Share

Bab 2: Penghinaan besar

last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-13 21:14:21

Di depan kediaman keluarga Hu, suasana semakin tegang. Ji Bao Oek menatap tajam ke arah Hu Chuan, seolah tak percaya bahwa penghinaan seterang ini bisa keluar dari seorang kepala keluarga besar yang terhormat. Sebelum ia sempat menanggapi, terdengar suara lembut namun tegas dari balik pintu.

"Dia memang cacat!"

Suara itu terdengar tenang, namun menambah bara api dalam hati Ji Bao Oek. Sosok seorang gadis muncul dari balik pintu, mengenakan pakaian biru muda yang anggun. Rambutnya tergerai panjang, dan parasnya yang cantik serta penuh percaya diri membuat orang-orang sekitar terdiam sejenak. Ia adalah Hu Ling Lian, putri kebanggaan keluarga Hu yang menjadi alasan lamaran ini dilakukan.

“Apa maksudmu, Hu Socia (nona Hu)?” Ji Bao Oek berbicara dengan nada lebih keras. Ia tidak terima putranya dihina, terutama di hadapan keluarga besar Hu dan para muridnya. Nada suaranya mengandung kemarahan yang tertahan, namun wajahnya masih berusaha tenang.

Namun, Hu Ling Lian tetap tenang. Ia memandang Ji Bao Oek dengan sorot mata dingin. “Silakan tanyakan pada putramu sendiri, Paman Ji. Dia pasti bisa menjelaskan apa yang aku maksud.”

Ji Bao Oek tertegun sejenak, namun tatapannya segera beralih kepada Ji Liong, yang berdiri di sisinya dengan wajah tertunduk. Nalurinya merasakan ada yang tidak beres. Ia meraih bahu putranya dan mengguncangnya lembut. “Liong-er, apa yang sebenarnya terjadi? Jelaskan padaku.”

Ji Liong menggigit bibirnya, terlihat ragu, namun akhirnya ia menghela napas berat. Dengan suara pelan yang penuh dengan penyesalan, ia berkata, “Ayah… aku tidak bisa lagi menggunakan ilmu bela diri. Beberapa nadi penting dalam tubuhku… putus. Bahkan untuk menggunakan biasa pun, aku kesulitan.”

Kata-kata itu bagaikan pukulan keras bagi Ji Bao Oek. Ia terdiam, merasakan tubuhnya gemetar. Ia tak menyangka anaknya yang berbakat dan tangguh ini bisa mengalami nasib yang begitu tragis. Ia bahkan tersurut mundur beberapa langkah, memandang putranya dengan sorot mata penuh kesedihan dan kekecewaan. 

“Bagaimana bisa…? Siapa yang melakukan ini padamu?” ucapnya.

Sebelum Ji Liong sempat menjawab, suara Pendekar Hu  Chuan terdengar dingin. “Apakah aku salah jika membatalkan pernikahan ini, Tuan Ji? Aku tak ingin anakku menghabiskan hidupnya hanya untuk mengurus seseorang yang tak bisa melindunginya, bahkan melindungi dirinya sendiri.”

Kata-kata itu menghantam Ji Bao Oek lebih keras dari serangan apa pun yang pernah ia terima dalam hidupnya. Wajahnya memucat, matanya berkaca-kaca, namun ia menahan air matanya. Ia tidak ingin mempermalukan dirinya lebih jauh. Tanpa berkata lagi, ia membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi, memberi isyarat pada para murid dan pengikutnya untuk mengikutinya.

Namun, sebelum ia benar-benar pergi, Ji Liong yang telah menahan emosinya tiba-tiba berteriak dengan suara bergetar, “Aku cacat karena kau, Siauw-moi (adinda)! Mengapa kau begitu tega menghancurkan keluargaku?”

Suara Ji Liong menggema di halaman itu, menarik perhatian semua orang. Hu Ling Lian menatapnya dengan pandangan dingin, seolah tuduhan itu tidak berarti baginya. “Kakak Ji Liong, aku tidak pernah memaksamu melakukannya. Semua kau lakukan dengan sukarela!”

Ji Bao Oek yang mendengar itu tersentak. Ia menoleh dengan tatapan tak percaya, mencari penjelasan dari raut wajah anaknya. “Liong, apa yang sebenarnya terjadi? Jelaskan padaku!”

Sesaat Ji Liong tampak ragu. Ia memandang Hu Ling Lian dan Ji Bao Oek bergantian. Seolah ia ingin mempertegas hatinya, siapa yang harus ia ikuti.

Ji Liong menghela napas panjang, lalu mengangkat wajahnya dengan pandangan sedih yang bercampur kecewa. Ia mengalihkan tatapannya dari wajah ayahnya ke arah Hu Chuan. “Paman Hu, Ayah… beberapa hari yang lalu, aku dan Hu moi-moi melakukan latihan bersama. Hu moi-moi mengatakan bahwa ia sedang mempelajari ilmu tenaga sakti langka, ketika ia hampir celaka aku membantunya,”

Ji Bao Oek menyipitkan matanya, mencoba memahami maksud ucapan putranya. Sementara itu, Hu Ling Lian tetap berdiri dengan tatapan yang dingin dan tenang, tidak menunjukkan sedikit pun rasa bersalah.

“Awalnya, aku tidak merasa curiga,” lanjut Ji Liong, suaranya semakin berat. “Hu moi-moi terlihat kesulitan, dan aku pikir menyalurkan sebagian tenaga dalamku akan membantunya. Namun, saat proses itu berlangsung, aku merasakan tenagaku disedot semakin cepat. Dan sebelum aku menyadari, aliran tenaga dalamku terasa seperti terserap sepenuhnya.”

Hu Ling Lian menyeringai kecil, menatap Ji Liong dengan senyum tipis yang membuat suasana di sekitar semakin mencekam.

“Begitu tenagaku habis, aku terjatuh. Nadi-nadi penting di tubuhku seakan tersumbat, dan aku tak bisa mengumpulkan tenaga dalam lagi,” lanjut Ji Liong, suaranya bergetar menahan kemarahan dan rasa sakit. “Aku kira ia akan berbelas kasih, Tapi nyatanya, hari ini… ia dan keluarganya justru mempermalukan kita di depan orang banyak.”

Mendengar pengakuan putranya, Ji Bao Oek merasa dadanya seperti terbakar amarah. Tiba-tiba ia melangkah maju, tinjunya mengepal, wajahnya merah padam. Sorot matanya berubah tajam, memancarkan kebencian dan tekad untuk membalas penghinaan ini.

“Hu Socia!” teriaknya, suaranya menggema di halaman itu. “Kau sungguh gadis tak tahu diri! Setelah mencelakai anakku, kau masih berani berdiri di sini dengan wajah tanpa rasa bersalah?”

Ji Bao Oek mengangkat tangannya, bersiap menyerang Hu Ling Lian. Namun sebelum serangan itu benar-benar dilepaskan, Hu Chuan, ayah Hu Ling Lian, melangkah cepat dan berdiri di depan putrinya, mengangkat satu tangan untuk menghalangi serangan Ji Bao Oek.

“Tuan Ji, jangan bertindak gegabah!” seru Hu Chuan dengan nada tegas. Matanya memandang langsung ke arah Ji Bao Oek, memperingatkan dengan sorot yang penuh ancaman.

Ji Bao Oek berhenti, tapi sorot matanya penuh dendam. “Putrimu telah menghancurkan masa depan putraku! Ini bukan hanya soal harga diri, Hu Chuan, tapi juga keadilan!”

Namun, sebelum Ji Bao Oek sempat melanjutkan kata-katanya, beberapa sosok mulai berdatangan di halaman kediaman keluarga Hu. Mereka adalah orang-orang sakti dan kerabat terdekat Hu Chuan, masing-masing berdiri dengan tenang namun memancarkan aura kekuatan yang tak terbantahkan. Mereka semua mengenakan pakaian berbeda, menandakan status mereka sebagai pendekar dari berbagai aliran yang memiliki hubungan baik dengan keluarga Hu.

Ji Bao Oek menyadari bahwa situasinya semakin genting. Meski hatinya membara oleh kemarahan, ia juga tahu bahwa jika pertarungan ini berlanjut, ia tidak hanya membahayakan dirinya, tapi juga para murid serta kedua anaknya yang berada di sini. Mata Ji Bao Oek berkaca-kaca, memandang putranya yang terluka dan menghadapi kenyataan pahit ini. Dengan berat hati, ia merendahkan tangannya yang sudah terangkat.

“Baiklah, Hu Chuan,” katanya dengan suara yang bergetar. “Kau boleh merasa menang hari ini. Tapi ingat, penghinaan ini tak akan aku lupakan!”

Dengan pandangan penuh kebencian, Ji Bao Oek membalikkan badan dan memberi isyarat pada murid-muridnya untuk mengikuti. Para pengikutnya tampak cemas namun tetap setia mengikuti langkahnya meninggalkan halaman kediaman keluarga Hu.

Namun, sebelum benar-benar pergi, Ji Liong yang berada di belakang rombongan menoleh dan menatap Hu Ling Lian dengan tatapan penuh kesedihan dan kekecewaan. Ia menggelengkan kepalanya pelan, seolah menyadari bahwa cinta dan kepercayaannya selama ini hanyalah angannya belaka.

“Akan kuingat hari ini Hu Socia. Dan kujamin kau akan menyesalinya,” ucap Ji Liong kemudian meninggalkan tempat mengikuti rombongannya. Kemarahan nampak pada dirinya sehingga mengganti panggilan Siauw-moi menjadi Socia.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dewo Bumi
ko masih mau melamar aneh sudah tau dikhianati ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 3 - Harga Diri yang Terinjak

    Setelah peristiwa memalukan di kediaman Pendekar Hu, Ji Bao Oek dan rombongannya kembali ke Kim Kiam Pay. Wajah-wajah muridnya tampak muram, menyiratkan luka batin yang mereka alami. Ji Bao Oek memutuskan untuk tidak lagi membahas kejadian itu, berharap agar perlahan peristiwa itu menghilang dari ingatan semua orang. Namun, harapan itu sirna. Entah siapa yang membocorkan aib mereka, kabar tentang kekalahan dan penghinaan yang diterima dari keluarga Hu menyebar cepat ke seluruh desa Hongye. Kabar tersebut menghancurkan Ji Liong. Setiap kali ia berjalan di sekitar desa, ia harus menghadapi pandangan mengejek dari orang-orang, sering kali diiringi bisikan-bisikan tajam yang menusuk batinnya. Beberapa warga bahkan terang-terangan mengatai dirinya sebagai pemuda yang tak berguna, tak lebih dari sampah. Kata-kata itu berulang kali terngiang dalam pikirannya, seperti racun yang perlahan-lahan merusak harga dirinya.Suatu hari, ketika Ji Liong berjalan di sekitar desa bersama adiknya, Ji Xi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 4 - Bangkitnya sebuah kekuatan

    Sosok bertopeng yang tinggi dan berotot mendekati Ji Liong dan Ji Xiu Yan yang tengah terduduk tak berdaya. Wajahnya yang tersembunyi di balik topeng hanya menampilkan sepasang mata tajam yang memancarkan sinar ejekan dan keangkuhan. Bibirnya menyeringai, dan tangannya terulur, nyaris menyentuh wajah Ji Xiu Yan yang pucat karena luka dan kelelahan. Di balik sisa-sisa kekuatannya, Xiu Yan menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.Namun, sebelum tangan kotor itu berhasil menyentuhnya, Ji Liong dengan sisa-sisa tenaganya menepisnya sambil melepaskan pukulan yang ditujukan ke wajah pria bertopeng tersebut. Sayangnya, pukulan itu bahkan tidak menggores sedikit pun kulit lawan. Sebaliknya, pria bertopeng itu dengan santai mengayunkan lengan bajunya, menyentil tangan Ji Liong hingga pemuda itu terlempar ke tanah. Ji Liong terjatuh keras, merasa seluruh tubuhnya nyeri dan pandangannya berkunang-kunang.Melihat kakaknya tersungkur dengan mudah, Xiu Yan tidak bisa menahan amarahnya. Dengan sis

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 5: Cincin Kaisar Langit

    Beberapa hari setelah kejadian penyerangan, suasana di Perguruan Pedang Emas masih dibayangi kecemasan. Ji Bao Oek, sang ketua, akhirnya pulang setelah menyelesaikan urusannya di sebuah kota terdekat. Kedatangannya segera disambut dengan wajah lega oleh para murid dan pengurus perguruan. Mereka semua merasa lebih tenang, mengira bahwa kehadiran ketua mereka akan mampu menjaga kedamaian yang sempat terusik.Namun, ketika Ji Bao Oek menuruni tangga aula utama, tatapan matanya penuh kekhawatiran. Sebelum sempat menanyakan apa yang terjadi, Ji Xiu Yan, putrinya, sudah menghampirinya dengan wajah yang masih pucat. "Thia (ayah)... Kau harus mendengarkan ceritaku. Beberapa waktu lalu kami diserang. Lima orang berilmu tinggi menyerang perguruan ini dan nyaris membuat kami semua tewas."Mendengar hal ini, Ji Bao Oek langsung menajamkan pandangannya. Ia memandang putrinya dengan sorot penuh perhatian, seolah-olah ingin menangkap setiap detail dari cerita yang hendak disampaikan. "Teruskan, Yan-

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 6: Ketegangan dan Rahasia yang Tersembunyi

    Beberapa hari telah berlalu sejak penyerangan di kediaman Ji Bao Oek, namun bayang-bayang ancaman masih terasa menggelayuti seisi perguruan Kim Kiam Pay. Para murid senior dan tetua mulai berjaga lebih ketat, senantiasa waspada terhadap setiap gerakan mencurigakan. Para pendekar muda yang biasanya berlatih di pelataran utama kini berlatih dalam diam, setiap pukulan mereka mengandung ketegangan yang tak biasa, seolah-olah mereka tengah mempersiapkan diri menghadapi badai yang lebih besar. Di tengah hiruk pikuk persiapan itu, Ji Liong, putra tertua Ji Bao Oek, tampak sering melamun. Tubuhnya hadir di pelataran latihan, namun pikirannya seakan jauh terbang meninggalkan Kim Kiam Pay. Matanya kosong, menatap jauh ke arah gunung dan lembah di kejauhan, seakan mencari sesuatu yang tak bisa ia temukan. Ji Xiu Yan, adik angkatnya, menyaksikan perubahan pada Ji Liong dengan perasaan sedih yang dalam. Di benaknya, ia menduga bahwa kegalauan hati Ji Liong disebabkan oleh kegagalannya memena

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 7: Tiga Hantu Pedang dari Sungai Kuning

    Suasana di perguruan Pedang Emas terasa damai, dengan para murid yang sibuk berlatih di lapangan luas yang terbuka. Ji Bao Oek, ketua perguruan, sedang duduk di beranda dekat ruang latihan, matanya memandangi para muridnya yang tengah berlatih dengan tekun. Meskipun cuaca cerah dan angin berhembus sepoi-sepoi, suasana dalam dirinya tampak tegang, seperti ada yang mengganjal.Suara pelan dari Ji Liong yang berdiri di sampingnya terdengar nyaris tak terdengar, "Ada orang yang datang untuk mengacau."Ji Bao Oek menoleh sejenak. Suara putra angkatnya yang terdengar begitu ringan hampir tak membuatnya merasa waspada. Namun, dengan ketajaman indera yang dimilikinya, ia menatap ke arah pintu gerbang perguruan. Tak ada yang tampak mencurigakan."Apakah kau yakin?" Ji Bao Oek bertanya, sedikit mengernyitkan dahi. "Aku tidak mendengar apa-apa."Namun, meskipun suara Ji Liong pelan, entah mengapa ada ketegangan yang menggelayuti hati Ji Bao Oek. Ia menganggap dirinya lebih berpengalaman, lebih t

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 8. Kemunculan Dewa Pedang, Naga Pelindung Utara Tian Gong Pai

    Di tengah lapangan, ketegangan terasa begitu mencekam. Mata Yu Lang menyorotkan rasa puas sekaligus angkuh, merasa dirinya lebih unggul. Dengan ilmu dan pengalaman yang jauh melampaui kebanyakan ahli persilatan, terlebih kemampuan seratus tahunnya dalam dunia pedang aliran hitam, ia memandang rendah Ji Bao Oek yang masih berani menantangnya.Ji Bao Oek paham betul betapa berbahayanya Tiga Hantu Pedang Sungai Kuning ini. Ia sudah mendengar kisah bahwa bahkan murid-murid utama aliran Butong sekalipun merasa gentar menghadapi mereka. Namun, demi harga diri Perguruan Pedang Emas dan perlindungan murid-muridnya, ia tak punya pilihan lain. Hatinya menguatkan tekadnya untuk bertahan, apapun yang terjadi.Yu Lang menyeringai, lalu mengangkat pedangnya, menyulut aura pedang tajam yang langsung menyasar ke arah Ji Bao Oek. Hawa pedang yang menakutkan melesat cepat, menghantam bagaikan gelombang badai. Ji Bao Oek mengangkat pedang pusakanya, mencoba menahan kekuatan itu. Namun, sambaran hawa pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 9: Ampunan dan Tebusan Harga Diri

    Langit malam menyelimuti perbukitan, membiaskan cahaya bintang yang seolah-olah menyaksikan pertemuan tak terduga di bawahnya. Di hadapan sebuah halaman terpencil Kim Kiam Pay, suasana yang mencekam terasa melingkupi saat tiga sosok berjubah hitam dengan ekspresi tegang berdiri di hadapan sosok berwibawa berpakaian merah, dialah Dewa Pedang. Seorang tokoh misterius dari Sekte Istana Langit dengan jabatannya sebagai Naga Pelindung Utara.Ketiga Hantu Pedang Sungai Kuning, Yu Lang, Guang He, dan San Pu tidak tampak seperti tiga pendekar yang pernah dikenal dunia persilatan. Mereka yang biasa mendatangkan malapetaka dengan senyuman menyeringai kini justru menunduk, keringat dingin mengalir di wajah mereka, sementara tatapan Dewa Pedang mengawasi mereka dengan tajam, memeriksa setiap detik kepatuhan yang mereka tunjukkan.“Dengarkan baik-baik,” suara Dewa Pedang terdengar dalam dan penuh kuasa. “Jika kalian tidak berjanji untuk meninggalkan Kim Kiam Pay dan bersumpah tidak akan mengganggu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 10: Perjalanan Menuju Butong Pai

    Ji Liong menggelengkan kepalanya. “Entahlah, Thia. Aku sama sekali tidak bisa mengingatnya,” jawab pemuda itu. “Memang aku merasa seperti dekat dengan orang itu, tapi sama sekali aku tidak bisa mengingatnya.”“Baiklah nak, aku percaya suatu saat kau bisa mengingat dan tahu siapa dirimu sebenarnya. Sebaiknya sekarang kau istirahat! Mungkin dalam waktu dekat, aku akan melakukan perjalanan ke Butong Pai. Aku akan mengajakmu dan Xiu Yan serta, siapa tahu guru besar di sana bisa membantumu.”Kamar Ji Liong tampak sunyi, hanya terdengar deru nafasnya yang teratur di bawah sinar rembulan yang menerobos masuk melalui jendela kayu. Cahaya itu menyorot tepat pada wajahnya yang tampak teduh namun penuh misteri. Ia memejamkan mata, berusaha keras menggapai sekilas bayangan yang melintas dalam benaknya. Sesosok pria bertubuh gagah, berambut panjang, berdiri tegak di atas puncak gunung bersalju, sembari menatap ke arah Ji Liong dengan tatapan penuh arti. Sosok itu tampak mengulurkan tangannya, se

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02

Bab terbaru

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 60: Pergolakan di Kaifang

    Di bawah langit yang tertutup awan kelabu, suasana di markas besar Perkumpulan Pengemis Kaifang dipenuhi dengan ketegangan yang terasa memenuhi udara. Para anggota dari berbagai wilayah telah berkumpul di aula utama, tempat pertemuan besar akan digelar. Wajah-wajah penuh tanda tanya dan kegelisahan memenuhi ruangan itu. Mereka adalah kaum pengemis, namun di dunia persilatan, Perkumpulan Pengemis Kaifang bukanlah sekadar kumpulan gelandangan biasa. Dengan ribuan anggota yang tersebar di seluruh negeri, mereka adalah kekuatan yang diperhitungkan, mata dan telinga dunia persilatan yang bisa menentukan arah perubahan zaman.Hari ini, sebuah kabar buruk menyebar dengan cepat. Ketua mereka, telah menghilang tanpa jejak. Tidak ada pesan, tidak ada peringatan, hanya sunyi yang menciptakan kekacauan di antara para anggota. Desas-desus menyatakan bahwa ia telah tewas dalam sebuah pertarungan melawan musuh yang tidak diketahui. Yang lebih mengejutkan, pusaka tertinggi mereka, Tongkat Pemukul An

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 59: Bayangan Misterius

    Di bawah langit malam yang semakin pekat, suasana di halaman utama Tian Gong Pai masih dipenuhi ketegangan yang melanda siapapun yang berada di tempat itu. Ratusan murid menyaksikan pertarungan yang akan menentukan nasib sekte mereka. Beberapa dari mereka menahan napas, sementara yang lain berbisik dengan penuh kecemasan. Udara terasa berat oleh tekanan energi yang melingkupi area tersebut, seolah-olah alam pun menahan napas menanti apa yang akan terjadi selanjutnya.Wajah Tian Ju semakin mengeras. Ucapan Ji Liong yang membujuknya untuk menyerah, malah membuat ia murka. "Menyerah? Hahaha! Mimpi saja!" Dengan cepat, ia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dan berteriak, "Semua murid yang setia padaku! Bunuh mereka!"Saat Tian Ju berteriak lantang, puluhan murid yang setia kepadanya langsung bergerak maju dengan pedang terhunus, mencoba menyerang Ji Liong dan keempat Pelindung Naga. Mereka mengerahkan seluruh keberanian dan kekuatan mereka, yakin bahwa jumlah mereka yang banyak akan mamp

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 58: Kembalinya Sang Ketua

    Malam masih pekat saat Ji Liong bersama keempat Pelindung Naga bergerak menuju Tian Gong Pai. Perjalanan mereka penuh dengan kewaspadaan, sebab mereka tahu musuh bisa saja mengintai kapan saja. Angin dingin dari Pegunungan Qilian berhembus menerpa mereka, membawa kesunyian yang menegangkan."Kita hampir sampai," kata Pelindung Naga Timur, yang berjalan di depan.Dari kejauhan, siluet bukit Tian Gong mulai terlihat. Sekte yang pernah menjadi tempat Ji Liong tumbuh dan berkembang kini tampak seperti benteng yang dipenuhi penjaga. Cahaya obor berjejer di sepanjang gerbang utama, menandakan kesiapan para pengawal untuk menghadapi siapa pun yang mencoba masuk tanpa izin.Saat mereka tiba di depan gerbang utama, beberapa sosok berjubah gelap muncul dari bayangan. Para penjaga Tian Gong Pai yang seharusnya mengenali mereka malah berdiri dengan siaga, menatap mereka dengan tatapan penuh kecurigaan."Berhenti di situ!" salah satu penjaga berseru. "Tidak ada yang boleh masuk tanpa izin ketua ka

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 57: Rencana Kembali ke Tian Gong Pai

    Malam yang sunyi di pegunungan Qilian di perbatasan Gansu dan Qinghai. Angin berhembus lembut membawa aroma tanah yang basah. Di sebuah paviliun yang terletak di puncak bukit, Ji Liong duduk dengan tenang, menatap langit yang dipenuhi bintang. Ia baru saja kembali dari pertempuran melawan beberapa murid Kong Tong Pai, membawa suami istri orang tua dari ketua mereka.Tak lama, suara langkah kaki mendekat. Empat sosok berjubah gelap muncul dan membungkuk hormat di hadapannya. Mereka adalah Empat Pelindung Naga Tian Gong Pai, para pengawal setia yang telah bersumpah untuk melindungi sekte dan pemimpinnya dengan nyawa mereka.Pelindung Naga Timur, yang bertubuh tinggi dengan wajah tajam, maju pertama kali. "Ketua, selama beberapa hari ini aku menyusup ke Shaolin dan Butong untuk menggali informasi. Mereka mulai menaruh prasangka dengan kita menduga Tian Gong Pai menyusun kekuatan untuk menantang mereka. Namun, hingga saat ini mereka belum bergerak secara terang-terangan."Ji Liong mengang

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 56. Pertarungan Sengit Murid Utama Kong Tong Pai

    Ji Liong menatap ke arah Pemuda Kong Tong Pai dihadapannya. Ia mencari pemuda inilah yang menyamar sebagai dirinya. Namun sepertinya, pemuda itu tidak bersama mereka.Pemuda Kong Tong Pai tersenyum tipis, tetapi matanya tajam, penuh percaya diri. "Jadi kaulah yang telah membuat kekacauan di sini? Beraninya kau menyusup ke wilayah kami dan berusaha membawa tawanan kami?"Ji Liong tetap berdiri tegap, tidak menunjukkan reaksi apapun. Matanya meneliti pemuda itu dengan saksama, mencoba mengukur kekuatan lawannya. Ia dapat merasakan aura yang cukup kuat dari pemuda itu, menandakan bahwa ia bukanlah pendekar sembarangan."Lepaskan mereka," Ji Liong berkata dingin. "Atau aku akan membuat tempat ini menjadi kuburan bagi kalian."Pemuda itu tertawa kecil, lalu mengangkat tangannya, memberi isyarat kepada anak buahnya agar tetap waspada. Ia pun maju. "Kau sombong sekali. Aku, Liang Houw, murid utama Kongtong Pai, ingin melihat seberapa kuat kau sebenarnya."Tanpa peringatan, Liang Houw melesat

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 55: Topeng Harimau Pembawa Malapetaka

    "Cukup bicara," kata lelaki tua itu akhirnya. "Jangan bermimpi bisa keluar dari tempat ini. Nasib kalian bergantung pada keputusan anak kalian sendiri. Jika ia berhasil menjalankan perannya, kalian akan tetap hidup. Jika tidak..." Ia membiarkan kata-katanya menggantung, tetapi ancaman itu jelas.Dengan itu, lelaki tua itu berbalik dan berjalan keluar ruangan, diikuti oleh dua pengawal setianya. Setelah memastikan keadaan aman, Ji Liong menarik napas dalam-dalam dan mulai bergerak perlahan. Ia harus pergi sebelum seseorang menyadari kehadirannya.Dengan gerakan yang nyaris tak terdengar, ia menutup kembali genteng yang ia angkat tadi dan mundur perlahan. Ia harus memastikan tidak meninggalkan jejak. Setelah itu, dengan kecepatan dan ketangkasan luar biasa, ia melompat ke atap lainnya, bergerak lincah seperti bayangan malam.Ketika akhirnya ia berhasil keluar dari lingkungan rumah itu, Ji Liong berhenti sejenak di salah satu sudut gelap desa, mengatur nafasnya. Ia mendapatkan informasi

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 54. Sang Dalang Pembuat Bencana

    Setelah menyantap hidangan dan mendapatkan beberapa informasi berharga, Ji Liong meninggalkan kedai teh dengan langkah tenang. Namun, dalam benaknya, pikirannya berputar dengan cepat, mengolah setiap kata yang tadi ia dengar. Jika benar pemuda dari Kongtong Pai itu berpura-pura menjadi Ketua Tian Gong Pai, maka ada dalang di balik semua ini. Tak mungkin seorang pemuda biasa bisa begitu saja mengklaim posisi sekte besar tanpa dukungan dari pihak yang lebih kuat.Ji Liong berjalan menyusuri desa Qingyuan, matanya mengamati setiap sudut jalan yang mulai lengang seiring dengan tenggelamnya matahari di ufuk barat. Setelah memastikan bahwa tak ada yang memperhatikannya, ia menuju rumah pemuda yang menjadi pembicaraan mereka tadi. Rumah itu lebih besar dan lebih mewah dibandingkan rumah-rumah lain di desa ini, dengan tembok batu yang tinggi dan gerbang kayu yang dijaga oleh dua orang bersenjata. Dari cara mereka berdiri, jelas mereka bukan sekadar penjaga biasa, melainkan orang-orang yang te

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 53: Mencari Jejak Sang Ketua Palsu

    Angin dingin berhembus di puncak pegunungan yang bersebelahan dengan bukit Hoasan. Kabut tipis menyelimuti tempat itu, menciptakan suasana yang suram dan penuh misteri. Ji Liong berdiri tegak di tepi jurang, memandang lurus ke arah bukit Hoasan dengan ekspresi muram. Matanya yang tajam tampak menerawang, seolah mencoba mencari jawaban dari sekian banyak pertanyaan yang berputar di benaknya.Di belakangnya, empat lelaki berjubah putih berlutut dalam diam. Keempatnya adalah Empat Naga Pelindung Sekte Istana Langit, Tian Gong Pai, sosok-sosok setia kepada Tian Gong Pai, terutapa kepada Ji Liong yang nama aslinya Tian Long itu.. Mereka adalah Naga Pelindung Utara, Timur, Selatan, dan Barat pilar-pilar kekuatan Tian Gong Pai yang selama ini menjaga kehormatan sekte.Keempatnya menundukkan kepala, menunggu perintah Ji Liong. