Beranda / Fantasi / SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA) / Bab 6: Ketegangan dan Rahasia yang Tersembunyi

Share

Bab 6: Ketegangan dan Rahasia yang Tersembunyi

Penulis: Junaidi Al Banjari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-29 13:56:36

Beberapa hari telah berlalu sejak penyerangan di kediaman Ji Bao Oek, namun bayang-bayang ancaman masih terasa menggelayuti seisi perguruan Kim Kiam Pay. Para murid senior dan tetua mulai berjaga lebih ketat, senantiasa waspada terhadap setiap gerakan mencurigakan.

Para pendekar muda yang biasanya berlatih di pelataran utama kini berlatih dalam diam, setiap pukulan mereka mengandung ketegangan yang tak biasa, seolah-olah mereka tengah mempersiapkan diri menghadapi badai yang lebih besar.

Di tengah hiruk pikuk persiapan itu, Ji Liong, putra tertua Ji Bao Oek, tampak sering melamun. Tubuhnya hadir di pelataran latihan, namun pikirannya seakan jauh terbang meninggalkan Kim Kiam Pay. Matanya kosong, menatap jauh ke arah gunung dan lembah di kejauhan, seakan mencari sesuatu yang tak bisa ia temukan.

Ji Xiu Yan, adik angkatnya, menyaksikan perubahan pada Ji Liong dengan perasaan sedih yang dalam. Di benaknya, ia menduga bahwa kegalauan hati Ji Liong disebabkan oleh kegagalannya memenangkan hati Hu Ling Lian, putri dari Pendekar Tombak Sakti, yang baru saja menolak lamaran ayahnya.

Xiu Yan, gadis yang selalu penuh perhatian terhadap keluarga dan perguruannya, merasa terpanggil untuk melakukan sesuatu demi menghibur Ji Liong. Di satu malam yang hening, ia memberanikan diri untuk berbicara kepada ayahnya, menyampaikan pemikiran yang lama mengendap dalam benaknya.

“Thia..” katanya pelan, suaranya sedikit bergetar, “Aku takut melihat Liong Koko terpuruk seperti ini. Sejak penolakan dari Hu Ling Lian, hatinya seolah-olah kosong. Aku merasa, jika dia terlalu lama dalam keadaan ini, semangat bertarungnya akan pudar.”

Ji Bao Oek mengangguk, mendengarkan dengan penuh perhatian. “Kesedihan memang bisa merusak jiwa seseorang,” gumamnya dalam nada yang dalam. “

Namun, kesedihan seperti ini adalah bagian dari perjalanan seorang pria sejati. Biarkan ia menempa hatinya, kelak ia akan lebih kuat dari sebelumnya.”

Xiu Yan diam sejenak, sebelum akhirnya menyampaikan sesuatu yang sudah lama ia simpan. “Thia... mungkin, jika kau mengizinkan, aku bisa menggantikan Hu Ling Lian. Aku ingin menjadi orang yang menemani Liong Koko, berbakti kepadanya sepanjang umurku.”

Ji Bao Oek memandang putrinya dengan sorot mata penuh perhatian, ada rasa sayang yang begitu mendalam namun juga keraguan yang menyusup dalam tatapannya. “Yan-er... kau adalah putri Thia satu-satunya, darah daging Thia. Thia tidak keberatan, tapi ada satu hal yang perlu kau ketahui sebelum kau benar-benar memahami hubunganmu dengan Ji Liong.”

Mata Xiu Yan menatap ayahnya dengan tatapan bingung, keningnya berkerut halus. “Apa maksud Thia?”

Sambil menghela napas panjang, Ji Bao Oek mendekati putrinya, menatapnya dalam-dalam sebelum mengungkapkan kebenaran yang telah lama ia simpan dalam-dalam.

