memastikan situasinya sudah benar-benar aman. Setelah itu, dia dudu
Di sebuah taman hiburan.Kana putuskan membawa Edward kemari untuk kencan pertamanya. Dia ingin bersenang-senang dengan pemuda tampan itu sekaligus pamer di depan banyak orang, terutama di depan teman-teman satu Circle-nya.Faktanya, gadis dari keluarga Yoshiko itu suka bergaul di tempat penuh permainan seperti ini, juga selalu menikmatinya dengan senang hati. Secara khusus, untuk permainan tradisional buatan manusia.Meskipun kebanyakan permainan itu berupa permaian judi, tetapi Kana gemar sekali memainkannya sepanjang waktu. Hanya saja gadis itu selalu kalah dalam setiap permainan, sehingga ia sering dimanfaatkan oleh bandar atau orang yang punya lapak.Sama seperti hari ini, Kana dengan percaya diri membawa Edward ke lapak permainan pertama. Di sana, terlihat beberapa orang sedang melempar ring ke benda-benda yang ada lapak itu, mereka melakukannya dari jarak sekitar dua meter.Pemain pun akan mendapatkan hadiah begitu ring yang dilemparnya berhasil masuk atau diam di atas benda ya
“Wow! Pasangan itu berani sekali! Bisa-bisanya mereka ciuman di tempat terbuka seperti ini!” “Tapi, ciuman mereka terlihat aneh. Gimana jelasinnya, ya? Hmm ... pokoknya aneh ....” “Mungkin gadis tepos itu baru pertama kali ciuman, makanya dia terlihat malu-malu dan kaku.” “Hahaha, kau benar. Kana pasti baru pertama kali melakukannya.” Orang-orang di sekitar mengeluarkan komentar untuk perbuatan Edward dan Kana. Mereka juga tertawa karena tingkah Kana benar-benar lucu dan terlalu polos. Sebagai gadis yang sudah dewasa, Kana terlihat belum punya banyak pengalaman dalam urusan percintaan. “A-Aku sudah melakukannya, cepatlah lempar ring punya kamu,” ucap Kana usai menjauhkan bibirnya dari bibir Edward. “Ok, tapi apa kamu siap memberikan tubuhmu nanti? Soalnya, lemparanku pasti akan mengenai kotak gelang Amura,” ujar Edward percaya diri. Sambil menyiapkan satu ring, matanya mulai membidik gelang itu. Kana spontan melihat buah dadanya yang tepos, seketika merasa tidak percaya diri. J
Selang beberapa menit kemudian.Di pusat taman hiburan.“Kamu tunggu di sini dan jangan pernah pergi kemana-mana,” ujar Edward sambil menunjuk kursi kosong di depannya.Kana segera menurutinya, tapi masih penasaran akan gelagat Edward. “Ada apa sih, Ed? Kok kamu gelisah begitu?” tanyanya.Edward tidak langsung menjawab, malah melihat-lihat ke sekitar dengan waspada, seolah sedang dikejar musuh sangat kuat.“Ed?” Panggil Kana ketika Edward tidak memberikan respon apa pun.“Ya?” Edward menoleh pada Kana. “Kamu tenang saja, aku pasti akan membereskan masalah ini,” ujarnya sambil tersenyum.Kana kian kebingungan, 'Memangnya ada masalah apa? Perasaan aku tidak membuat masalah serius yang bisa menarik marahabaya. Mungkinkah Edward ini tipe pria yang terlalu protektif? Makanya dia ingin menjaga keamanan aku sebaik mungkin?' terkanya di dalam hati.“Itu mereka,” gumam Edward saat menemukan beberapa orang yang sedang berjalan ke tempatnya.“Aku pergi dulu, Kana. Ingat, kamu jangan pernah menin
“Apa kamu baik-baik saja sekarang?” Tanya Edward setelah membawa Kana duduk kembali di kursi. Dia sebelumnya sudah memberikan obat penyembuh kepada Kana, sehingga bisa mengobati rasa sakitnya.“Dasar wanita kurang ajar, bisa-bisanya dia memukulku. Aku harus balas dendam.” Kana malah membalas seperti itu, membuat Edward harus mengerutkan kening.“Tenang dulu, Kana. Kita bicarakan masalah ini baik-baik,” ujar Edward sambil mengusap-usap punggung Kana, menghiburnya.“Bagaimana aku bisa tenang? Dia sudah mengambil gelang Amura dariku!” Seru Kana, kemarah itu terpancar lagi di kedua bola matanya. Gadis tepos itu jelas tidak rela untuk semua perbuatan Yui. Jika bisa, dia ingin membalas secepat mungkin. Tapi, apalah daya, dia terlalu lemah dan tidak berani melawan balik. Selain karena takut kepada Yui, dia tidak mungkin melawan ketiga pengawalnya sekaligus.“Kana?” Panggil Edward, menatap wajah Kana, yang ternyata sudah berkaca-kaca dan hampir menangis.“Lupakan saja, Ed. Tolong antar aku pu
Malam pun tiba. Di hotel bintang lima, hotel Alexandria.Sama seperti namanya, hotel ini adalah salah satu aset terpenting keluarga Axendria, keluarga nomor satu di kota Noxus. Ada pun aset lainnya, jelas itu bank Alexandria.Dengan jumlah total kekayaan yang hampir menginjak angka seratus triliun dallant, membuat posisi keluarga Alexandria tidak tergoyahkan selama bertahun-tahun. Mereka selalu bercokol di peringkat satu dari generasi ke generasi. Hanya sedikit keluarga yang mampu menandingi mereka.Namun, ada satu cacat yang dimiliki keluarga nomor satu itu. Kecacatan tersebut adalah aib terbesar di sepanjang sejarah keluarga Alexandria.Yah, putra ketiga dari Tuan Alexandria, yang kini menjabat sebagai walikota Noxus, memiliki aib paling buruk di antara semua anggota keluarga. Kesalahan terbesarnya, karena dia sudah berselingkuh dengan wanita asal negeri Sakura, yaitu ibu Yui, Kinoshita Yuko. Tidak hanya itu, dia juga menikahinya tanpa sepengetahuan istri pertama dan tanpa restu kel