Share

Bab 5: Cincin Kaisar Langit

last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-13 22:17:39

Beberapa hari setelah kejadian penyerangan, suasana di Perguruan Pedang Emas masih dibayangi kecemasan. Ji Bao Oek, sang ketua, akhirnya pulang setelah menyelesaikan urusannya di sebuah kota terdekat. Kedatangannya segera disambut dengan wajah lega oleh para murid dan pengurus perguruan. Mereka semua merasa lebih tenang, mengira bahwa kehadiran ketua mereka akan mampu menjaga kedamaian yang sempat terusik.

Namun, ketika Ji Bao Oek menuruni tangga aula utama, tatapan matanya penuh kekhawatiran. Sebelum sempat menanyakan apa yang terjadi, Ji Xiu Yan, putrinya, sudah menghampirinya dengan wajah yang masih pucat. "Thia (ayah)... Kau harus mendengarkan ceritaku. Beberapa waktu lalu kami diserang. Lima orang berilmu tinggi menyerang  perguruan ini dan nyaris membuat kami semua tewas."

Mendengar hal ini, Ji Bao Oek langsung menajamkan pandangannya. Ia memandang putrinya dengan sorot penuh perhatian, seolah-olah ingin menangkap setiap detail dari cerita yang hendak disampaikan. "Teruskan, Yan-er," katanya perlahan, berusaha tetap tenang meskipun dadanya terasa berdebar dan sedikit sesak.

"Setelah mereka menyerang, aku ingat hanya berusaha bertahan sebaik mungkin. Namun, tiba-tiba aku merasa ada angin kencang berdesir, dan segalanya menjadi gelap. Ketika aku sadar, semua orang sudah tidak ada di sana," cerita Xiu Yan sambil menggigit bibirnya, berusaha mengingat detail-detail samar yang masih membingungkannya.

Ji Bao Oek menahan napas. Ia tahu bahwa Xiu Yan adalah pendekar tangguh yang tidak mudah tertekan. Namun, melihat putrinya mengisahkan pengalaman ini dengan penuh kebingungan, hatinya semakin khawatir. 

Ia mendengar bagaimana Xiu Yan terbangun tanpa luka sedikit pun, begitu juga dengan Ji Liong dan murid-murid lainnya. Yang lebih mengherankan adalah bahwa mereka merasakan kekuatan mereka bertambah setelah kejadian itu, seolah-olah diberi keajaiban dari langit.

"Tia.. Kami semua sehat tanpa luka apa pun, padahal kami seharusnya menderita cedera serius. Dan ada sesuatu yang tertinggal sebagai petunjuk..." Xiu Yan melanjutkan, suaranya melembut, penuh keraguan.

"Petunjuk apa, Yan-er?" Ji Bao Oek mengernyitkan dahi, semakin penasaran.

"Ada tulisan di sebuah pohon besar di halaman belakang. Tulisan itu berbunyi, ‘Musuh telah kuhabisi.’ Tetapi, yang lebih aneh adalah cara tulisan itu terbentuk. Seolah-olah pohon tersebut tidak terluka atau tergores, seperti muncul begitu saja," kata Xiu Yan sambil menunduk, bingung.

Mata Ji Bao Oek menyipit penuh ketajaman. Ia segera melangkah ke arah pohon yang dimaksud tanpa berkata sepatah kata pun. Xiu Yan dan Ji Liong mengikuti di belakangnya, penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh sang ketua.

Setibanya di depan pohon besar, Ji Bao Oek memperhatikan tulisan tersebut dengan seksama. Kalimat itu terlihat sangat rapi dan dalam ukuran yang tertata sempurna. Tulisan tersebut seperti tertanam dalam batang pohon, tidak terlihat bekas goresan atau luka sedikit pun.

“Yan-er, kau melihatnya, bukan?” tanya Ji Bao Oek, tidak mengalihkan pandangannya dari tulisan di pohon.