“Kita semua tahu... Ji Liong bukanlah anak kandung ayah. Dia adalah anak yang ayah temukan tiga tahun yang lalu, terdampar dan sekarat di lautan yang mengamuk. Saat itu, ia mengenakan kalung giok berbentuk naga, dan karena tak ada petunjuk tentang asal-usulnya, ayah menamakannya Ji Liong.”

Ji Xiu Yan mengangguk. Hampir semua orang di perguruan tahu itu. Tapi rahasia itu mereka sembunyikan dari Ji Liong sendiri.

“Namun, Ji Liong tidak tahu apa-apa tentang asal-usulnya. Hingga saat ini, ia tidak pernah mempertanyakan dirinya. Itu artinya ia sama sekali belum menyadari. Giok naga yang ia bawa mungkin merupakan satu-satunya petunjuk tentang masa lalunya. Tanpa mengetahui jati diri sebenarnya Liong-er, sulit rasanya untuk menikahkanmu dengannya.”

Xiu Yan hanya terdiam, pikirannya bagaikan gelombang besar yang membentur bebatuan. Sampai saat ini memang belum ada petunjuk sedikitpun tentang jatidiri pemuda itu.

Sementara itu, di kamarnya, Ji Liong merasakan sesuatu yang berbeda pada dirinya. Kalung giok berbentuk naga yang ia kenakan terasa berat dan dingin, seolah memancarkan hawa mistis yang menelisik hingga ke sumsum tulangnya.

Dalam pikirannya, bayang-bayang laut yang berombak serta suara samar orang-orang yang memanggil namanya menggema. Namun, setiap kali ia mencoba meraih bayangan-bayangan itu, semuanya lenyap seperti debu tertiup angin.

“Aku... siapa sebenarnya?” Ji Liong bergumam sendiri, kebingungan dengan perasaannya yang terusik oleh sesuatu yang tak dapat ia pahami.

Esok paginya, ia melanjutkan kegiatan rutin biasanya. Mengangkat air, membantu beberes di perguruan Kim Kiam Pay. Ji Liong masih tidak mau menunjukkan kekuatan saktinya. Ia berpura-pura kehilangan kemampuan akibat apa yang dilakukan Hu Ling Lian kepadanya.

Di saat yang sama, Ji Bao Oek mendekatinya. Wajahnya tampak serius, dan sorot matanya yang tajam menunjukkan bahwa ada hal penting yang hendak disampaikan.

“Liong-er,” panggil Ji Bao Oek pelan namun penuh wibawa. “Ada sesuatu yang perlu kau ketahui tentang asal-usulmu.”

Ji Liong menatapnya, perasaannya campur aduk antara penasaran dan takut. “Thia, apa maksudnya? Bukankah aku adalah anak Thia?” tanyanya dengan suara bergetar.

Ji Bao Oek menggelengkan kepalanya perlahan, lalu mengungkapkan kisah tentang bagaimana ia menemukan Ji Liong yang hanyut di lautan tiga tahun silam, mengenakan kalung giok naga. “Liong-er, saat Thia melihat giok itu, Thia tahu kau bukan orang sembarangan. Thia memberimu nama ‘Ji Liong’ dan merawatmu seperti anak sendiri, namun jati dirimu yang sebenarnya tetap merupakan misteri. Entah latar belakangmu merupakan seorang bangsawan, atau bahkan keluarga seorang pendekar ternama.”

Ji Liong merasakan dadanya bergetar hebat. Setiap kata yang diucapkan Ji Bao Oek seakan mengguncang dirinya, menguak perasaan asing yang sudah lama tersembunyi dalam dirinya. Ia menyentuh kalung giok naga di lehernya, perasaan gelisah yang mengendap dalam jiwanya kini semakin nyata.

“Jadi... benar firasatku. Tapi... jika bukan putra Thia, lalu siapa aku sebenarnya?” gumam Ji Liong, suara kebingungan dan kegalauan terpantul dalam nada suaranya.

