“Apa kamu baik-baik saja sekarang?” Tanya Edward setelah membawa Kana duduk kembali di kursi. Dia sebelumnya sudah memberikan obat penyembuh kepada Kana, sehingga bisa mengobati rasa sakitnya.“Dasar wanita kurang ajar, bisa-bisanya dia memukulku. Aku harus balas dendam.” Kana malah membalas seperti itu, membuat Edward harus mengerutkan kening.“Tenang dulu, Kana. Kita bicarakan masalah ini baik-baik,” ujar Edward sambil mengusap-usap punggung Kana, menghiburnya.“Bagaimana aku bisa tenang? Dia sudah mengambil gelang Amura dariku!” Seru Kana, kemarah itu terpancar lagi di kedua bola matanya. Gadis tepos itu jelas tidak rela untuk semua perbuatan Yui. Jika bisa, dia ingin membalas secepat mungkin. Tapi, apalah daya, dia terlalu lemah dan tidak berani melawan balik. Selain karena takut kepada Yui, dia tidak mungkin melawan ketiga pengawalnya sekaligus.“Kana?” Panggil Edward, menatap wajah Kana, yang ternyata sudah berkaca-kaca dan hampir menangis.“Lupakan saja, Ed. Tolong antar aku pu
Malam pun tiba. Di hotel bintang lima, hotel Alexandria.Sama seperti namanya, hotel ini adalah salah satu aset terpenting keluarga Axendria, keluarga nomor satu di kota Noxus. Ada pun aset lainnya, jelas itu bank Alexandria.Dengan jumlah total kekayaan yang hampir menginjak angka seratus triliun dallant, membuat posisi keluarga Alexandria tidak tergoyahkan selama bertahun-tahun. Mereka selalu bercokol di peringkat satu dari generasi ke generasi. Hanya sedikit keluarga yang mampu menandingi mereka.Namun, ada satu cacat yang dimiliki keluarga nomor satu itu. Kecacatan tersebut adalah aib terbesar di sepanjang sejarah keluarga Alexandria.Yah, putra ketiga dari Tuan Alexandria, yang kini menjabat sebagai walikota Noxus, memiliki aib paling buruk di antara semua anggota keluarga. Kesalahan terbesarnya, karena dia sudah berselingkuh dengan wanita asal negeri Sakura, yaitu ibu Yui, Kinoshita Yuko. Tidak hanya itu, dia juga menikahinya tanpa sepengetahuan istri pertama dan tanpa restu kel
Di dalam ruang pesta.Ada banyak pita-pita, musik yang keras, serta bergam gelak tawa. Selain itu, ada juga beberapa orang yang sudah berdansa agar suasana pesta semakin meriah. Semua orang benar-benar terlarut dalam acara tersebut.Namun, bintang utama malam ini masih belum menampakan diri meski pesta sudah dimulai sejak sepuluh menit yang lalu. Sepertinya sudah terjadi sesuatu kepada Kinoshita Yuko, sehingga wanita itu datang terlambat.“Kak Yuko di mana sih? Kok dia masih belum datang juga?” tanya seorang wanita kepada wanita lain yang sedang berdiri di sampingnya, tampak resah sendiri.Wanita itu adalah adik kedua Yuko bernama Airi. Sementara wanita di sebelahnya adalah anak bungsu bernama Nana.“Haruskah kamu bertanya seperti itu? Kak Yuko sudah pasti sedang ....” Nana tidak melanjutkan ucapannya, mengganti dengan sebuah gestur tangan layaknya orang sedang begituan.“Serius? Kak Yuko melakukannya di saat acara sangat penting seperti ini?” Airi memastikan dengan mata terbelalak,
Selang beberapa menit kemudian.“Ya Tuhan! Ini terlalu gila! Kenapa Nyonya Yuko bisa melakukan hal menjijikan semacam ini dengan pria-pira itu?!” seru Helena sambil menutup mulutnya, sontak memalingkan wajah karena tidak sanggup melihat pemandangan tabu di dalam ruangan itu. Helena kini sedang mengintip bersama Edward dari celah pintu yang sedikit terbuka.“Kamu tunggu saja di belakang, Helena. Tak baik jika mata indahmu terus melihat perbuatan mereka,” ujar Edward, memegang ponselnya untuk merekam semua aktivitas Yuko bersama beberapa pria berbadan kekar. Dia juga dibuat jijik oleh perbuatan mereka.Pasalnya, semua lubang yang ada di tubuh Yuko benar-benar terisi oleh alat kelamin dari tiga orang pria. Dan wanita itu tampak sangat menikmatinya alih-alih merasa kesakitan. Ekspresinya seolah berkata, terus serang dengan gaya seperti ini, rasanya sungguh nikmat sekali. Edward tidak tahu harus merasa senang atau sedih untuk menghadapi situasi saat ini. Sebab, dia baru pertama kali meli
Tepat seperti itu.“Ayah?!” Suara seorang wanita tiba-tiba terdengar dari belakang Shin. Sontak, membuat Shin harus menghentikan langkah dan membalikan tubuh ke sumber suara.“Airi … kenapa kamu datang kesini, Airi?” Tanya Shin penasaran.Airi tidak langsung menjawab, hanya melihat ke sekitar dengan penuh selidik. “Ayah sedang apa di sini? Kenapa tidak masuk ke ruang pesta bersama Yui?”“Ah … itu ….” Shin mandek, kepalanya langsung memikirkan sesuatu. Dia tidak ingin Airi mengetahui perbuatannya.Faktanya, Shin punya alasan kuat ketika merahasiakan segala macam kejahatannya dari Airi. Alasan itu, tak lain karena Airi memiliki rupa sama persis dengan mendiang istrinya. Terlebih, setiap sikap Airi juga sangat mirip dengan sikap istrinya ketika masih muda.Jadi, Shin tidak pernah menunjukan kebusukannya di depan Airi selama ini. Dia tidak mau dibenci oleh putri keduanya itu.“Begini, Airi. Ayah sebenarnya sedang menangkap penjahat. Dia sudah berani merekam perbuatan kakakmu,” ujar Shin
Satu jam kemudian. Masih di dalam mobil Edward, yang kini sudah terparkir jauh dari hotel, tempat digelar acara pesta ulang tahun Yuko.***"Maafkan aku, Helena. Kamu sampai terluka gara-gara perbuatan ayahku. Jika tahu seperti ini, aku tidak pernah mengundangmu datang ke pesta Kak Yuko," ucap Airi penuh sesal. "Jangan terlalu dipikirkan, Airi. Kamu tidak salah kok. Lagian, siapa sangka situasinya akan berubah?" balas Helena dengan senyum santai. Wanita itu sudah pulih sepenuhnya setelah Edward memberikan obat penyembuh. Luka pada kepalanya juga sudah tertutup lagi. Airi merasa lega usai mendengarnya, sifat Helena sepertinya masih belum berubah meski usianya sudah bertambah. Dia selalu baik hati di balik ekspresinya yang dingin dan angkuh. "Terima kasih, Helena. Kamu memang sahabat baikku," ucap Airi sambil memeluk Helena. "Aduh ... kamu ini," protes Helena, tapi masih membalas pelukan Airi. Sedangkan Edward hanya bisa senyum-senyum sendiri di kursi kemudi, hatinya senang ketika
Tak lama kemudian.Di dalam ruangan khusus tamu VIP, salah satu hotel bintang lima.Tampak Edward, Helena dan Airi sedang asik berpesta di sana. Ketiganya sudah memakan banyak hidangan dan minum wine. Mungkin sudah lebih dari dua jam mereka berpesta seperti itu.“Ayo tambah lagi! Aku masih belum mabuk!” Seru Helena sambil menyodorkan gelasnya pada Edward.“Tidak! Kamu sudah mabuk parah, Helena. Tak baik jika kamu minum lebih banyak,” tukas Edward, menolak dengan tegas.Helena segera bergelayut manja di leher Edward, menatap sayu pemuda tampan itu. “Jangan begitu dong, sayang. Aku masih belum mabuk, tahu? Hiks … tuh aku cuma cegukan saja.”Edward spontan menyentuh dahi Helena, sebab wanita itu sangat menyebalkan ketika mabuk. Dia tidak hanya berisik, bahkan tingkahnya bisa membuat pria mana saja salah tingkah. Terlebih, pakaiannya sudah acak-acakan, sehingga belahan dadanya yang mulus terlihat dengan jelas.“Kita lebih baik pindah ke kamar, tak nyaman jika terus di sini,” ujar Edward,
“Eh?” Edward tampak bodoh seketika, tak habis pikir dengan pengakuan Airi barusan.Lagi pula, apa maksudnya jadi wanita kedua? Bahkan rela menjadi wanita simpanan? Masa wanita secantik Airi mau melakukan semua itu demi mendapatkan hati pria yang baru ditemuinya belum lama ini? Tidakkah terkesan sangat konyol? “Aku serius, Ed. Tolong pertimbangkan perasaanku,” ujar Airi sambil meraih tangan Edward. Dia menggenggam tangan pria itu kuat-kuat seakan takut kehilangan.“Aku tahu, tapi ....” Edward kehabisan kata, benar-benar bingung membalas Airi.Pasalnya, Airi tidak mungkin bisa menjadi wanita yang kedua, apa lagi wanita simpanan. Masih ada Jesica, Gracia dan Lisa yang harus diperhitungkan. Status ketiga wanita itu juga sudah terikat pasti berkat adanya Sistem Harem.Ada pun Helena? Edward tidak mau menghitungnya sama sekali. Sebab hubungannya dengan wanita itu tak lebih dari sekedar teman yang saling membutuhkan. Edward belum kepikiran untuk melangkah lebih jauh lagi.“Tapi apa, Ed? Bis