Beranda / Fantasi / SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA) / Bab 1. Pengkhianatan di Puncak Gunung

Share

SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)
SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)
Penulis: Junaidi Al Banjari

Bab 1. Pengkhianatan di Puncak Gunung

last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-13 15:38:42

Di ujung negeri, terdapat sebuah desa yang ramai bernama Desa Hongye, atau Desa Daun Merah, sebuah desa yang terkenal dengan para pedagang serta peziarah yang sering datang untuk berdoa di kuil kuno. Suasana pagi itu cerah, sinar matahari menyinari setiap sudut desa, sementara penduduk bersiap dengan kegiatan sehari-hari mereka.

Tak jauh dari desa itu terdapat sebuah gunung terpencil yang tersembunyi di antara kabut tebal, sepasang remaja, Ji Liong dan Hu Ling Lian berdiri di tengah hutan pinus yang sunyi. Pepohonan menjulang tinggi seakan menjadi saksi dari latihan mereka. Langit sore berwarna jingga kemerahan, memberikan suasana damai yang menipu.

Hu Ling Lian, mengenakan pakaian latihan berwarna hijau zamrud, tengah duduk bersila dengan konsentrasi penuh. Kedua tangannya terangkat, perlahan mengatur aliran napas dan tenaga dalam. Udara di sekitarnya bergetar samar, tanda bahwa ia sedang melatih Sin Kang ilmu warisan keluarga Hu yang terkenal sebagai salah satu ilmu langka di dunia persilatan.

Di depannya, Ji Liong berdiri tegak, memperhatikan dengan seksama. Wajah pemuda itu mencerminkan perpaduan rasa kagum dan kasih sayang yang tulus. Ia adalah putra dari ketua Perguruan Pedang Emas (Kim Kiam Pai), salah satu perguruan besar yang dihormati dalam dunia persilatan. Hari ini, ia hanyalah seorang kekasih yang dengan sabar membantu tunangannya mencapai potensi terbaiknya.

“Liang Koko,” suara Hu Ling Lian terdengar gemetar, memecah kesunyian. “Sepertinya aku tidak sanggup lagi melanjutkan. Tenagaku hampir habis…”

Mendengar keluhan itu, Ji Liong segera melangkah mendekat. “Lian Moi, jangan menyerah sekarang. Ini adalah tahap penting. Jika kau berhenti di sini, tenaga dalammu bisa kacau,” ucapnya dengan nada lembut namun tegas.

Hu Ling Lian menunduk, menampilkan ekspresi lemah yang membuat hati Ji Liong terenyuh. “Aku tidak bisa… sungguh tidak bisa,” ujarnya dengan napas terengah-engah.

Ji Liong terdiam sejenak, lalu mengambil keputusan. “Baiklah. Aku akan membantumu.”

Ia duduk bersila di belakang Hu Ling Lian, menyatukan telapak tangannya dengan punggung gadis itu. Dengan konsentrasi penuh, ia mulai menyalurkan tenaga saktinya ke tubuh Hu Ling Lian.

Pada awalnya, semuanya tampak normal. Aliran tenaga dalam Ji Liong terasa hangat dan stabil, membantu menenangkan aliran energi di tubuh Hu Ling Lian. Namun, tak lama kemudian, senyuman kecil muncul di sudut bibir Hu Ling Lian. Sebuah senyuman licik yang tidak dilihat oleh Ji Liong.

Di balik tampilan lembutnya, Hu Ling Lian menyimpan niat busuk. Ilmu Sin Kang yang ia pelajari membutuhkan pengorbanan besar untuk mencapai puncaknya. Dan Ji Liong, dengan tenaga dalam yang murni dan kuat, adalah sumber sempurna untuk mempercepat latihan tersebut.

Ketika tenaga dalam Ji Liong mulai mengalir deras, Hu Ling Lian tiba-tiba mengubah tekniknya. Ia mulai menarik aliran tenaga dari tubuh Ji Liong dengan cara yang memaksa. Ji Liong merasakan keanehan itu. Ia mencoba menarik kembali tangannya, tetapi tidak bisa.

