Tak lama kemudian.Di dalam ruangan khusus tamu VIP, salah satu hotel bintang lima.Tampak Edward, Helena dan Airi sedang asik berpesta di sana. Ketiganya sudah memakan banyak hidangan dan minum wine. Mungkin sudah lebih dari dua jam mereka berpesta seperti itu.“Ayo tambah lagi! Aku masih belum mabuk!” Seru Helena sambil menyodorkan gelasnya pada Edward.“Tidak! Kamu sudah mabuk parah, Helena. Tak baik jika kamu minum lebih banyak,” tukas Edward, menolak dengan tegas.Helena segera bergelayut manja di leher Edward, menatap sayu pemuda tampan itu. “Jangan begitu dong, sayang. Aku masih belum mabuk, tahu? Hiks … tuh aku cuma cegukan saja.”Edward spontan menyentuh dahi Helena, sebab wanita itu sangat menyebalkan ketika mabuk. Dia tidak hanya berisik, bahkan tingkahnya bisa membuat pria mana saja salah tingkah. Terlebih, pakaiannya sudah acak-acakan, sehingga belahan dadanya yang mulus terlihat dengan jelas.“Kita lebih baik pindah ke kamar, tak nyaman jika terus di sini,” ujar Edward,
“Eh?” Edward tampak bodoh seketika, tak habis pikir dengan pengakuan Airi barusan.Lagi pula, apa maksudnya jadi wanita kedua? Bahkan rela menjadi wanita simpanan? Masa wanita secantik Airi mau melakukan semua itu demi mendapatkan hati pria yang baru ditemuinya belum lama ini? Tidakkah terkesan sangat konyol? “Aku serius, Ed. Tolong pertimbangkan perasaanku,” ujar Airi sambil meraih tangan Edward. Dia menggenggam tangan pria itu kuat-kuat seakan takut kehilangan.“Aku tahu, tapi ....” Edward kehabisan kata, benar-benar bingung membalas Airi.Pasalnya, Airi tidak mungkin bisa menjadi wanita yang kedua, apa lagi wanita simpanan. Masih ada Jesica, Gracia dan Lisa yang harus diperhitungkan. Status ketiga wanita itu juga sudah terikat pasti berkat adanya Sistem Harem.Ada pun Helena? Edward tidak mau menghitungnya sama sekali. Sebab hubungannya dengan wanita itu tak lebih dari sekedar teman yang saling membutuhkan. Edward belum kepikiran untuk melangkah lebih jauh lagi.“Tapi apa, Ed? Bis
Edward jelas tidak takut kepada orang-orang bertopeng itu. Selain karena levelnya sudah lebih dari cukup untuk bertarung dua lawan satu, ada juga efek spesial yang diperolehnya setelah bercinta.Efek itu bisa menambah kekuatan serangan, pertahanan dan kelincahan Edward hingga sepuluh menit ke depan. Karena itu, Edward tidak ragu saat memprovokasi mereka. Lagi pula, mereka tidak terlihat kuat sama sekali, hanya terlihat seperti orang aneh dengan topeng hewannya.“Kurang ajar! Beraninya kamu menantang kami! Kamu benar-benar cari mati!” Teriak gadis bertopeng rubah seraya melempar belati pada Edward.Seeet!Dengan cepat, Edward bergerak ke samping guna mengindari serangan tersebut. Kemudian membalas dengan dildo bergerigi.Wusssh!Benda pemuas nafsu itu melesat cepat, mengarah langsung ke wajah gadis bertopeng rubah.Trang!Namun, gadis bertopeng rubah berhasil menangkisnya dengan belati lain. Dildo bergerigi tampak tidak berguna di depan gadis itu.“Kok bisa?!” Pekik Edward, baru perta
Pagi berikutnya.Di dalam kamar hotel.“Uhhh … aku tak bisa menahannnya lagi. Ini pasti keluar … uhhh ….”“Ayolah, kamu jangan cuma berkedut-kedut. Cepat semburkan cairan cintamu … uhhh ….”“Keluar … akhirnya keluar … kamu memang yang terbaik, Joni.”Helena tampak senang ketika rahimnya mendapatkan semburan cairan cinta dari si Joni alias Benda Pusaka Edward. Namun, dia tidak bisa senang terlalu lama karena harus melepas si Joni dari sarangnya dengan cepat.Omong-omong, Helena begituan tanpa sepengatahuan Edward. Dia melakukannya secara diam-diam selagi Edward masih terlelap. Lagi pula, siapa suruh Benda Pusaka itu tegang sendiri. Jadinya, Helena terangsang dan langsung memasukan benda itu ke dalam sarangnya.Untung saja, Edward tidak terbangun selama persetubuhan berlangsung. Sehingga Helena bisa leluasa bergerak di atas tubuhnya, yang kemudian berakhir dengan pelepasan penuh nikmat.Yah, tak berlebihan jika perbuatan Helena disebut sebagai pemerkosaan. Namun, bukan dia yang menjadi