“Ya, Thia. Tulisan ini... seperti bukan buatan tangan manusia biasa.” Xiu Yan menjawab sambil menelan ludah.

Ji Bao Oek mengangguk pelan, lalu berkata dengan nada tegas, “Untuk membuat tulisan sehalus ini, diperlukan benda yang lebih tajam dari pedang mana pun di dunia ini. Bahkan pedang-pedang yang diasah bertahun-tahun oleh pandai besi terbaik pun tak akan bisa menghasilkan tulisan seperti ini tanpa menggores serat kayu sedikit pun.”

Kata-kata Ji Bao Oek membuat Xiu Yan semakin terkejut. Hanya Ji Liong yang sebenarnya hanya menanggapi biasa. Namun ia berusaha menunjukkan keterkejutan yang sama. Wajah mereka berubah, terutama Xiu Yan yang menyadari bahwa sang penolong  mungkin bukan pendekar biasa.

Ji Bao Oek memandangi pohon itu lebih lama, seolah-olah mencoba menembus misteri yang tersimpan di dalamnya. “Aku tidak tahu siapa yang melakukan ini,” katanya akhirnya, suaranya rendah tapi penuh kekaguman. “Namun, aku menduga pendekar ini memiliki kesaktian yang jauh melampaui ketua perguruan mana pun. Bahkan pemimpin Shaolin atau Butong, yang dianggap sebagai salah satu pendekar tertinggi, mungkin tidak bisa meninggalkan tulisan sehalus ini.”

Ucapan sang ayah membuat Ji Xiu Yan semakin terkejut. Dalam dunia persilatan, nama Shaolin dan Butong sangat disegani, dan jika kemampuan orang ini berada di atas mereka, maka pastilah ia seorang pendekar yang sangat legendaris dan mungkin sudah lama tak menampakkan diri.

"Jika benar ada pendekar seperti itu yang menolong, kenapa dia tidak memunculkan diri di hadapan kami, Thia?" tanya Xiu Yan penuh heran.

Ji Bao Oek menggelengkan kepala, pandangannya penuh kehati-hatian. "Tidak ada yang tahu maksud dari pendekar misterius ini. Yang pasti, Ia telah menolong kalian. Namun yang lebih penting dari itu, tentang lima orang yang menyerang perguruan ini. Entah dari mana asal mereka dan apa tujuan mereka sebenarnya."

Xiu Yan dan Ji Liong saling berpandangan, dua orang remaja itu tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Xiu Lian dengan perasaan kagum sekaligus penasaran menyelimuti hatinya. Siapakah pendekar yang mampu membuat tanda seperti ini? Sementara Ji Liong tenggelam dalam pertanyaan siapakah dirinya. Dan benarkah kekuatan yang ia miliki sehebat yang diceritakan Ji Bao Oek. Karena dia lah sebenarnya sang penolong yang dibicarakan.

Setelah beberapa saat, Ji Bao Oek melangkah mundur dari pohon dan menatap langit yang mulai gelap. Ia menghela napas berat, tahu bahwa dunia persilatan mungkin akan berubah setelah kejadian ini. "Yan-er, Liong-er, kita harus melatih diri lebih keras. Dunia persilatan akan semakin ganas, dan hanya mereka yang memiliki kekuatan yang akan bertahan. Sampaikan pada seluruh murid, kita akan meningkatkan latihan mulai besok. Tidak ada lagi kelengahan."

Malam itu, semua orang di Kim Kiam Pay berbaring di ranjang mereka masing-masing. Hanya beberapa orang murid yang berjaga.

Dari jendela kamar Ji Liong nampak bayangan melesat sangat cepat. Seandainya ada orang di tempat itu, tentu tidak ada yang sanggup melihatnya. Karena bayangan itu bergerak melebihi kecepatan angin. Ia bergerak menuju hutan yang berada cukup jauh dari tempat itu.

Di tengah hutan bayangan itu berhenti. Ia tidak lain adalah Ji Liong. Pemuda itu dengan rasa penasarannya berlari ke arah hutan. Betapa ia sangat terkejut karena mampu bergerak dengan kecepatan luar biasa seperti itu.