“Lian Moi… apa yang kau lakukan?” tanyanya dengan nada panik.

Namun, Hu Ling Lian tidak menjawab. Ia terus menghisap tenaga dalam Ji Liong dengan kecepatan yang meningkat, membuat pemuda itu merasakan sakit luar biasa. Wajah Ji Liong memucat, tubuhnya mulai gemetar, dan nafasnya semakin lemah.

“Lian Moi! Hentikan ini! Kau akan membunuhku!” serunya dengan sisa tenaga.

Hu Ling Lian akhirnya melepaskan tangannya dengan sebuah hentakan kuat, menyebabkan Ji Liong terlempar ke belakang dan terkapar di tanah. Tubuh pemuda itu lemas, wajahnya basah oleh keringat dingin.

“Kenapa… kenapa kau melakukan ini?” Ji Liong bertanya dengan suara serak, matanya penuh keterkejutan dan kesedihan.

Hu Ling Lian berdiri, menatapnya dengan senyuman sinis. “Maaf, Ji Liong. Kau memang berguna bagiku. Namun, setelah ini, kau bukan siapa-siapa lagi. Kau hanyalah orang cacat dalam dunia persilatan. Jangan harap aku akan bersanding denganmu.”

Ji Liong menatap Hu Ling Lian yang berbalik pergi, meninggalkan dirinya dalam keadaan hancur, bukan hanya fisik tetapi juga hati dan kepercayaan yang pernah ia berikan sepenuhnya.

Di tengah rasa sakit dan kehancurannya, tekad perlahan tumbuh di dalam hati Ji Liong. “Aku akan membalasmu!”

***

Di ujung desa Hongye, berdiri sebuah perguruan yang terkenal, Kim Kiam Pai atau Perguruan Pedang Emas. Perguruan yang dipimpin oleh Ji Bao Oek, seorang pendekar berusia paruh baya dikenal dengan julukannya Pendekar Pedang Angin. Ilmu pedang yang ia miliki merupakan hasil gubahan teknik dari perguruan Butong, tempat ia dulu belajar sebelum memutuskan untuk mendirikan perguruan sendiri.

Ji Bao Oek memiliki dua orang anak, satu orang putra bernama Ji Liong dan putrinya bernama Ji Xiu Yan. Keduanya merupakan anak berbakat mewarisi kemampuan sang ayah. Karena kemampuan mereka itu, terkadang untuk mengajar para murid, Ji Bao Oek menyerahkan kepada mereka berdua.

Hari ini Ji Bao Oek bersama rombongan menuju desa Yushi, atau desa batu giok yang melewati dua desa dari desa Hongye. Mereka berencana melakukan lamaran kepada Hu Ling Lian, putri Hu Chuan   Kepala keluarga Hu yang juga pendekar ternama bergelar Pendekar Tombak Sakti.

Setibanya di kediaman keluarga Hu, Ji Bao Oek dan rombongan disambut dingin oleh para pelayan keluarga. Wajah-wajah tak ramah itu menatap rombongan dengan penuh tanya, seolah-olah mereka tidak mengharapkan kedatangan Ji Bao Oek dan para pengikutnya. Salah seorang pelayan bahkan berani mempertanyakan tujuan kedatangan mereka.

"Apa keperluan kalian datang ke sini?" tanya pelayan itu tanpa basa-basi, mengerutkan keningnya menatap Ji Bao Oek.

Ji Bao Oek tertegun, merasa harga dirinya tersinggung. Dengan nada suara setengah membentak, ia berkata, "Kami datang sesuai dengan janji untuk melamar Nona Hu. Apa kalian tidak tahu siapa aku?"

Pelayan itu tampak ragu-ragu, lalu berkata, "Maaf, Tuan Ji. Akan tetapi, Nona dan Tuan Hu  tidak berada di kediaman saat ini. Kami tidak menerima pemberitahuan apa pun mengenai lamaran hari ini."