Ji Bao Oek menepuk bahu Ji Liong dengan lembut. “Liong-er, Thia tidak tahu siapa kau sebenarnya. Tapi biar bagaimanapun Kau sudah menjadi bagian dari Kim Kiam Pay, dan kami semua adalah keluargamu. Namun, jika suatu saat kau merasa perlu mencari jawaban, Thia tidak akan menghalangimu.”

Kata-kata itu menembus hati Ji Liong, namun di balik rasa tenangnya, muncul tekad yang kuat untuk menemukan kebenaran. Kegelapan dalam ingatannya seolah menantang untuk dipecahkan, dan rahasia yang terkubur dalam kalung naga ini mungkin adalah petunjuk pertama yang akan membawanya ke dalam perjalanan yang belum pernah ia bayangkan.

Malam itu, saat ia memejamkan mata, gambaran masa lalu semakin jelas. Bayangan laut luas dan ombak yang menghantam, sosok-sosok samar yang menyebut namanya. Dalam hatinya, ia tahu bahwa ini adalah permulaan dari sebuah perjalanan panjang.

Telinga Ji Liong mendengar sebuah pergerakan beberpa orang menuju Kim Kiam Pay. Kali ini yang datang kemampuannya melebihi lima orang yang mengacau waktu itu. “Sepertinya mereka tidak kapok mengacau di sini,” desis Ji Liong.

Bab terkait

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 1: Pengkhianatan

    Malam itu, angin gunung berhembus kencang menerpa puncak tempat berdirinya Tian Gong Pay atau Sekte Istana Langit, sebuah sekte besar yang dikenal anggotanya memiliki ilmu dan kesaktian di atas rata-rata. Bahkan konon kemampuan rata-rata petinggi sekte ini melebihi rata-rata kekuatan ketua sekte enam perguruan besar, Shaolin, Butong, Kunlun, Hwasan, Kongtong, Dan Gobi.Tian Long, ketua sekte ini yang terbilang masih sangat muda dengan usianya 17 tahun, baru saja mewarisi jabatan dari sang Kakek. Kini ia sedang berada di ruang latihan rahasia untuk menyempurnakan ilmu Sian Jie Sin Kang atau Tenaga Sakti Alam Dewa, ilmu tenaga sakti yang konon merupakan ilmu langka yang telah lama punah.Shen Jie Sin Kang hanya pernah dikuasai sempurna oleh pencipta ilmu ini. Selanjutnya para pendekar sakti pewarisnya hanya bisa menguasai paling banyak 2 tingkatan dari 7 tingkatan ilmu langka ini. Itupun sudah seratus tahun berlalu, dan para pendekar tersebut tak ada jejaknya lagi di dunia persilatan.K

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 2: Penghinaan besar

    Di depan kediaman keluarga Hu, suasana semakin tegang. Ji Bao Oek menatap tajam ke arah Hu Chuan, seolah tak percaya bahwa penghinaan seterang ini bisa keluar dari seorang kepala keluarga besar yang terhormat. Sebelum ia sempat menanggapi, terdengar suara lembut namun tegas dari balik pintu."Dia memang cacat!"Suara itu terdengar tenang, namun menambah bara api dalam hati Ji Bao Oek. Sosok seorang gadis muncul dari balik pintu, mengenakan pakaian biru muda yang anggun. Rambutnya tergerai panjang, dan parasnya yang cantik serta penuh percaya diri membuat orang-orang sekitar terdiam sejenak. Ia adalah Hu Ling Lian, putri kebanggaan keluarga Hu yang menjadi alasan lamaran ini dilakukan.“Apa maksudmu, Hu Socia (nona Hu)?” Ji Bao Oek berbicara dengan nada lebih keras. Ia tidak terima putranya dihina, terutama di hadapan keluarga besar Hu dan para muridnya. Nada suaranya mengandung kemarahan yang tertahan, namun wajahnya masih berusaha tenang.Namun, Hu Ling Lian tetap tenang. Ia memandan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 3 - Harga Diri yang Terinjak