“Ilmu kesaktian apa ini? Aku tidak bisa mengingat apa-apa.”

Ji Liong merasakan jari manisnya terasa hangat. Ia menyadari itu berasal dari cincin berwarna putih terbuat dari batu giok yang ia pakai. Pemuda itu melepasnya dan memeriksa cincinitu.

“Cincin apa ini, sebenarnya? Mengapa aku merasa tidak asing?”

Naluri Ji Liong menuntunnya memakai lagi cincin itu. Ia lalu menyalurkan kekuatannya ke dalam cincin. Tiba-tiba saja giok itu memancarkan cahaya putih terang. Lalu sebagian cahayanya melesat ke langit lalu meluncur ke arah utara, tepatnya di mana Tian Gong Pai berdiri.

Dua orang lelaki berpakaian merah bercampur emas dan hijau bergaris emas yang sedang berdiri di tanah lapang dekat banguan sekte Istana Langit melihat cahaya putih itu. Salah satu dari mereka berucap dengan suara bergetar, “I-itu cahaya cincin giok Kaisar Langit!”  

Keduanya pun melesat dengan sangat cepat, ke arah selatan dari tempat mereka. Arah dimana cahaya keemasan itu berasal.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
makin mantap
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 6: Ketegangan dan Rahasia yang Tersembunyi

    Beberapa hari telah berlalu sejak penyerangan di kediaman Ji Bao Oek, namun bayang-bayang ancaman masih terasa menggelayuti seisi perguruan Kim Kiam Pay. Para murid senior dan tetua mulai berjaga lebih ketat, senantiasa waspada terhadap setiap gerakan mencurigakan. Para pendekar muda yang biasanya berlatih di pelataran utama kini berlatih dalam diam, setiap pukulan mereka mengandung ketegangan yang tak biasa, seolah-olah mereka tengah mempersiapkan diri menghadapi badai yang lebih besar. Di tengah hiruk pikuk persiapan itu, Ji Liong, putra tertua Ji Bao Oek, tampak sering melamun. Tubuhnya hadir di pelataran latihan, namun pikirannya seakan jauh terbang meninggalkan Kim Kiam Pay. Matanya kosong, menatap jauh ke arah gunung dan lembah di kejauhan, seakan mencari sesuatu yang tak bisa ia temukan. Ji Xiu Yan, adik angkatnya, menyaksikan perubahan pada Ji Liong dengan perasaan sedih yang dalam. Di benaknya, ia menduga bahwa kegalauan hati Ji Liong disebabkan oleh kegagalannya memena

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 7: Tiga Hantu Pedang dari Sungai Kuning

    Suasana di perguruan Pedang Emas terasa damai, dengan para murid yang sibuk berlatih di lapangan luas yang terbuka. Ji Bao Oek, ketua perguruan, sedang duduk di beranda dekat ruang latihan, matanya memandangi para muridnya yang tengah berlatih dengan tekun. Meskipun cuaca cerah dan angin berhembus sepoi-sepoi, suasana dalam dirinya tampak tegang, seperti ada yang mengganjal.Suara pelan dari Ji Liong yang berdiri di sampingnya terdengar nyaris tak terdengar, "Ada orang yang datang untuk mengacau."Ji Bao Oek menoleh sejenak. Suara putra angkatnya yang terdengar begitu ringan hampir tak membuatnya merasa waspada. Namun, dengan ketajaman indera yang dimilikinya, ia menatap ke arah pintu gerbang perguruan. Tak ada yang tampak mencurigakan."Apakah kau yakin?" Ji Bao Oek bertanya, sedikit mengernyitkan dahi. "Aku tidak mendengar apa-apa."Namun, meskipun suara Ji Liong pelan, entah mengapa ada ketegangan yang menggelayuti hati Ji Bao Oek. Ia menganggap dirinya lebih berpengalaman, lebih t