Ji Bao Oek mendengar itu dengan perasaan campur aduk antara marah dan heran. "Tidak berada di kediaman? Apa maksudmu? Kami telah berjanji pada keluarga Hu untuk mengadakan lamaran ini. Sampaikan kepada Pendekar Hu  Chuan bahwa kami ada di sini untuk menyelesaikan urusan keluarga kita!"

Pelayan itu menunduk, terlihat ragu, tetapi akhirnya ia masuk ke dalam untuk menyampaikan pesan itu. Ji Bao Oek dan rombongannya menunggu dengan perasaan yang tidak menentu. Beberapa waktu kemudian, seorang pria paruh baya dengan wajah serius keluar, Hu Chuan, Kepala keluarga Hu dan ayah dari Hu Ling Lian.

"Apa yang kau lakukan di sini, Tuan Ji?" tanya Hu Chuan dengan nada suara dingin.

"Pendekar Hu , aku datang untuk melamar putrimu, Hu Ling Lian, sesuai dengan perjanjian kita sebelumnya," jawab Ji Bao Oek tegas.

Hu Chuan menggelengkan kepala perlahan, raut wajahnya tidak berubah. "Perjanjian kita telah batal, Tuan Ji. Aku tak bisa mengizinkan putriku menikah dengan putramu, Ji Liong yang cacat itu."

Kata-kata itu seakan petir yang menggelegar di telinga Ji Bao Oek. Ia tidak menyangka akan mendapatkan penolakan mendadak seperti ini. Terlebih lagi ucapan Hu Chuan yang mengatakan anaknya cacat, padahal keadaan Ji Liong tidak kekurangan sedikitpun. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 2: Penghinaan besar

    Di depan kediaman keluarga Hu, suasana semakin tegang. Ji Bao Oek menatap tajam ke arah Hu Chuan, seolah tak percaya bahwa penghinaan seterang ini bisa keluar dari seorang kepala keluarga besar yang terhormat. Sebelum ia sempat menanggapi, terdengar suara lembut namun tegas dari balik pintu."Dia memang cacat!"Suara itu terdengar tenang, namun menambah bara api dalam hati Ji Bao Oek. Sosok seorang gadis muncul dari balik pintu, mengenakan pakaian biru muda yang anggun. Rambutnya tergerai panjang, dan parasnya yang cantik serta penuh percaya diri membuat orang-orang sekitar terdiam sejenak. Ia adalah Hu Ling Lian, putri kebanggaan keluarga Hu yang menjadi alasan lamaran ini dilakukan.“Apa maksudmu, Hu Socia (nona Hu)?” Ji Bao Oek berbicara dengan nada lebih keras. Ia tidak terima putranya dihina, terutama di hadapan keluarga besar Hu dan para muridnya. Nada suaranya mengandung kemarahan yang tertahan, namun wajahnya masih berusaha tenang.Namun, Hu Ling Lian tetap tenang. Ia memandang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 3 - Harga Diri yang Terinjak

    Setelah peristiwa memalukan di kediaman Pendekar Hu, Ji Bao Oek dan rombongannya kembali ke Kim Kiam Pay. Wajah-wajah muridnya tampak muram, menyiratkan luka batin yang mereka alami. Ji Bao Oek memutuskan untuk tidak lagi membahas kejadian itu, berharap agar perlahan peristiwa itu menghilang dari ingatan semua orang. Namun, harapan itu sirna. Entah siapa yang membocorkan aib mereka, kabar tentang kekalahan dan penghinaan yang diterima dari keluarga Hu menyebar cepat ke seluruh desa Hongye. Kabar tersebut menghancurkan Ji Liong. Setiap kali ia berjalan di sekitar desa, ia harus menghadapi pandangan mengejek dari orang-orang, sering kali diiringi bisikan-bisikan tajam yang menusuk batinnya. Beberapa warga bahkan terang-terangan mengatai dirinya sebagai pemuda yang tak berguna, tak lebih dari sampah. Kata-kata itu berulang kali terngiang dalam pikirannya, seperti racun yang perlahan-lahan merusak harga dirinya.Suatu hari, ketika Ji Liong berjalan di sekitar desa bersama adiknya, Ji Xi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 4 - Bangkitnya sebuah kekuatan