    Setelah peristiwa memalukan di kediaman Pendekar Hu, Ji Bao Oek dan rombongannya kembali ke Kim Kiam Pay. Wajah-wajah muridnya tampak muram, menyiratkan luka batin yang mereka alami. Ji Bao Oek memutuskan untuk tidak lagi membahas kejadian itu, berharap agar perlahan peristiwa itu menghilang dari ingatan semua orang. Namun, harapan itu sirna. Entah siapa yang membocorkan aib mereka, kabar tentang kekalahan dan penghinaan yang diterima dari keluarga Hu menyebar cepat ke seluruh desa Hongye. Kabar tersebut menghancurkan Ji Liong. Setiap kali ia berjalan di sekitar desa, ia harus menghadapi pandangan mengejek dari orang-orang, sering kali diiringi bisikan-bisikan tajam yang menusuk batinnya. Beberapa warga bahkan terang-terangan mengatai dirinya sebagai pemuda yang tak berguna, tak lebih dari sampah. Kata-kata itu berulang kali terngiang dalam pikirannya, seperti racun yang perlahan-lahan merusak harga dirinya.Suatu hari, ketika Ji Liong berjalan di sekitar desa bersama adiknya, Ji Xi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 4 - Bangkitnya sebuah kekuatan

    Sosok bertopeng yang tinggi dan berotot mendekati Ji Liong dan Ji Xiu Yan yang tengah terduduk tak berdaya. Wajahnya yang tersembunyi di balik topeng hanya menampilkan sepasang mata tajam yang memancarkan sinar ejekan dan keangkuhan. Bibirnya menyeringai, dan tangannya terulur, nyaris menyentuh wajah Ji Xiu Yan yang pucat karena luka dan kelelahan. Di balik sisa-sisa kekuatannya, Xiu Yan menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.Namun, sebelum tangan kotor itu berhasil menyentuhnya, Ji Liong dengan sisa-sisa tenaganya menepisnya sambil melepaskan pukulan yang ditujukan ke wajah pria bertopeng tersebut. Sayangnya, pukulan itu bahkan tidak menggores sedikit pun kulit lawan. Sebaliknya, pria bertopeng itu dengan santai mengayunkan lengan bajunya, menyentil tangan Ji Liong hingga pemuda itu terlempar ke tanah. Ji Liong terjatuh keras, merasa seluruh tubuhnya nyeri dan pandangannya berkunang-kunang.Melihat kakaknya tersungkur dengan mudah, Xiu Yan tidak bisa menahan amarahnya. Dengan sis

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 5: Goresan Di Batang Pohon

    Beberapa hari setelah kejadian penyerangan, suasana di Perguruan Pedang Emas masih dibayangi kecemasan. Ji Bao Oek, sang ketua, akhirnya pulang setelah menyelesaikan urusannya di sebuah kota terdekat. Kedatangannya segera disambut dengan wajah lega oleh para murid dan pengurus perguruan. Mereka semua merasa lebih tenang, mengira bahwa kehadiran ketua mereka akan mampu menjaga kedamaian yang sempat terusik.Namun, ketika Ji Bao Oek menuruni tangga aula utama, tatapan matanya penuh kekhawatiran. Sebelum sempat menanyakan apa yang terjadi, Ji Xiu Yan, putrinya, sudah menghampirinya dengan wajah yang masih pucat. "Thia (ayah)... Kau harus mendengarkan ceritaku. Beberapa waktu lalu kami diserang. Lima orang berilmu tinggi menyerang perguruan ini dan nyaris membuat kami semua tewas."Mendengar hal ini, Ji Bao Oek langsung menajamkan pandangannya. Ia memandang putrinya dengan sorot penuh perhatian, seolah-olah ingin menangkap setiap detail dari cerita yang hendak disampaikan. "Teruskan, Yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29

Bab terbaru

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 6: Ketegangan dan Rahasia yang Tersembunyi

    Beberapa hari telah berlalu sejak penyerangan di kediaman Ji Bao Oek, namun bayang-bayang ancaman masih terasa menggelayuti seisi perguruan Kim Kiam Pay. Para murid senior dan tetua mulai berjaga lebih ketat, senantiasa waspada terhadap setiap gerakan mencurigakan. Para pendekar muda yang biasanya berlatih di pelataran utama kini berlatih dalam diam, setiap pukulan mereka mengandung ketegangan yang tak biasa, seolah-olah mereka tengah mempersiapkan diri menghadapi badai yang lebih besar. Di tengah hiruk pikuk persiapan itu, Ji Liong, putra tertua Ji Bao Oek, tampak sering melamun. Tubuhnya hadir di pelataran latihan, namun pikirannya seakan jauh terbang meninggalkan Kim Kiam Pay. Matanya kosong, menatap jauh ke arah gunung dan lembah di kejauhan, seakan mencari sesuatu yang tak bisa ia temukan. Ji Xiu Yan, adik angkatnya, menyaksikan perubahan pada Ji Liong dengan perasaan sedih yang dalam. Di benaknya, ia menduga bahwa kegalauan hati Ji Liong disebabkan oleh kegagalannya memena

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 5: Goresan Di Batang Pohon

    Beberapa hari setelah kejadian penyerangan, suasana di Perguruan Pedang Emas masih dibayangi kecemasan. Ji Bao Oek, sang ketua, akhirnya pulang setelah menyelesaikan urusannya di sebuah kota terdekat. Kedatangannya segera disambut dengan wajah lega oleh para murid dan pengurus perguruan. Mereka semua merasa lebih tenang, mengira bahwa kehadiran ketua mereka akan mampu menjaga kedamaian yang sempat terusik.Namun, ketika Ji Bao Oek menuruni tangga aula utama, tatapan matanya penuh kekhawatiran. Sebelum sempat menanyakan apa yang terjadi, Ji Xiu Yan, putrinya, sudah menghampirinya dengan wajah yang masih pucat. "Thia (ayah)... Kau harus mendengarkan ceritaku. Beberapa waktu lalu kami diserang. Lima orang berilmu tinggi menyerang perguruan ini dan nyaris membuat kami semua tewas."Mendengar hal ini, Ji Bao Oek langsung menajamkan pandangannya. Ia memandang putrinya dengan sorot penuh perhatian, seolah-olah ingin menangkap setiap detail dari cerita yang hendak disampaikan. "Teruskan, Yan

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 4 - Bangkitnya sebuah kekuatan

    Sosok bertopeng yang tinggi dan berotot mendekati Ji Liong dan Ji Xiu Yan yang tengah terduduk tak berdaya. Wajahnya yang tersembunyi di balik topeng hanya menampilkan sepasang mata tajam yang memancarkan sinar ejekan dan keangkuhan. Bibirnya menyeringai, dan tangannya terulur, nyaris menyentuh wajah Ji Xiu Yan yang pucat karena luka dan kelelahan. Di balik sisa-sisa kekuatannya, Xiu Yan menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.Namun, sebelum tangan kotor itu berhasil menyentuhnya, Ji Liong dengan sisa-sisa tenaganya menepisnya sambil melepaskan pukulan yang ditujukan ke wajah pria bertopeng tersebut. Sayangnya, pukulan itu bahkan tidak menggores sedikit pun kulit lawan. Sebaliknya, pria bertopeng itu dengan santai mengayunkan lengan bajunya, menyentil tangan Ji Liong hingga pemuda itu terlempar ke tanah. Ji Liong terjatuh keras, merasa seluruh tubuhnya nyeri dan pandangannya berkunang-kunang.Melihat kakaknya tersungkur dengan mudah, Xiu Yan tidak bisa menahan amarahnya. Dengan sis

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 3 - Harga Diri yang Terinjak

    Setelah peristiwa memalukan di kediaman Pendekar Hu, Ji Bao Oek dan rombongannya kembali ke Kim Kiam Pay. Wajah-wajah muridnya tampak muram, menyiratkan luka batin yang mereka alami. Ji Bao Oek memutuskan untuk tidak lagi membahas kejadian itu, berharap agar perlahan peristiwa itu menghilang dari ingatan semua orang. Namun, harapan itu sirna. Entah siapa yang membocorkan aib mereka, kabar tentang kekalahan dan penghinaan yang diterima dari keluarga Hu menyebar cepat ke seluruh desa Hongye. Kabar tersebut menghancurkan Ji Liong. Setiap kali ia berjalan di sekitar desa, ia harus menghadapi pandangan mengejek dari orang-orang, sering kali diiringi bisikan-bisikan tajam yang menusuk batinnya. Beberapa warga bahkan terang-terangan mengatai dirinya sebagai pemuda yang tak berguna, tak lebih dari sampah. Kata-kata itu berulang kali terngiang dalam pikirannya, seperti racun yang perlahan-lahan merusak harga dirinya.Suatu hari, ketika Ji Liong berjalan di sekitar desa bersama adiknya, Ji Xi

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 2: Penghinaan besar

    Di depan kediaman keluarga Hu, suasana semakin tegang. Ji Bao Oek menatap tajam ke arah Hu Chuan, seolah tak percaya bahwa penghinaan seterang ini bisa keluar dari seorang kepala keluarga besar yang terhormat. Sebelum ia sempat menanggapi, terdengar suara lembut namun tegas dari balik pintu."Dia memang cacat!"Suara itu terdengar tenang, namun menambah bara api dalam hati Ji Bao Oek. Sosok seorang gadis muncul dari balik pintu, mengenakan pakaian biru muda yang anggun. Rambutnya tergerai panjang, dan parasnya yang cantik serta penuh percaya diri membuat orang-orang sekitar terdiam sejenak. Ia adalah Hu Ling Lian, putri kebanggaan keluarga Hu yang menjadi alasan lamaran ini dilakukan.“Apa maksudmu, Hu Socia (nona Hu)?” Ji Bao Oek berbicara dengan nada lebih keras. Ia tidak terima putranya dihina, terutama di hadapan keluarga besar Hu dan para muridnya. Nada suaranya mengandung kemarahan yang tertahan, namun wajahnya masih berusaha tenang.Namun, Hu Ling Lian tetap tenang. Ia memandan

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 1: Pengkhianatan

    Malam itu, angin gunung berhembus kencang menerpa puncak tempat berdirinya Tian Gong Pay atau Sekte Istana Langit, sebuah sekte besar yang dikenal anggotanya memiliki ilmu dan kesaktian di atas rata-rata. Bahkan konon kemampuan rata-rata petinggi sekte ini melebihi rata-rata kekuatan ketua sekte enam perguruan besar, Shaolin, Butong, Kunlun, Hwasan, Kongtong, Dan Gobi.Tian Long, ketua sekte ini yang terbilang masih sangat muda dengan usianya 17 tahun, baru saja mewarisi jabatan dari sang Kakek. Kini ia sedang berada di ruang latihan rahasia untuk menyempurnakan ilmu Sian Jie Sin Kang atau Tenaga Sakti Alam Dewa, ilmu tenaga sakti yang konon merupakan ilmu langka yang telah lama punah.Shen Jie Sin Kang hanya pernah dikuasai sempurna oleh pencipta ilmu ini. Selanjutnya para pendekar sakti pewarisnya hanya bisa menguasai paling banyak 2 tingkatan dari 7 tingkatan ilmu langka ini. Itupun sudah seratus tahun berlalu, dan para pendekar tersebut tak ada jejaknya lagi di dunia persilatan.K

DMCA.com Protection Status