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 8. Kemunculan Dewa Pedang, Naga Pelindung Utara Tian Gong Pai

    Di tengah lapangan, ketegangan terasa begitu mencekam. Mata Yu Lang menyorotkan rasa puas sekaligus angkuh, merasa dirinya lebih unggul. Dengan ilmu dan pengalaman yang jauh melampaui kebanyakan ahli persilatan, terlebih kemampuan seratus tahunnya dalam dunia pedang aliran hitam, ia memandang rendah Ji Bao Oek yang masih berani menantangnya.Ji Bao Oek paham betul betapa berbahayanya Tiga Hantu Pedang Sungai Kuning ini. Ia sudah mendengar kisah bahwa bahkan murid-murid utama aliran Butong sekalipun merasa gentar menghadapi mereka. Namun, demi harga diri Perguruan Pedang Emas dan perlindungan murid-muridnya, ia tak punya pilihan lain. Hatinya menguatkan tekadnya untuk bertahan, apapun yang terjadi.Yu Lang menyeringai, lalu mengangkat pedangnya, menyulut aura pedang tajam yang langsung menyasar ke arah Ji Bao Oek. Hawa pedang yang menakutkan melesat cepat, menghantam bagaikan gelombang badai. Ji Bao Oek mengangkat pedang pusakanya, mencoba menahan kekuatan itu. Namun, sambaran hawa pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 9: Ampunan dan Tebusan Harga Diri

    Langit malam menyelimuti perbukitan, membiaskan cahaya bintang yang seolah-olah menyaksikan pertemuan tak terduga di bawahnya. Di hadapan sebuah halaman terpencil Kim Kiam Pay, suasana yang mencekam terasa melingkupi saat tiga sosok berjubah hitam dengan ekspresi tegang berdiri di hadapan sosok berwibawa berpakaian merah, dialah Dewa Pedang. Seorang tokoh misterius dari Sekte Istana Langit dengan jabatannya sebagai Naga Pelindung Utara.Ketiga Hantu Pedang Sungai Kuning, Yu Lang, Guang He, dan San Pu tidak tampak seperti tiga pendekar yang pernah dikenal dunia persilatan. Mereka yang biasa mendatangkan malapetaka dengan senyuman menyeringai kini justru menunduk, keringat dingin mengalir di wajah mereka, sementara tatapan Dewa Pedang mengawasi mereka dengan tajam, memeriksa setiap detik kepatuhan yang mereka tunjukkan.“Dengarkan baik-baik,” suara Dewa Pedang terdengar dalam dan penuh kuasa. “Jika kalian tidak berjanji untuk meninggalkan Kim Kiam Pay dan bersumpah tidak akan mengganggu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 10: Perjalanan Menuju Butong Pai

    Ji Liong menggelengkan kepalanya. “Entahlah, Thia. Aku sama sekali tidak bisa mengingatnya,” jawab pemuda itu. “Memang aku merasa seperti dekat dengan orang itu, tapi sama sekali aku tidak bisa mengingatnya.”“Baiklah nak, aku percaya suatu saat kau bisa mengingat dan tahu siapa dirimu sebenarnya. Sebaiknya sekarang kau istirahat! Mungkin dalam waktu dekat, aku akan melakukan perjalanan ke Butong Pai. Aku akan mengajakmu dan Xiu Yan serta, siapa tahu guru besar di sana bisa membantumu.”Kamar Ji Liong tampak sunyi, hanya terdengar deru nafasnya yang teratur di bawah sinar rembulan yang menerobos masuk melalui jendela kayu. Cahaya itu menyorot tepat pada wajahnya yang tampak teduh namun penuh misteri. Ia memejamkan mata, berusaha keras menggapai sekilas bayangan yang melintas dalam benaknya. Sesosok pria bertubuh gagah, berambut panjang, berdiri tegak di atas puncak gunung bersalju, sembari menatap ke arah Ji Liong dengan tatapan penuh arti. Sosok itu tampak mengulurkan tangannya, se

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 11: Kilatan Ingatan yang Kembali

    Malam yang dingin berangsur hilang, menyisakan kabut tipis yang melayang di atas rerumputan desa Hongye. Perjalanan Ji Liong dan rombongannya menuju Butong Pai masih panjang, namun pagi itu menjadi awal dari penemuan yang tidak terduga.Mereka berhenti sejenak di bawah sebatang pohon besar. Ji Bao Oek tampak memperhatikan anak angkatnya, Ji Liong, dengan tatapan penuh pertanyaan. Ada sesuatu yang menyentak pikirannya sejak kemarin.“Liong-er,” kata Ji Bao Oek sambil menatap Ji Liong yang berdiri kokoh di hadapannya. “Aku melihat ada perubahan dalam dirimu. Sempat aku merasakan dorongan tenaga dalam dari tubuhmu ketika kemarin kau marah?”Ji Liong menunduk sesaat, seolah mencari kata yang tepat. "Thia," ucapnya lirih, “Beberapa waktu ini, aku merasa tubuhku perlahan memulihkan diri sendiri. Kini, aku bisa merasakan tenaga dalam tubuhku bergerak kembali. Aku sudah bisa mengerahkan lweekang (ilmu tenaga dalam).”Mata Ji Bao Oek melebar, sedikit terkejut dan takjub. Tanpa berpikir panjang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 12: Bertarung Dengan Ketua Partai Pengemis

    Ji Bao Oek segera mengenali simbol di pinggang si pengemis dan memberi hormat. “Ternyata aku berhadapan dengan petinggi partai Kaipang yang terkenal. Sungguh suatu kehormatan besar bagiku, Tuan!”Pengemis tua itu hanya tertawa lebar sambil menatap Ji Liong dengan tatapan tajam, seolah-olah menelusuri setiap detail pada anak muda itu. “Ah, jangan terlalu banyak peradatan. Kau juga bukan orang biasa, buktinya muridmu ini bisa memiliki keterampilan beladiri yang tak bisa dianggap remeh”Ji Bao Oek tersenyum senang. “Tuan terlalu memuji, mana bisa Kim Kiam Pay dibandingkan dengan Kaipang.”“Hahaha… Pendekar Ji, memang rendah hati. Kalau tidak keberatan, bolehkah aku bermain-main sedikit dengan muridmu ini?”Ji Bao Oek berubah wajahnya. Arti bermain-main yang diucapkan oleh pengemis itu adalah menguji kemampuan muridnya. Tentu sebuah kehormatan besar baginya, seorang anggota kaipang tujuh kantong menguji sang murid. Kedudukan pengemis itu tidak ada bedanya dengan murid utama sebuah pergur

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 13: Mendung Di Kuil Shaolin

    Dengan hati-hati, Ji Liong memutuskan untuk meningkatkan aliran tenaga dalamnya sedikit lagi. Ia tahu, jika ingin mengimbangi Yang Di Ji, ia harus menunjukkan lebih banyak kekuatan. Perlahan, ia mulai mengalirkan sedikit sin kang tersembunyi ke dalam jurus pedangnya, membuat gerakannya semakin tajam dan bertenaga. Gerakan pedangnya kini menjadi semakin sulit diikuti mata, seolah pedangnya menghilang di balik bayangannya sendiri.Yang Di Ji mengerutkan kening, merasa tertekan oleh kekuatan besar yang kini mengalir dari setiap serangan Ji Liong. Kali ini, Ketua Kaipang benar-benar terdesak. Ia mengelak dan menghindar dengan kecepatan yang luar biasa, namun serangan Ji Liong begitu intens sehingga ia harus mengeluarkan hampir seluruh kemampuannya untuk menangkis setiap serangan.Pertarungan dahsyat itu membuat mata Ji Bao Oek terbelalak. Hanya jurus kedua ciptaannya dapat mengimbangi kemampuan seorang Ketua Kaipang. Ia semakin yakin pemuda yang menjadi anak angkatnya itu memiliki latar b