    Sosok bertopeng yang tinggi dan berotot mendekati Ji Liong dan Ji Xiu Yan yang tengah terduduk tak berdaya. Wajahnya yang tersembunyi di balik topeng hanya menampilkan sepasang mata tajam yang memancarkan sinar ejekan dan keangkuhan. Bibirnya menyeringai, dan tangannya terulur, nyaris menyentuh wajah Ji Xiu Yan yang pucat karena luka dan kelelahan. Di balik sisa-sisa kekuatannya, Xiu Yan menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.Namun, sebelum tangan kotor itu berhasil menyentuhnya, Ji Liong dengan sisa-sisa tenaganya menepisnya sambil melepaskan pukulan yang ditujukan ke wajah pria bertopeng tersebut. Sayangnya, pukulan itu bahkan tidak menggores sedikit pun kulit lawan. Sebaliknya, pria bertopeng itu dengan santai mengayunkan lengan bajunya, menyentil tangan Ji Liong hingga pemuda itu terlempar ke tanah. Ji Liong terjatuh keras, merasa seluruh tubuhnya nyeri dan pandangannya berkunang-kunang.Melihat kakaknya tersungkur dengan mudah, Xiu Yan tidak bisa menahan amarahnya. Dengan sis

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 5: Cincin Kaisar Langit

    Beberapa hari setelah kejadian penyerangan, suasana di Perguruan Pedang Emas masih dibayangi kecemasan. Ji Bao Oek, sang ketua, akhirnya pulang setelah menyelesaikan urusannya di sebuah kota terdekat. Kedatangannya segera disambut dengan wajah lega oleh para murid dan pengurus perguruan. Mereka semua merasa lebih tenang, mengira bahwa kehadiran ketua mereka akan mampu menjaga kedamaian yang sempat terusik.Namun, ketika Ji Bao Oek menuruni tangga aula utama, tatapan matanya penuh kekhawatiran. Sebelum sempat menanyakan apa yang terjadi, Ji Xiu Yan, putrinya, sudah menghampirinya dengan wajah yang masih pucat. "Thia (ayah)... Kau harus mendengarkan ceritaku. Beberapa waktu lalu kami diserang. Lima orang berilmu tinggi menyerang perguruan ini dan nyaris membuat kami semua tewas."Mendengar hal ini, Ji Bao Oek langsung menajamkan pandangannya. Ia memandang putrinya dengan sorot penuh perhatian, seolah-olah ingin menangkap setiap detail dari cerita yang hendak disampaikan. "Teruskan, Yan-

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 6: Ketegangan dan Rahasia yang Tersembunyi

    Beberapa hari telah berlalu sejak penyerangan di kediaman Ji Bao Oek, namun bayang-bayang ancaman masih terasa menggelayuti seisi perguruan Kim Kiam Pay. Para murid senior dan tetua mulai berjaga lebih ketat, senantiasa waspada terhadap setiap gerakan mencurigakan. Para pendekar muda yang biasanya berlatih di pelataran utama kini berlatih dalam diam, setiap pukulan mereka mengandung ketegangan yang tak biasa, seolah-olah mereka tengah mempersiapkan diri menghadapi badai yang lebih besar. Di tengah hiruk pikuk persiapan itu, Ji Liong, putra tertua Ji Bao Oek, tampak sering melamun. Tubuhnya hadir di pelataran latihan, namun pikirannya seakan jauh terbang meninggalkan Kim Kiam Pay. Matanya kosong, menatap jauh ke arah gunung dan lembah di kejauhan, seakan mencari sesuatu yang tak bisa ia temukan. Ji Xiu Yan, adik angkatnya, menyaksikan perubahan pada Ji Liong dengan perasaan sedih yang dalam. Di benaknya, ia menduga bahwa kegalauan hati Ji Liong disebabkan oleh kegagalannya memena

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 7: Tiga Hantu Pedang dari Sungai Kuning

    Suasana di perguruan Pedang Emas terasa damai, dengan para murid yang sibuk berlatih di lapangan luas yang terbuka. Ji Bao Oek, ketua perguruan, sedang duduk di beranda dekat ruang latihan, matanya memandangi para muridnya yang tengah berlatih dengan tekun. Meskipun cuaca cerah dan angin berhembus sepoi-sepoi, suasana dalam dirinya tampak tegang, seperti ada yang mengganjal.Suara pelan dari Ji Liong yang berdiri di sampingnya terdengar nyaris tak terdengar, "Ada orang yang datang untuk mengacau."Ji Bao Oek menoleh sejenak. Suara putra angkatnya yang terdengar begitu ringan hampir tak membuatnya merasa waspada. Namun, dengan ketajaman indera yang dimilikinya, ia menatap ke arah pintu gerbang perguruan. Tak ada yang tampak mencurigakan."Apakah kau yakin?" Ji Bao Oek bertanya, sedikit mengernyitkan dahi. "Aku tidak mendengar apa-apa."Namun, meskipun suara Ji Liong pelan, entah mengapa ada ketegangan yang menggelayuti hati Ji Bao Oek. Ia menganggap dirinya lebih berpengalaman, lebih t

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 8. Kemunculan Dewa Pedang, Naga Pelindung Utara Tian Gong Pai

    Di tengah lapangan, ketegangan terasa begitu mencekam. Mata Yu Lang menyorotkan rasa puas sekaligus angkuh, merasa dirinya lebih unggul. Dengan ilmu dan pengalaman yang jauh melampaui kebanyakan ahli persilatan, terlebih kemampuan seratus tahunnya dalam dunia pedang aliran hitam, ia memandang rendah Ji Bao Oek yang masih berani menantangnya.Ji Bao Oek paham betul betapa berbahayanya Tiga Hantu Pedang Sungai Kuning ini. Ia sudah mendengar kisah bahwa bahkan murid-murid utama aliran Butong sekalipun merasa gentar menghadapi mereka. Namun, demi harga diri Perguruan Pedang Emas dan perlindungan murid-muridnya, ia tak punya pilihan lain. Hatinya menguatkan tekadnya untuk bertahan, apapun yang terjadi.Yu Lang menyeringai, lalu mengangkat pedangnya, menyulut aura pedang tajam yang langsung menyasar ke arah Ji Bao Oek. Hawa pedang yang menakutkan melesat cepat, menghantam bagaikan gelombang badai. Ji Bao Oek mengangkat pedang pusakanya, mencoba menahan kekuatan itu. Namun, sambaran hawa pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 9: Ampunan dan Tebusan Harga Diri

    Langit malam menyelimuti perbukitan, membiaskan cahaya bintang yang seolah-olah menyaksikan pertemuan tak terduga di bawahnya. Di hadapan sebuah halaman terpencil Kim Kiam Pay, suasana yang mencekam terasa melingkupi saat tiga sosok berjubah hitam dengan ekspresi tegang berdiri di hadapan sosok berwibawa berpakaian merah, dialah Dewa Pedang. Seorang tokoh misterius dari Sekte Istana Langit dengan jabatannya sebagai Naga Pelindung Utara.Ketiga Hantu Pedang Sungai Kuning, Yu Lang, Guang He, dan San Pu tidak tampak seperti tiga pendekar yang pernah dikenal dunia persilatan. Mereka yang biasa mendatangkan malapetaka dengan senyuman menyeringai kini justru menunduk, keringat dingin mengalir di wajah mereka, sementara tatapan Dewa Pedang mengawasi mereka dengan tajam, memeriksa setiap detik kepatuhan yang mereka tunjukkan.“Dengarkan baik-baik,” suara Dewa Pedang terdengar dalam dan penuh kuasa. “Jika kalian tidak berjanji untuk meninggalkan Kim Kiam Pay dan bersumpah tidak akan mengganggu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02

Bab terbaru

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 60: Pergolakan di Kaifang

    Di bawah langit yang tertutup awan kelabu, suasana di markas besar Perkumpulan Pengemis Kaifang dipenuhi dengan ketegangan yang terasa memenuhi udara. Para anggota dari berbagai wilayah telah berkumpul di aula utama, tempat pertemuan besar akan digelar. Wajah-wajah penuh tanda tanya dan kegelisahan memenuhi ruangan itu. Mereka adalah kaum pengemis, namun di dunia persilatan, Perkumpulan Pengemis Kaifang bukanlah sekadar kumpulan gelandangan biasa. Dengan ribuan anggota yang tersebar di seluruh negeri, mereka adalah kekuatan yang diperhitungkan, mata dan telinga dunia persilatan yang bisa menentukan arah perubahan zaman.Hari ini, sebuah kabar buruk menyebar dengan cepat. Ketua mereka, telah menghilang tanpa jejak. Tidak ada pesan, tidak ada peringatan, hanya sunyi yang menciptakan kekacauan di antara para anggota. Desas-desus menyatakan bahwa ia telah tewas dalam sebuah pertarungan melawan musuh yang tidak diketahui. Yang lebih mengejutkan, pusaka tertinggi mereka, Tongkat Pemukul An

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 59: Bayangan Misterius

    Di bawah langit malam yang semakin pekat, suasana di halaman utama Tian Gong Pai masih dipenuhi ketegangan yang melanda siapapun yang berada di tempat itu. Ratusan murid menyaksikan pertarungan yang akan menentukan nasib sekte mereka. Beberapa dari mereka menahan napas, sementara yang lain berbisik dengan penuh kecemasan. Udara terasa berat oleh tekanan energi yang melingkupi area tersebut, seolah-olah alam pun menahan napas menanti apa yang akan terjadi selanjutnya.Wajah Tian Ju semakin mengeras. Ucapan Ji Liong yang membujuknya untuk menyerah, malah membuat ia murka. "Menyerah? Hahaha! Mimpi saja!" Dengan cepat, ia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dan berteriak, "Semua murid yang setia padaku! Bunuh mereka!"Saat Tian Ju berteriak lantang, puluhan murid yang setia kepadanya langsung bergerak maju dengan pedang terhunus, mencoba menyerang Ji Liong dan keempat Pelindung Naga. Mereka mengerahkan seluruh keberanian dan kekuatan mereka, yakin bahwa jumlah mereka yang banyak akan mamp

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 58: Kembalinya Sang Ketua

    Malam masih pekat saat Ji Liong bersama keempat Pelindung Naga bergerak menuju Tian Gong Pai. Perjalanan mereka penuh dengan kewaspadaan, sebab mereka tahu musuh bisa saja mengintai kapan saja. Angin dingin dari Pegunungan Qilian berhembus menerpa mereka, membawa kesunyian yang menegangkan."Kita hampir sampai," kata Pelindung Naga Timur, yang berjalan di depan.Dari kejauhan, siluet bukit Tian Gong mulai terlihat. Sekte yang pernah menjadi tempat Ji Liong tumbuh dan berkembang kini tampak seperti benteng yang dipenuhi penjaga. Cahaya obor berjejer di sepanjang gerbang utama, menandakan kesiapan para pengawal untuk menghadapi siapa pun yang mencoba masuk tanpa izin.Saat mereka tiba di depan gerbang utama, beberapa sosok berjubah gelap muncul dari bayangan. Para penjaga Tian Gong Pai yang seharusnya mengenali mereka malah berdiri dengan siaga, menatap mereka dengan tatapan penuh kecurigaan."Berhenti di situ!" salah satu penjaga berseru. "Tidak ada yang boleh masuk tanpa izin ketua ka

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 57: Rencana Kembali ke Tian Gong Pai

    Malam yang sunyi di pegunungan Qilian di perbatasan Gansu dan Qinghai. Angin berhembus lembut membawa aroma tanah yang basah. Di sebuah paviliun yang terletak di puncak bukit, Ji Liong duduk dengan tenang, menatap langit yang dipenuhi bintang. Ia baru saja kembali dari pertempuran melawan beberapa murid Kong Tong Pai, membawa suami istri orang tua dari ketua mereka.Tak lama, suara langkah kaki mendekat. Empat sosok berjubah gelap muncul dan membungkuk hormat di hadapannya. Mereka adalah Empat Pelindung Naga Tian Gong Pai, para pengawal setia yang telah bersumpah untuk melindungi sekte dan pemimpinnya dengan nyawa mereka.Pelindung Naga Timur, yang bertubuh tinggi dengan wajah tajam, maju pertama kali. "Ketua, selama beberapa hari ini aku menyusup ke Shaolin dan Butong untuk menggali informasi. Mereka mulai menaruh prasangka dengan kita menduga Tian Gong Pai menyusun kekuatan untuk menantang mereka. Namun, hingga saat ini mereka belum bergerak secara terang-terangan."Ji Liong mengang

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 56. Pertarungan Sengit Murid Utama Kong Tong Pai

    Ji Liong menatap ke arah Pemuda Kong Tong Pai dihadapannya. Ia mencari pemuda inilah yang menyamar sebagai dirinya. Namun sepertinya, pemuda itu tidak bersama mereka.Pemuda Kong Tong Pai tersenyum tipis, tetapi matanya tajam, penuh percaya diri. "Jadi kaulah yang telah membuat kekacauan di sini? Beraninya kau menyusup ke wilayah kami dan berusaha membawa tawanan kami?"Ji Liong tetap berdiri tegap, tidak menunjukkan reaksi apapun. Matanya meneliti pemuda itu dengan saksama, mencoba mengukur kekuatan lawannya. Ia dapat merasakan aura yang cukup kuat dari pemuda itu, menandakan bahwa ia bukanlah pendekar sembarangan."Lepaskan mereka," Ji Liong berkata dingin. "Atau aku akan membuat tempat ini menjadi kuburan bagi kalian."Pemuda itu tertawa kecil, lalu mengangkat tangannya, memberi isyarat kepada anak buahnya agar tetap waspada. Ia pun maju. "Kau sombong sekali. Aku, Liang Houw, murid utama Kongtong Pai, ingin melihat seberapa kuat kau sebenarnya."Tanpa peringatan, Liang Houw melesat

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 55: Topeng Harimau Pembawa Malapetaka

    "Cukup bicara," kata lelaki tua itu akhirnya. "Jangan bermimpi bisa keluar dari tempat ini. Nasib kalian bergantung pada keputusan anak kalian sendiri. Jika ia berhasil menjalankan perannya, kalian akan tetap hidup. Jika tidak..." Ia membiarkan kata-katanya menggantung, tetapi ancaman itu jelas.Dengan itu, lelaki tua itu berbalik dan berjalan keluar ruangan, diikuti oleh dua pengawal setianya. Setelah memastikan keadaan aman, Ji Liong menarik napas dalam-dalam dan mulai bergerak perlahan. Ia harus pergi sebelum seseorang menyadari kehadirannya.Dengan gerakan yang nyaris tak terdengar, ia menutup kembali genteng yang ia angkat tadi dan mundur perlahan. Ia harus memastikan tidak meninggalkan jejak. Setelah itu, dengan kecepatan dan ketangkasan luar biasa, ia melompat ke atap lainnya, bergerak lincah seperti bayangan malam.Ketika akhirnya ia berhasil keluar dari lingkungan rumah itu, Ji Liong berhenti sejenak di salah satu sudut gelap desa, mengatur nafasnya. Ia mendapatkan informasi

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 54. Sang Dalang Pembuat Bencana

    Setelah menyantap hidangan dan mendapatkan beberapa informasi berharga, Ji Liong meninggalkan kedai teh dengan langkah tenang. Namun, dalam benaknya, pikirannya berputar dengan cepat, mengolah setiap kata yang tadi ia dengar. Jika benar pemuda dari Kongtong Pai itu berpura-pura menjadi Ketua Tian Gong Pai, maka ada dalang di balik semua ini. Tak mungkin seorang pemuda biasa bisa begitu saja mengklaim posisi sekte besar tanpa dukungan dari pihak yang lebih kuat.Ji Liong berjalan menyusuri desa Qingyuan, matanya mengamati setiap sudut jalan yang mulai lengang seiring dengan tenggelamnya matahari di ufuk barat. Setelah memastikan bahwa tak ada yang memperhatikannya, ia menuju rumah pemuda yang menjadi pembicaraan mereka tadi. Rumah itu lebih besar dan lebih mewah dibandingkan rumah-rumah lain di desa ini, dengan tembok batu yang tinggi dan gerbang kayu yang dijaga oleh dua orang bersenjata. Dari cara mereka berdiri, jelas mereka bukan sekadar penjaga biasa, melainkan orang-orang yang te

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 53: Mencari Jejak Sang Ketua Palsu

    Angin dingin berhembus di puncak pegunungan yang bersebelahan dengan bukit Hoasan. Kabut tipis menyelimuti tempat itu, menciptakan suasana yang suram dan penuh misteri. Ji Liong berdiri tegak di tepi jurang, memandang lurus ke arah bukit Hoasan dengan ekspresi muram. Matanya yang tajam tampak menerawang, seolah mencoba mencari jawaban dari sekian banyak pertanyaan yang berputar di benaknya.Di belakangnya, empat lelaki berjubah putih berlutut dalam diam. Keempatnya adalah Empat Naga Pelindung Sekte Istana Langit, Tian Gong Pai, sosok-sosok setia kepada Tian Gong Pai, terutapa kepada Ji Liong yang nama aslinya Tian Long itu.. Mereka adalah Naga Pelindung Utara, Timur, Selatan, dan Barat pilar-pilar kekuatan Tian Gong Pai yang selama ini menjaga kehormatan sekte.Keempatnya menundukkan kepala, menunggu perintah Ji Liong. Hanya suara desir angin yang terdengar di antara mereka sebelum akhirnya Ji Liong berbicara."Sepertinya jatuhnya aku ke jurang memang disengaja," ucapnya pelan namun t

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 52: Kebangkitan yang Mengejutkan

    Wei Zhiang masih berlutut di hadapan Ji Liong. Matanya menatap lurus ke tanah, sementara tubuhnya sedikit gemetar, entah karena perasaan bersalah atau ketakutan yang belum sirna sepenuhnya. Hening menyelimuti tempat itu sejenak sebelum Ji Liong akhirnya berbicara dengan suara tegas."Berdirilah, Wei Zhiang," perintahnya.Tanpa ragu, Wei Zhiang segera bangkit. Matanya yang tajam kini menatap Ji Liong dengan penuh penghormatan. Ia masih belum sepenuhnya memahami bagaimana pemuda yang tampak biasa ini bisa memancarkan aura yang begitu luar biasa.Ji Liong kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Huan Sie Ji yang masih terduduk lemah. "Lam Juan, amankan dia. Kita lihat bagaimana dia masih bisa berpura-pura."Lam Juan mengangguk dan segera melangkah mendekati Huan Sie Ji. Namun, saat tangannya hendak menyentuh bahu pria tua itu, sesuatu yang mengejutkan terjadi.Tatapan Huan Sie Ji yang sebelumnya redup kini berubah tajam. Seketika, hawa membunuh yang sangat kuat meledak dari tubuhnya. La

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status