Beranda / Fantasi / SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA) / Bab 6: Ketegangan dan Rahasia yang Tersembunyi

Share

Bab 6: Ketegangan dan Rahasia yang Tersembunyi

last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-29 13:56:36

Beberapa hari telah berlalu sejak penyerangan di kediaman Ji Bao Oek, namun bayang-bayang ancaman masih terasa menggelayuti seisi perguruan Kim Kiam Pay. Para murid senior dan tetua mulai berjaga lebih ketat, senantiasa waspada terhadap setiap gerakan mencurigakan.

Para pendekar muda yang biasanya berlatih di pelataran utama kini berlatih dalam diam, setiap pukulan mereka mengandung ketegangan yang tak biasa, seolah-olah mereka tengah mempersiapkan diri menghadapi badai yang lebih besar.

Di tengah hiruk pikuk persiapan itu, Ji Liong, putra tertua Ji Bao Oek, tampak sering melamun. Tubuhnya hadir di pelataran latihan, namun pikirannya seakan jauh terbang meninggalkan Kim Kiam Pay. Matanya kosong, menatap jauh ke arah gunung dan lembah di kejauhan, seakan mencari sesuatu yang tak bisa ia temukan.

Ji Xiu Yan, adik angkatnya, menyaksikan perubahan pada Ji Liong dengan perasaan sedih yang dalam. Di benaknya, ia menduga bahwa kegalauan hati Ji Liong disebabkan oleh kegagalannya memenangkan hati Hu Ling Lian, putri dari Pendekar Tombak Sakti, yang baru saja menolak lamaran ayahnya.

Xiu Yan, gadis yang selalu penuh perhatian terhadap keluarga dan perguruannya, merasa terpanggil untuk melakukan sesuatu demi menghibur Ji Liong. Di satu malam yang hening, ia memberanikan diri untuk berbicara kepada ayahnya, menyampaikan pemikiran yang lama mengendap dalam benaknya.

“Thia..” katanya pelan, suaranya sedikit bergetar, “Aku takut melihat Liong Koko terpuruk seperti ini. Sejak penolakan dari Hu Ling Lian, hatinya seolah-olah kosong. Aku merasa, jika dia terlalu lama dalam keadaan ini, semangat bertarungnya akan pudar.”

Ji Bao Oek mengangguk, mendengarkan dengan penuh perhatian. “Kesedihan memang bisa merusak jiwa seseorang,” gumamnya dalam nada yang dalam. “

Namun, kesedihan seperti ini adalah bagian dari perjalanan seorang pria sejati. Biarkan ia menempa hatinya, kelak ia akan lebih kuat dari sebelumnya.”

Xiu Yan diam sejenak, sebelum akhirnya menyampaikan sesuatu yang sudah lama ia simpan. “Thia... mungkin, jika kau mengizinkan, aku bisa menggantikan Hu Ling Lian. Aku ingin menjadi orang yang menemani Liong Koko, berbakti kepadanya sepanjang umurku.”

Ji Bao Oek memandang putrinya dengan sorot mata penuh perhatian, ada rasa sayang yang begitu mendalam namun juga keraguan yang menyusup dalam tatapannya. “Yan-er... kau adalah putri Thia satu-satunya, darah daging Thia. Thia tidak keberatan, tapi ada satu hal yang perlu kau ketahui sebelum kau benar-benar memahami hubunganmu dengan Ji Liong.”

Mata Xiu Yan menatap ayahnya dengan tatapan bingung, keningnya berkerut halus. “Apa maksud Thia?”

Sambil menghela napas panjang, Ji Bao Oek mendekati putrinya, menatapnya dalam-dalam sebelum mengungkapkan kebenaran yang telah lama ia simpan dalam-dalam.

“Kita semua tahu... Ji Liong bukanlah anak kandung ayah. Dia adalah anak yang ayah temukan tiga tahun yang lalu, terdampar dan sekarat di lautan yang mengamuk. Saat itu, ia mengenakan kalung giok berbentuk naga, dan karena tak ada petunjuk tentang asal-usulnya, ayah menamakannya Ji Liong.”

Ji Xiu Yan mengangguk. Hampir semua orang di perguruan tahu itu. Tapi rahasia itu mereka sembunyikan dari Ji Liong sendiri.

“Namun, Ji Liong tidak tahu apa-apa tentang asal-usulnya. Hingga saat ini, ia tidak pernah mempertanyakan dirinya. Itu artinya ia sama sekali belum menyadari. Giok naga yang ia bawa mungkin merupakan satu-satunya petunjuk tentang masa lalunya. Tanpa mengetahui jati diri sebenarnya Liong-er, sulit rasanya untuk menikahkanmu dengannya.”

Xiu Yan hanya terdiam, pikirannya bagaikan gelombang besar yang membentur bebatuan. Sampai saat ini memang belum ada petunjuk sedikitpun tentang jatidiri pemuda itu.

Sementara itu, di kamarnya, Ji Liong merasakan sesuatu yang berbeda pada dirinya. Kalung giok berbentuk naga yang ia kenakan terasa berat dan dingin, seolah memancarkan hawa mistis yang menelisik hingga ke sumsum tulangnya.

Dalam pikirannya, bayang-bayang laut yang berombak serta suara samar orang-orang yang memanggil namanya menggema. Namun, setiap kali ia mencoba meraih bayangan-bayangan itu, semuanya lenyap seperti debu tertiup angin.

“Aku... siapa sebenarnya?” Ji Liong bergumam sendiri, kebingungan dengan perasaannya yang terusik oleh sesuatu yang tak dapat ia pahami.

Esok paginya, ia melanjutkan kegiatan rutin biasanya. Mengangkat air, membantu beberes di perguruan Kim Kiam Pay. Ji Liong masih tidak mau menunjukkan kekuatan saktinya. Ia berpura-pura kehilangan kemampuan akibat apa yang dilakukan Hu Ling Lian kepadanya.

Di saat yang sama, Ji Bao Oek mendekatinya. Wajahnya tampak serius, dan sorot matanya yang tajam menunjukkan bahwa ada hal penting yang hendak disampaikan.

“Liong-er,” panggil Ji Bao Oek pelan namun penuh wibawa. “Ada sesuatu yang perlu kau ketahui tentang asal-usulmu.”

Ji Liong menatapnya, perasaannya campur aduk antara penasaran dan takut. “Thia, apa maksudnya? Bukankah aku adalah anak Thia?” tanyanya dengan suara bergetar.

Ji Bao Oek menggelengkan kepalanya perlahan, lalu mengungkapkan kisah tentang bagaimana ia menemukan Ji Liong yang hanyut di lautan tiga tahun silam, mengenakan kalung giok naga. “Liong-er, saat Thia melihat giok itu, Thia tahu kau bukan orang sembarangan. Thia memberimu nama ‘Ji Liong’ dan merawatmu seperti anak sendiri, namun jati dirimu yang sebenarnya tetap merupakan misteri. Entah latar belakangmu merupakan seorang bangsawan, atau bahkan keluarga seorang pendekar ternama.”

Ji Liong merasakan dadanya bergetar hebat. Setiap kata yang diucapkan Ji Bao Oek seakan mengguncang dirinya, menguak perasaan asing yang sudah lama tersembunyi dalam dirinya. Ia menyentuh kalung giok naga di lehernya, perasaan gelisah yang mengendap dalam jiwanya kini semakin nyata.

“Jadi... benar firasatku. Tapi... jika bukan putra Thia, lalu siapa aku sebenarnya?” gumam Ji Liong, suara kebingungan dan kegalauan terpantul dalam nada suaranya.

Ji Bao Oek menepuk bahu Ji Liong dengan lembut. “Liong-er, Thia tidak tahu siapa kau sebenarnya. Tapi biar bagaimanapun Kau sudah menjadi bagian dari Kim Kiam Pay, dan kami semua adalah keluargamu. Namun, jika suatu saat kau merasa perlu mencari jawaban, Thia tidak akan menghalangimu.”

Kata-kata itu menembus hati Ji Liong, namun di balik rasa tenangnya, muncul tekad yang kuat untuk menemukan kebenaran. Kegelapan dalam ingatannya seolah menantang untuk dipecahkan, dan rahasia yang terkubur dalam kalung naga ini mungkin adalah petunjuk pertama yang akan membawanya ke dalam perjalanan yang belum pernah ia bayangkan.

Malam itu, saat ia memejamkan mata, gambaran masa lalu semakin jelas. Bayangan laut luas dan ombak yang menghantam, sosok-sosok samar yang menyebut namanya. Dalam hatinya, ia tahu bahwa ini adalah permulaan dari sebuah perjalanan panjang.

Telinga Ji Liong mendengar sebuah pergerakan beberpa orang menuju Kim Kiam Pay. Kali ini yang datang kemampuannya melebihi lima orang yang mengacau waktu itu. “Sepertinya mereka tidak kapok mengacau di sini,” desis Ji Liong.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
semakin seru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 7: Tiga Hantu Pedang dari Sungai Kuning

    Suasana di perguruan Pedang Emas terasa damai, dengan para murid yang sibuk berlatih di lapangan luas yang terbuka. Ji Bao Oek, ketua perguruan, sedang duduk di beranda dekat ruang latihan, matanya memandangi para muridnya yang tengah berlatih dengan tekun. Meskipun cuaca cerah dan angin berhembus sepoi-sepoi, suasana dalam dirinya tampak tegang, seperti ada yang mengganjal.Suara pelan dari Ji Liong yang berdiri di sampingnya terdengar nyaris tak terdengar, "Ada orang yang datang untuk mengacau."Ji Bao Oek menoleh sejenak. Suara putra angkatnya yang terdengar begitu ringan hampir tak membuatnya merasa waspada. Namun, dengan ketajaman indera yang dimilikinya, ia menatap ke arah pintu gerbang perguruan. Tak ada yang tampak mencurigakan."Apakah kau yakin?" Ji Bao Oek bertanya, sedikit mengernyitkan dahi. "Aku tidak mendengar apa-apa."Namun, meskipun suara Ji Liong pelan, entah mengapa ada ketegangan yang menggelayuti hati Ji Bao Oek. Ia menganggap dirinya lebih berpengalaman, lebih t

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 8. Kemunculan Dewa Pedang, Naga Pelindung Utara Tian Gong Pai

    Di tengah lapangan, ketegangan terasa begitu mencekam. Mata Yu Lang menyorotkan rasa puas sekaligus angkuh, merasa dirinya lebih unggul. Dengan ilmu dan pengalaman yang jauh melampaui kebanyakan ahli persilatan, terlebih kemampuan seratus tahunnya dalam dunia pedang aliran hitam, ia memandang rendah Ji Bao Oek yang masih berani menantangnya.Ji Bao Oek paham betul betapa berbahayanya Tiga Hantu Pedang Sungai Kuning ini. Ia sudah mendengar kisah bahwa bahkan murid-murid utama aliran Butong sekalipun merasa gentar menghadapi mereka. Namun, demi harga diri Perguruan Pedang Emas dan perlindungan murid-muridnya, ia tak punya pilihan lain. Hatinya menguatkan tekadnya untuk bertahan, apapun yang terjadi.Yu Lang menyeringai, lalu mengangkat pedangnya, menyulut aura pedang tajam yang langsung menyasar ke arah Ji Bao Oek. Hawa pedang yang menakutkan melesat cepat, menghantam bagaikan gelombang badai. Ji Bao Oek mengangkat pedang pusakanya, mencoba menahan kekuatan itu. Namun, sambaran hawa pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 9: Ampunan dan Tebusan Harga Diri

    Langit malam menyelimuti perbukitan, membiaskan cahaya bintang yang seolah-olah menyaksikan pertemuan tak terduga di bawahnya. Di hadapan sebuah halaman terpencil Kim Kiam Pay, suasana yang mencekam terasa melingkupi saat tiga sosok berjubah hitam dengan ekspresi tegang berdiri di hadapan sosok berwibawa berpakaian merah, dialah Dewa Pedang. Seorang tokoh misterius dari Sekte Istana Langit dengan jabatannya sebagai Naga Pelindung Utara.Ketiga Hantu Pedang Sungai Kuning, Yu Lang, Guang He, dan San Pu tidak tampak seperti tiga pendekar yang pernah dikenal dunia persilatan. Mereka yang biasa mendatangkan malapetaka dengan senyuman menyeringai kini justru menunduk, keringat dingin mengalir di wajah mereka, sementara tatapan Dewa Pedang mengawasi mereka dengan tajam, memeriksa setiap detik kepatuhan yang mereka tunjukkan.“Dengarkan baik-baik,” suara Dewa Pedang terdengar dalam dan penuh kuasa. “Jika kalian tidak berjanji untuk meninggalkan Kim Kiam Pay dan bersumpah tidak akan mengganggu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 10: Perjalanan Menuju Butong Pai

    Ji Liong menggelengkan kepalanya. “Entahlah, Thia. Aku sama sekali tidak bisa mengingatnya,” jawab pemuda itu. “Memang aku merasa seperti dekat dengan orang itu, tapi sama sekali aku tidak bisa mengingatnya.”“Baiklah nak, aku percaya suatu saat kau bisa mengingat dan tahu siapa dirimu sebenarnya. Sebaiknya sekarang kau istirahat! Mungkin dalam waktu dekat, aku akan melakukan perjalanan ke Butong Pai. Aku akan mengajakmu dan Xiu Yan serta, siapa tahu guru besar di sana bisa membantumu.”Kamar Ji Liong tampak sunyi, hanya terdengar deru nafasnya yang teratur di bawah sinar rembulan yang menerobos masuk melalui jendela kayu. Cahaya itu menyorot tepat pada wajahnya yang tampak teduh namun penuh misteri. Ia memejamkan mata, berusaha keras menggapai sekilas bayangan yang melintas dalam benaknya. Sesosok pria bertubuh gagah, berambut panjang, berdiri tegak di atas puncak gunung bersalju, sembari menatap ke arah Ji Liong dengan tatapan penuh arti. Sosok itu tampak mengulurkan tangannya, se

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 11: Kilatan Ingatan yang Kembali

    Malam yang dingin berangsur hilang, menyisakan kabut tipis yang melayang di atas rerumputan desa Hongye. Perjalanan Ji Liong dan rombongannya menuju Butong Pai masih panjang, namun pagi itu menjadi awal dari penemuan yang tidak terduga.Mereka berhenti sejenak di bawah sebatang pohon besar. Ji Bao Oek tampak memperhatikan anak angkatnya, Ji Liong, dengan tatapan penuh pertanyaan. Ada sesuatu yang menyentak pikirannya sejak kemarin.“Liong-er,” kata Ji Bao Oek sambil menatap Ji Liong yang berdiri kokoh di hadapannya. “Aku melihat ada perubahan dalam dirimu. Sempat aku merasakan dorongan tenaga dalam dari tubuhmu ketika kemarin kau marah?”Ji Liong menunduk sesaat, seolah mencari kata yang tepat. "Thia," ucapnya lirih, “Beberapa waktu ini, aku merasa tubuhku perlahan memulihkan diri sendiri. Kini, aku bisa merasakan tenaga dalam tubuhku bergerak kembali. Aku sudah bisa mengerahkan lweekang (ilmu tenaga dalam).”Mata Ji Bao Oek melebar, sedikit terkejut dan takjub. Tanpa berpikir panjang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 12: Bertarung Dengan Ketua Partai Pengemis

    Ji Bao Oek segera mengenali simbol di pinggang si pengemis dan memberi hormat. “Ternyata aku berhadapan dengan petinggi partai Kaipang yang terkenal. Sungguh suatu kehormatan besar bagiku, Tuan!”Pengemis tua itu hanya tertawa lebar sambil menatap Ji Liong dengan tatapan tajam, seolah-olah menelusuri setiap detail pada anak muda itu. “Ah, jangan terlalu banyak peradatan. Kau juga bukan orang biasa, buktinya muridmu ini bisa memiliki keterampilan beladiri yang tak bisa dianggap remeh”Ji Bao Oek tersenyum senang. “Tuan terlalu memuji, mana bisa Kim Kiam Pay dibandingkan dengan Kaipang.”“Hahaha… Pendekar Ji, memang rendah hati. Kalau tidak keberatan, bolehkah aku bermain-main sedikit dengan muridmu ini?”Ji Bao Oek berubah wajahnya. Arti bermain-main yang diucapkan oleh pengemis itu adalah menguji kemampuan muridnya. Tentu sebuah kehormatan besar baginya, seorang anggota kaipang tujuh kantong menguji sang murid. Kedudukan pengemis itu tidak ada bedanya dengan murid utama sebuah pergur

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 13: Mendung Di Kuil Shaolin

    Dengan hati-hati, Ji Liong memutuskan untuk meningkatkan aliran tenaga dalamnya sedikit lagi. Ia tahu, jika ingin mengimbangi Yang Di Ji, ia harus menunjukkan lebih banyak kekuatan. Perlahan, ia mulai mengalirkan sedikit sin kang tersembunyi ke dalam jurus pedangnya, membuat gerakannya semakin tajam dan bertenaga. Gerakan pedangnya kini menjadi semakin sulit diikuti mata, seolah pedangnya menghilang di balik bayangannya sendiri.Yang Di Ji mengerutkan kening, merasa tertekan oleh kekuatan besar yang kini mengalir dari setiap serangan Ji Liong. Kali ini, Ketua Kaipang benar-benar terdesak. Ia mengelak dan menghindar dengan kecepatan yang luar biasa, namun serangan Ji Liong begitu intens sehingga ia harus mengeluarkan hampir seluruh kemampuannya untuk menangkis setiap serangan.Pertarungan dahsyat itu membuat mata Ji Bao Oek terbelalak. Hanya jurus kedua ciptaannya dapat mengimbangi kemampuan seorang Ketua Kaipang. Ia semakin yakin pemuda yang menjadi anak angkatnya itu memiliki latar b

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 14: Hilangnya Para Murid Lima Perguruan Besar

    Suasana hening menyelimuti gubuk sederhana sang biksu agung Zhen Tian. Para Biksu turut tenggelam dengan pemikiran mereka masing-masing. Suasana tiba-tiba berubah seketika ketika seorang biksu muda muncul tergesa-gesa, nafasnya tersengal, wajahnya pucat dan penuh ketegangan. Melihat biksu muda itu, Kong Shan langsung menatapnya dengan sorot mata tajam penuh tanya."Ada apa? Apa yang membuatmu datang dengan wajah sepucat itu?" Kong Shan bertanya, suaranya dalam dan penuh wibawa, tetapi tampak samar kekhawatiran di matanya.Biksu muda itu menundukkan kepala, suara nya bergetar. "Ketua, lima ketua perguruan besar... mereka datang. Mereka menuntut untuk bertemu Guru Agung Zhen Tian, dan mereka… mereka datang dengan amarah menyerang para murid."Sejenak, suasana hening. Wajah Kong Shan memerah, amarah terlihat terbakar. Dengan tegas, ia menggenggam tangannya di balik lengan baju panjangnya, menahan diri agar tidak meledak. "Sungguh tidak sopan mereka bertindak seperti ini terhadap seorang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05

Bab terbaru

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 53: Mencari Jejak Sang Ketua Palsu

    Angin dingin berhembus di puncak pegunungan yang bersebelahan dengan bukit Hoasan. Kabut tipis menyelimuti tempat itu, menciptakan suasana yang suram dan penuh misteri. Ji Liong berdiri tegak di tepi jurang, memandang lurus ke arah bukit Hoasan dengan ekspresi muram. Matanya yang tajam tampak menerawang, seolah mencoba mencari jawaban dari sekian banyak pertanyaan yang berputar di benaknya.Di belakangnya, empat lelaki berjubah putih berlutut dalam diam. Keempatnya adalah Empat Naga Pelindung Sekte Istana Langit, Tian Gong Pai, sosok-sosok setia kepada Tian Gong Pai, terutapa kepada Ji Liong yang nama aslinya Tian Long itu.. Mereka adalah Naga Pelindung Utara, Timur, Selatan, dan Barat pilar-pilar kekuatan Tian Gong Pai yang selama ini menjaga kehormatan sekte.Keempatnya menundukkan kepala, menunggu perintah Ji Liong. Hanya suara desir angin yang terdengar di antara mereka sebelum akhirnya Ji Liong berbicara."Sepertinya jatuhnya aku ke jurang memang disengaja," ucapnya pelan namun t

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 52: Kebangkitan yang Mengejutkan

    Wei Zhiang masih berlutut di hadapan Ji Liong. Matanya menatap lurus ke tanah, sementara tubuhnya sedikit gemetar, entah karena perasaan bersalah atau ketakutan yang belum sirna sepenuhnya. Hening menyelimuti tempat itu sejenak sebelum Ji Liong akhirnya berbicara dengan suara tegas."Berdirilah, Wei Zhiang," perintahnya.Tanpa ragu, Wei Zhiang segera bangkit. Matanya yang tajam kini menatap Ji Liong dengan penuh penghormatan. Ia masih belum sepenuhnya memahami bagaimana pemuda yang tampak biasa ini bisa memancarkan aura yang begitu luar biasa.Ji Liong kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Huan Sie Ji yang masih terduduk lemah. "Lam Juan, amankan dia. Kita lihat bagaimana dia masih bisa berpura-pura."Lam Juan mengangguk dan segera melangkah mendekati Huan Sie Ji. Namun, saat tangannya hendak menyentuh bahu pria tua itu, sesuatu yang mengejutkan terjadi.Tatapan Huan Sie Ji yang sebelumnya redup kini berubah tajam. Seketika, hawa membunuh yang sangat kuat meledak dari tubuhnya. La

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 51: Penyelamat Misterius

    Huan Sie Ji terduduk lemas, nafasnya tersengal-sengal, tubuhnya terasa begitu berat. Pedang di tangannya mulai goyah, matanya nanar menatap musuh-musuhnya yang masih mengepung dengan senyum kemenangan di wajah mereka. Racun Perampas Jiwa benar-benar telah menggerogoti kekuatannya, bahkan untuk sekadar berdiri pun kini ia kesulitan.Pria dengan bekas luka itu semakin mendekat, pedang besarnya terangkat tinggi. "Sudah waktunya mengakhiri ini, tua bangka!" serunya dengan nada penuh kemenangan.Huan Sie Ji hanya bisa pasrah, ia tahu bahwa tidak ada lagi yang bisa dilakukannya. Ia melirik Ji Liong dan Lam Juan yang masih tak sadarkan diri. Hatinya terasa perih, tetapi ia tidak menyesali keputusannya untuk tetap bertarung. Ia hanya berharap keajaiban datang untuk menyelamatkan mereka.Tiba-tiba, sebelum pedang besar itu menghantamnya, terdengar suara ledakan dahsyat! Tanah bergetar hebat, gelombang angin kuat melesat ke segala arah. Pria bekas luka itu terhempas ke udara bersama anak buahny

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 50: Serangan Gelap di Tengah Malam

    Malam sudah larut, hanya suara binatang malam yang terdengar samar di kejauhan. Api unggun perlahan mengecil, hanya menyisakan bara yang memancarkan cahaya redup. Huan Sie Ji duduk bersila, matanya terpejam tetapi indranya tetap tajam, merasakan setiap gerakan di sekitar mereka. Angin dingin dari puncak gunung berhembus lembut, membawa aroma lembah yang segar. Namun, tiba-tiba, naluri Huan Sie Ji terusik. Ia mendengar suara langkah halus yang datang dari kejauhan, nyaris tidak terdengar oleh telinga biasa.“Ada sesuatu yang tidak beres,” pikirnya sambil mengatur nafasnya, bersiap untuk segala kemungkinan.Perlahan, ia membuka matanya dan merasakan pergerakan energi asing yang mendekat. Ia segera bersiaga, mengerahkan tenaga dalamnya secara diam-diam agar tidak terdeteksi. Namun, sebelum ia sempat melakukan sesuatu, asap tebal mulai menyelimuti tempat itu. Asap itu berwarna keabu-abuan, dengan bau aneh yang membuat napas terasa berat. Huan Sie Ji langsung menutup hidung dan mulutnya

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 49: Pedang Yang Memilih Tuannya

    Patung Dewa Langit mulai bergetar, dan retakan-retakan muncul di permukaannya. Ji Liong segera melompat turun untuk menghindari bahaya. Saat ia mendarat, patung itu terbelah menjadi dua bagian, memperlihatkan sebuah terowongan besar di dalamnya.Lam Juan dan Huan Sie Ji mendekati Ji Liong dengan ekspresi takjub. “Ketua, kau berhasil!” seru Lam Juan.“Mari kita lihat apa yang ada di dalam terowongan ini,” kata Ji Liong sambil memimpin jalan masuk ke dalam terowongan.Di dalam terowongan, mereka menemukan tangga spiral yang terbuat dari batu. Tangga itu terlihat tua, tetapi masih kokoh. Cahaya samar dari kristal di dinding terowongan membantu mereka melihat jalan. Mereka mulai menaiki tangga dengan hati-hati, suara langkah kaki mereka bergema di ruang sempit itu.Setelah beberapa saat, mereka mencapai ujung tangga. Di sana, mereka menemukan sebuah pintu besar yang terbuat dari batu dengan ukiran-ukiran kuno di permukaannya. Ji Liong menyentuh pintu itu, merasakan energi yang mengalir me

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 48. Patung Dewa Langit

    Ji Liong menoleh dan melihat bayangan besar yang bergerak mendekati mereka dengan cepat. Ular itu memiliki tubuh yang sangat besar, dengan sisik hitam mengkilap yang memantulkan cahaya samar dari pedang yang dibawa Ji Liong. Mata ular itu bersinar merah, penuh dengan kebencian dan kekuatan yang mengintimidasi.Lam Juan dan Huan Sie Ji berenang sekuat tenaga menuju permukaan, sementara Ji Liong tetap berada di belakang, memegang Pedang Dewa Langit dengan erat. Ketika ular itu semakin dekat, Ji Liong mengarahkan pedangnya, mengerahkan Sian Jie Sin Kang untuk menciptakan penghalang energi di sekitar mereka.Ular raksasa itu menyerang dengan kecepatan luar biasa, membuka mulutnya yang dipenuhi taring tajam. Namun, energi dari pedang itu menciptakan gelombang yang menghentikan serangan ular tersebut. Ular itu tampak terguncang, tetapi tidak menyerah. Ia melingkarkan tubuhnya, mencoba mengepung Ji Liong dan menghancurkan penghalang energinya.Ji Liong menyadari bahwa waktu mereka terbatas.

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 47: Misteri di Balik Danau

    Lam Juan memimpin jalan dengan langkah cepat dibawah bimbingan Huan Si Jie. Sementara Ji Liong mengikutinya dengan hati-hati. Di tengah gelapnya gua yang semakin dalam, udara menjadi lebih dingin dan lembap. Suara tetesan air yang jatuh dari dinding gua memecah keheningan, menambah nuansa misteri di tempat itu.“Ketua, kita akan menuju tempat yang lebih dalam,” ujar Lam Juan sambil menoleh ke arah Ji Liong. “Ada sebuah jalan menuju danau tersembunyi. Namun, kita harus menyelam untuk melewati jalan terakhir.”Ji Liong mengerutkan kening, tetapi ia tidak mengatakan apa-apa. Ia terus melangkah, memperhatikan setiap sudut gua yang semakin gelap dan menyesakkan. Sementara itu, Huan Sie Ji berjalan di belakang, tatapannya tenang tetapi penuh kewaspadaan.Setelah beberapa saat, mereka tiba di sebuah ruang besar dalam gua. Cahaya remang dari bebatuan yang bersinar samar-samar memperlihatkan sebuah danau yang luas. Permukaannya tenang, namun kegelapan airnya menyiratkan sesuatu yang misterius.

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 46: Pengkhianatan di Balik Jurang Tak Berujung

    Ji Liong mengikuti langkah Lam Juan, menyusuri jalan setapak yang curam di antara tebing-tebing tinggi. Hawa dingin semakin menusuk, membuat suasana terasa semakin mencekam. Lam Juan berjalan cepat, sesekali menoleh untuk memastikan Ji Liong mengikutinya.Setelah berjalan cukup jauh, mereka tiba di sebuah gua yang tersembunyi di balik rerimbunan pohon dan batu besar. Lam Juan berhenti sejenak, menarik napas panjang sebelum berkata, "Masuklah, Ketua. Di sini kita akan lebih aman." Ji Liong melangkah masuk ke dalam gua yang gelap dan lembap. Namun, begitu ia memasuki bagian yang lebih dalam, sebuah pemandangan mengejutkan menyambutnya. Di sudut gua, seorang pria tua berpakaian putih duduk bersila. Pakaian pria itu compang-camping, tubuhnya terlihat kurus dan lemah, namun matanya masih menyiratkan semangat yang tidak padam."Ketua, izinkan saya memperkenalkan seseorang yang mungkin akan menarik perhatian Anda," ujar Lam Juan dengan nada hormat. Ia membungkuk sedikit ke arah pria tua itu.

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 45: Sang Naga Pelindung Barat, Dewa Tangan Sembilan

    Ji Liong menatap pria tua berjubah hitam itu dengan sorot mata tajam. Nafasnya masih teratur meski benturan tenaga sebelumnya cukup keras, namun ita tak merasakannya. Ia melangkah maju, tangannya bersatu di depan dada, lalu ia berkata dengan nada merendah, "Cianpwe, mohon maaf jika tindakan saya barusan terlalu kasar. Saya hanya membela diri dari serangan Anda yang begitu mendesak."Pria tua itu mendengus, wajahnya merah padam karena amarah. Ia tidak menjawab, namun energi yang terpancar dari tubuhnya meningkat tajam. Jiwa sinis di matanya kian menyala, menandakan bahwa ia belum puas."Anak muda, kau terlalu congkak! Tenaga saktimu memang mengejutkan, tapi aku belum menunjukkan seluruh kemampuanku!" Pria itu menggeram, lalu tiba-tiba kedua tangannya bergerak cepat, mengerahkan tiga perempat tenaga saktinya ke arah Ji Liong.Gelombang udara di sekitar mereka mendadak bergetar hebat. Ji Liong dengan sigap mengalirkan tenaga dalamnya ke kedua telapak tangan, menyambut serangan tersebut d

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status