Ding Dong! Ding Dong! Ding Dong!Suara bel terus berbunyi di salah satu rumah mewah di Distrik Selatan. Edward menekan bel rumah itu berkali-kali karena Kana tak kunjung keluar.“Permisi, apa Kana ada di rumah?” Edward berteriak cukup keras, berharap ada seseorang yang menanggapi suaranya.Sebelumnya, Edward tidak sempat masuk ke rumah Kana ketika mengantarnya pulang. Hanya sampai depan pintu pagar karena Kana sudah merasa cukup diantar sampai sana.Kini pintu pagar terbuka lebar, tetapi tidak ada satu pun satpam yang berjaga. Makanya Edward bisa langsung masuk ke halaman rumah dan menekan bel.“Ayolah, kamu jangan membuatku khawatir,” gumam Edward kehabisan kesabaran, terpaksa menerobos masuk ke rumah Kana.Pasalnya, pembaharuan misi utama sudah membuat pria tampan itu dibanjiri keringat dingin. Dia pun merasa semakin yakin bahwa wanita bertopeng rubah itu adalah salah satu wanitanya di sistem Harem, Kana.Namun, Edward masih tidak mengerti dengan maksud misi utama, yang di mana di
Masih di dalam mobi van hitam. Entah sudah berapa lama Edward berada di sana, pastinya sudah lebih dari satu jam. Sementara perjalanan masih belum berakhir karena mobil van tak kunjung berhenti. Mungkin markas sekte penyihir hitam itu sangat jauh sehingga membutuhkan waktu lama untuk mencapainya. 'Bosan! Sampai kapan perjalanan ini berakhir? Mana aku kebelet mau pipis lagi. Aduh ....' Batin Edward mengeluh, rasanya memang sangat membosankan berada di dalam mboil itu. Meski demikian, Edward sebenarnya sudah melonggarkan ikatan pada tangannya secara diam-diam. Dia bisa kabur kapan saja selama menginginkannya. Namun, Edward belum mau kabur karena penasaran dengan identitas asli pemimpin sekte penyihir hitam. Belum lagi, dia masih harus menyelamatkan Kana dari jerat mereka. Jadi, pilihan terbaik saat ini adalah mengikuti alur cerita yang ingin dimainkan pimpinan sekte penyihir hitam. Setelah itu, cari kesempatan untuk mengalahkannya sekaligus menyelamatkan Kana dan keluarganya. Den
“Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan denganku, Airi?” Tanya Edward, ingin mendapatkan informasi lebih dulu.Airi tidak langsung menjawab, malah melambai pada Edward agar duduk di sampingnya. “Kemarilah! Tak nyaman jika kita bicara seperti ini.”Edward menatap singgasana tempat Airi duduk. Memastikan tidak ada bahaya atau jebakan di sana.“Baiklah.” Dia pun berjalan perlahan hingga akhirnya duduk di samping Airi.“Mau teh?” Tanya Airi, tangannya terulur ke depan dan hendak menuangkan teh untuk Edward.“Boleh,” tanggap Edward begitu saja, tak khawatir jika ada racun di sana karena daya tahan tubuhnya bisa mengatasi racun.Airi tersenyum sekilas, kemudian menuangkan teh pada Edward. “Ini adalah teh hitam asli dar Negeri Sakura. Salah satu teh favoritku,” jelasnya.“Silakan diminum, Ed.” Lanjut menyodorkan gelas berisi teh pada Edward.“Jika begitu, aku akan menikmatinya dengan senang hati,” ujar Edward, meminum sedikit teh itu.Airi tersenyum lagi, tampak senang ketika melihat Edward mem
“Bagaimana, Ed? Setujukah dengan syaratku?” Tanya Airi, berjalan ke depan Edward sambil mengerlingkan matanya.Edward bisa menangkap maksud kedipan mata Airi, jelas wanita itu sudah memberikan kode dan mengajak untuk melakukan sesuatu yang tabu di dalam ruangan ini.“Aku ingin melakukannya sebelum memberikan jawaban. Jadi, bisakah aku merasakan kenikmatan tubuhmu lagi seperi tadi malam?” pinta Edward langsung ke intinya.Airi segera merapatkan tubuhnya pada Edward. Dia juga sebenarnya ingin merasakan hal serupa, tetapi dia berusaha menahan hasratnya hingga Edward memberikan keputusan.Kini Edward tampak setuju ketika meminta hal tersebut, artinya dia sudah siap mengakhiri hubungan dengan Helena dan memilihnya, ‘kan?Tanpa banyak bicara, Airi segera mendekatkan bibirnya ke bibir Edward. Berniat melakukan pemanasan lewat ciuman mesra, yang bisa mengundang hasrat.“Sebentar, aku punya sesuatu sebelum kita memulainya. Aku harap kamu tidak keberatan,” ujar Edward sambil menunjukan tali dan