Edward jelas tidak takut kepada orang-orang bertopeng itu. Selain karena levelnya sudah lebih dari cukup untuk bertarung dua lawan satu, ada juga efek spesial yang diperolehnya setelah bercinta.Efek itu bisa menambah kekuatan serangan, pertahanan dan kelincahan Edward hingga sepuluh menit ke depan. Karena itu, Edward tidak ragu saat memprovokasi mereka. Lagi pula, mereka tidak terlihat kuat sama sekali, hanya terlihat seperti orang aneh dengan topeng hewannya.“Kurang ajar! Beraninya kamu menantang kami! Kamu benar-benar cari mati!” Teriak gadis bertopeng rubah seraya melempar belati pada Edward.Seeet!Dengan cepat, Edward bergerak ke samping guna mengindari serangan tersebut. Kemudian membalas dengan dildo bergerigi.Wusssh!Benda pemuas nafsu itu melesat cepat, mengarah langsung ke wajah gadis bertopeng rubah.Trang!Namun, gadis bertopeng rubah berhasil menangkisnya dengan belati lain. Dildo bergerigi tampak tidak berguna di depan gadis itu.“Kok bisa?!” Pekik Edward, baru perta
Pagi berikutnya.Di dalam kamar hotel.“Uhhh … aku tak bisa menahannnya lagi. Ini pasti keluar … uhhh ….”“Ayolah, kamu jangan cuma berkedut-kedut. Cepat semburkan cairan cintamu … uhhh ….”“Keluar … akhirnya keluar … kamu memang yang terbaik, Joni.”Helena tampak senang ketika rahimnya mendapatkan semburan cairan cinta dari si Joni alias Benda Pusaka Edward. Namun, dia tidak bisa senang terlalu lama karena harus melepas si Joni dari sarangnya dengan cepat.Omong-omong, Helena begituan tanpa sepengatahuan Edward. Dia melakukannya secara diam-diam selagi Edward masih terlelap. Lagi pula, siapa suruh Benda Pusaka itu tegang sendiri. Jadinya, Helena terangsang dan langsung memasukan benda itu ke dalam sarangnya.Untung saja, Edward tidak terbangun selama persetubuhan berlangsung. Sehingga Helena bisa leluasa bergerak di atas tubuhnya, yang kemudian berakhir dengan pelepasan penuh nikmat.Yah, tak berlebihan jika perbuatan Helena disebut sebagai pemerkosaan. Namun, bukan dia yang menjadi
Ding Dong! Ding Dong! Ding Dong!Suara bel terus berbunyi di salah satu rumah mewah di Distrik Selatan. Edward menekan bel rumah itu berkali-kali karena Kana tak kunjung keluar.“Permisi, apa Kana ada di rumah?” Edward berteriak cukup keras, berharap ada seseorang yang menanggapi suaranya.Sebelumnya, Edward tidak sempat masuk ke rumah Kana ketika mengantarnya pulang. Hanya sampai depan pintu pagar karena Kana sudah merasa cukup diantar sampai sana.Kini pintu pagar terbuka lebar, tetapi tidak ada satu pun satpam yang berjaga. Makanya Edward bisa langsung masuk ke halaman rumah dan menekan bel.“Ayolah, kamu jangan membuatku khawatir,” gumam Edward kehabisan kesabaran, terpaksa menerobos masuk ke rumah Kana.Pasalnya, pembaharuan misi utama sudah membuat pria tampan itu dibanjiri keringat dingin. Dia pun merasa semakin yakin bahwa wanita bertopeng rubah itu adalah salah satu wanitanya di sistem Harem, Kana.Namun, Edward masih tidak mengerti dengan maksud misi utama, yang di mana di
Masih di dalam mobi van hitam. Entah sudah berapa lama Edward berada di sana, pastinya sudah lebih dari satu jam. Sementara perjalanan masih belum berakhir karena mobil van tak kunjung berhenti. Mungkin markas sekte penyihir hitam itu sangat jauh sehingga membutuhkan waktu lama untuk mencapainya. 'Bosan! Sampai kapan perjalanan ini berakhir? Mana aku kebelet mau pipis lagi. Aduh ....' Batin Edward mengeluh, rasanya memang sangat membosankan berada di dalam mboil itu. Meski demikian, Edward sebenarnya sudah melonggarkan ikatan pada tangannya secara diam-diam. Dia bisa kabur kapan saja selama menginginkannya. Namun, Edward belum mau kabur karena penasaran dengan identitas asli pemimpin sekte penyihir hitam. Belum lagi, dia masih harus menyelamatkan Kana dari jerat mereka. Jadi, pilihan terbaik saat ini adalah mengikuti alur cerita yang ingin dimainkan pimpinan sekte penyihir hitam. Setelah itu, cari kesempatan untuk mengalahkannya sekaligus menyelamatkan Kana dan keluarganya. Den
“Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan denganku, Airi?” Tanya Edward, ingin mendapatkan informasi lebih dulu.Airi tidak langsung menjawab, malah melambai pada Edward agar duduk di sampingnya. “Kemarilah! Tak nyaman jika kita bicara seperti ini.”Edward menatap singgasana tempat Airi duduk. Memastikan tidak ada bahaya atau jebakan di sana.“Baiklah.” Dia pun berjalan perlahan hingga akhirnya duduk di samping Airi.“Mau teh?” Tanya Airi, tangannya terulur ke depan dan hendak menuangkan teh untuk Edward.“Boleh,” tanggap Edward begitu saja, tak khawatir jika ada racun di sana karena daya tahan tubuhnya bisa mengatasi racun.Airi tersenyum sekilas, kemudian menuangkan teh pada Edward. “Ini adalah teh hitam asli dar Negeri Sakura. Salah satu teh favoritku,” jelasnya.“Silakan diminum, Ed.” Lanjut menyodorkan gelas berisi teh pada Edward.“Jika begitu, aku akan menikmatinya dengan senang hati,” ujar Edward, meminum sedikit teh itu.Airi tersenyum lagi, tampak senang ketika melihat Edward mem
“Bagaimana, Ed? Setujukah dengan syaratku?” Tanya Airi, berjalan ke depan Edward sambil mengerlingkan matanya.Edward bisa menangkap maksud kedipan mata Airi, jelas wanita itu sudah memberikan kode dan mengajak untuk melakukan sesuatu yang tabu di dalam ruangan ini.“Aku ingin melakukannya sebelum memberikan jawaban. Jadi, bisakah aku merasakan kenikmatan tubuhmu lagi seperi tadi malam?” pinta Edward langsung ke intinya.Airi segera merapatkan tubuhnya pada Edward. Dia juga sebenarnya ingin merasakan hal serupa, tetapi dia berusaha menahan hasratnya hingga Edward memberikan keputusan.Kini Edward tampak setuju ketika meminta hal tersebut, artinya dia sudah siap mengakhiri hubungan dengan Helena dan memilihnya, ‘kan?Tanpa banyak bicara, Airi segera mendekatkan bibirnya ke bibir Edward. Berniat melakukan pemanasan lewat ciuman mesra, yang bisa mengundang hasrat.“Sebentar, aku punya sesuatu sebelum kita memulainya. Aku harap kamu tidak keberatan,” ujar Edward sambil menunjukan tali dan
“Uhhh … ini dia yang aku tunggu dari tadi,” ujar Airi meleguh panjang, merasakan kembali kenikmatan yang selalu didambakan.Edward tidak menanggapi, hanya fokus menggerakan pinggulnya untuk memperlancar pergerakan benda pusaka di dalam sarang penuh kenikmatan itu.Yah, walau Edward melakukannya secara terpaksa, tetapi dia harus mengakui bahwa kepunyaan Airi memang terasa nikmat.Terlebih, Airi sudah mendapatkan pelepasan berkali-kai sebelumnya, sehingga himpitan dari ranah kewanitaannya semakin kentara.Jika begini, Edward takut menikmati permainan dan terbawa nafsu, rencana pun bisa gagal. Berantakan pada akhirnya.Karena itu, Edward diam-diam berkomunikasi dengan Irene lewat earphone kasat mata. Ingin meminta pendapat untuk mengatasi masalah ini.“Irene, baiknya aku harus melakukan apa? Lanjut begini, atau gunakan kekerasan?” tanya Edward.Irene segera menjawab. “Hmm, baiknya Master gunakan lubang satunya lagi. Tidak perlu pakai kepunyaan Master, cukup pakai dildo atau alat getar.”
Airi serasa disambar petir di siang bolong usai mendengarnya. Sebab, instan karma semacam ini datang terlalu cepat untuknya. Padahal belum lama dia melontarkan pertanyaan yang sama kepada Edward, tetapi sekarang pertanyaan itu menimpa kepada dirinya sendiri.“Cepat jawab, Jalang Sialan! Apa kamu setuju dengan syaratku?!” tanya Edward, dengan kasar menjambak rambut Airi.Wanita itu hanya mampu menggertakan gigi kala menghadapi perlakukan Edward yang terlalu mendominasi. Mau melawan juga percuma saja karena sekujur tubuhnya masih terikat tali. Belum lagi, kekuatan sihirnya benar-benar sudah habis, sehingga dia tidak bisa mengeluarkan jurus andalannya.Berdasarkan kondisi tersebut, Airi terpaksa menyetujui syarat Edward, setidaknya sampai dia terbebas dari kondisi saat ini. Setelah itu, barulah pikirkan cara terbaik untuk balas dendam.“A-Aku setuju,” ucap Airi pelan.“HAH?!” Edward semakin kuat menjambak rambutnya. “Kamu bicara apa barusan? Aku tidak bisa mendengarnya.”Kali ini, Airi t