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04

Bab terbaru

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 038: Mo Zai Hong, Sang Iblis Pembawa Petaka

    “Mo Zai Hong…,” ucap Wu Jing Yu lirih.Kemunculan Mo Zai Hong, si Iblis Petaka Merah, benar-benar mengejutkan Wu Jing Yu. Seluruh dunia persilatan mengenal nama besar gembong iblis itu sebagai salah satu tokoh nomor satu dari aliran hitam. Sosoknya, dengan jubah merah yang tampak seperti api berkobar, memancarkan aura mengerikan. Wajah Mo Zai Hong, yang dihiasi garis-garis tegas dan mata setajam elang, menatap Wu Jing Yu dengan intensitas yang memaku langkah siapa pun.Yang lebih mengejutkan Wu Jing Yu adalah ketika Mo Zai Hong perlahan berlutut dan memberi penghormatan kepadanya. Tindakan itu dilakukan dengan sungguh-sungguh, tanpa ada sedikit pun kesan pura-pura. Angin dingin Gobi berembus kencang, tapi suasana di pelataran itu terasa panas membara oleh kehadiran tokoh aliran hitam yang ditakuti ini.“Wu Jing Yu, aku menghormatimu karena kau adalah ayah dari Tuan Muda Wu Kiang,” ujar Mo Zai Hong dengan suara berat yang bergema. “Aku datang bukan untuk bertarung, melainkan menyampaika

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 037. Prahara Gunung Gobi

    Wu Jing Yu, salah satu guru utama dari Kong Tong Pai, melangkah mantap di depan lima muridnya yang mengikuti di belakang. Mereka berjalan menyusuri jalur pegunungan berbatu menuju Gobi Pai, sebuah perguruan ternama yang terkenal dengan ajaran bela diri berbasis keseimbangan dan keharmonisan.Langit senja mewarnai perjalanan mereka, dan angin dingin pegunungan menyapu wajah para murid yang penuh semangat. Wu Jing Yu, meski usianya telah memasuki setengah abad, masih tampak gagah dengan tubuh tegap dan mata tajam. Ia mengenakan jubah abu-abu dengan bordiran simbol Kongtong di bagian dadanya. “Jangan lengah,” katanya dengan suara rendah namun tegas. Para murid mengangguk serempak, menunjukkan sikap hormat mereka.Setibanya di pelataran Gobi Pai, suasana terasa berbeda dari yang mereka harapkan. Bukannya sambutan ramah, belasan murid Gobi Pai menghadang mereka dengan ekspresi tidak bersahabat.“Wu Jing Yu dari Kong Tong Pai datang untuk berbicara dengan Guru Besar Gobi Pai,” ujar Wu Jing

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 036. Pertarungan Jenderal Naga Merah

    Tiba-tiba, terdengar suara gemuruh dari kejauhan. Sebuah bayangan besar muncul di balik kabut medan perang. Semua mata tertuju ke arah itu. Dari balik kabut, seorang lelaki berpakaian perang merah dengan jubah bersulam naga emas muncul melayang diudara. Rambut panjangnya berkibar, dan matanya memancarkan aura kebesaran yang luar biasa."Jenderal Naga Merah!" seseorang berteriak menunjukkan keterkejutannya.Sosok itu adalah Jenderal Naga Merah Tian Gong Pai, seorang pendekar sakti yang dikenal karena kekuatannya yang luar biasa. Satu dari sepuluh pendekar terbaik di Sekte Istana Langit. "Naga meluruk bumi!" pekiknya, mengayunkan pedangnya ke udara.Seketika, sebuah gelombang energi besar melesat ke arah musuh. Gelombang itu menghantam kerumunan hewan berbisa, membubarkan mereka seperti daun-daun kering tertiup angin. Para anggota Sekte Lima Racun yang berada di dekatnya terpental jauh, beberapa dari mereka tak sadarkan diri akibat serangan itu.Kemunculan Jenderal Naga Merah mengubah

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 035. Ancaman Sian Jie Sin Kang Palsu

    Ji Liong memandang lelaki tua itu dengan penuh kewaspadaan. Udara di sekitar mereka terasa semakin tegang, seakan-akan kehadiran lelaki tua itu membawa sesuatu yang berat dan penuh misteri."Namaku Yo Han Chu, seorang pengelana," kata lelaki tua itu dengan suara tenang namun tajam. Ia melangkah maju, tangannya menggenggam tongkat bambu yang terlihat sederhana, namun memancarkan aura sakti yang membuat Ji Liong merasa waspada."Yo Han Chu?" Ji Liong mengulangi nama itu, mencoba mengingat apakah ia pernah mendengarnya sebelumnya. Namun, tak ada ingatan yang muncul. "Aku belum pernah mendengar namamu. Bolehkah aku tahu siapa sebenarnya dirimu dan apa gelarmu di dunia persilatan?"Yo Han Chu tersenyum tipis. "Gelarku sudah lama terkubur bersama waktu. Yang perlu kau tahu hanyalah bahwa aku adalah keturunan sepasang rajawali yang dulu pernah merajai dunia persilatan. Meskipun namaku tidak penting, apa yang akan kukatakan padamu sangatlah penting."Ji Liong memperhatikan lelaki tua itu deng

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 034. Topeng Giok Naga Sang Ketua Sekte

    Ong Kiat dan Bu Jiaw telah menyelesaikan persiapan mereka. Dengan pekik lantang, keduanya melesat bersamaan ke arah Ji Liong, menyerang dari dua sisi dengan kekuatan penuh. Angin dari serangan mereka menciptakan tekanan besar, membuat tanah di sekitar mereka retak-retak.Namun, Ji Liong tetap tidak bergerak. Tubuhnya memancarkan hawa hangat yang perlahan mengalahkan tekanan panas dari Sin Kang Naga Langit. Tepat ketika serangan Ong Kiat dan Bu Jiaw hampir mengenainya, kekuatan sakti di tubuhnya memancar kuat bagaikan sebuah ledakan cahaya.Ledakan tenaga itu membuat Ong Kiat dan Bu Jiaw terhenti di tengah jalan. Kekuatan dahsyat itu menghantam mereka tanpa ampun, melemparkan tubuh mereka jauh ke belakang. Tubuh mereka menghantam tanah keras, menciptakan lubang besar di tempat mereka jatuh.Ong Kiat dan Bu Jiaw terkapar, napas mereka tersengal-sengal. Tubuh mereka penuh luka akibat benturan, namun yang lebih mencengangkan adalah ekspresi di wajah mereka. Mereka tidak hanya kalah secara

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 033. Pertarungan Tingkat Tinggi

    Ji Liong berdiri dengan tenang, menatap dua lelaki di hadapannya tanpa sedikit pun rasa gentar. Angin sore di atas bukit berembus pelan, menyibakkan ujung jubah putih yang ia kenakan, menambah kesan anggun dan tak tertandingi.Ong Kiat, si Jenderal Naga Merah, memicingkan mata. “Siapa kau, anak muda? Apa hakmu untuk melarang kami?” tanyanya dengan suara tegas namun penuh kewaspadaan. Mata tajamnya memperhatikan setiap gerakan Ji Liong, mencari celah untuk mengukur kekuatan lawannya.Ji Liong tersenyum tipis. “Aku hanyalah seorang pengembara yang tidak ingin melihat darah orang-orang tak bersalah mengalir tanpa alasan. Jika kalian membantu Sekte Lima Racun, itu berarti kalian mengkhianati kemanusiaan dan keadilan.”Bu Jiaw, si Jenderal Naga Ungu, yang sejak tadi memperhatikan dengan saksama, mengerutkan kening. “Kemanusiaan dan keadilan? Itu kata-kata besar untuk seorang pemuda sepertimu. Apa yang kau tahu tentang dunia ini?”Ji Liong melangkah maju, matanya memancarkan keteguhan. “Aku

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 032. Keputusan di Tengah Badai

    Ruangan rumah makan mendadak menjadi sunyi. Semua mata tertuju pada Ji Liong, yang kini duduk diam memandang pria muda yang terluka parah di hadapannya. Suara napas tersengal dari lelaki itu menggema, menambah suasana tegang yang memenuhi tempat tersebut.Ji Liong menghela nafas pelan, lalu berdiri dengan tenang. Langkahnya perlahan namun mantap menghampiri pria yang tergeletak di lantai. Beberapa orang menatap dengan penuh harap, sementara yang lain berdoa dalam hati. Tanpa banyak bicara, Ji Liong berlutut di samping pria itu dan meletakkan tangannya di atas dada korban.Dengan satu tarikan nafas panjang, Ji Liong mulai mengerahkan Butong Sinkang. Hawa hangat yang kuat langsung menyebar dari telapak tangannya, menyelimuti tubuh pria itu. Para pendekar di sekelilingnya dapat merasakan kekuatan yang luar biasa itu, membuat mereka terperangah. Racun dan luka dalam yang mengancam nyawa pria muda itu perlahan menghilang. Warna wajahnya yang sebelumnya pucat mulai kembali normal, dan nafas

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 031. Pertemuan di Rumah Makan

    Rumah makan itu berdiri kokoh tepat beberapa tombak dari gerbang kota Beihai. Bangunan kayunya yang sederhana namun terawat tampak mengundang siapa saja yang melewatinya. Lampu-lampu minyak menerangi ruangan dengan cahaya lembut, memantulkan bayangan hangat pada dinding-dinding yang dihiasi ukiran naga dan awan. Suasana ramai memenuhi tempat itu, dipenuhi oleh suara tawa, percakapan serius, dan denting mangkuk serta sumpit.Di salah satu sudut ruangan, tampak beberapa pendekar berbaju hitam yang duduk dengan sikap waspada. Mereka adalah anggota klan Pedang Merah, Klan kecil yang tak jauh jaraknya dari Gunung Gobi, Tempat berdirinya perguruan besar yang terkenal dengan jurus pedang kilatnya. Di meja lain, dua orang biksu dari Kongtong Pai tengah bercakap-cakap sambil menyeruput teh hangat. Ada pula seorang perempuan berusia paruh baya, mengenakan jubah ungu dengan bordiran bunga teratai, yang tampak sedang mengamati keadaan sekeliling dengan mata tajam.Guo Liang melangkah masuk ke r

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 030. Kota Beihai

    “Tuan muda Ji… a-aku!” ucapan Bai Xue Ling tergagap, ia tidak menyangka pembicaraannya didengar oleh Ji Liong. Namun ucapan itu sia-sia. Ji Liong sudah tidak ada di tempat itu.Gadis itu berniat mencari Ji Liong, namun dicegah ayahnya. “Anak itu telah jauh meninggalkan tempat ini, kau tidak bisa menyusulnya,” ucap Bai Ji Cheng. “Aku memang sama sekali tidak bisa mengetahui siapa jati diri anak itu.” ucapnya lagi memberi penegasan kepada putrinya.Bai Xue Ling berdiri mematung di depan pintu rumah. Angin malam meniup lembut rambutnya yang terurai, membawa aroma rumput basah setelah hujan. Namun, ketenangan malam tidak mampu meredakan gelisah yang menggerogoti hatinya.Bayangan Ji Liong yang dingin dan penuh teka-teki terus terbayang di benaknya. Ia memutar ulang kejadian tadi sore, mencoba menemukan kata-kata yang seharusnya ia ucapkan untuk mencegahnya pergi. Tetapi semua terasa sia-sia."Xue Ling," suara lembut Bai Ji Cheng memanggilnya. Pria paruh baya itu berdiri di ambang pintu,

DMCA.com Protection Status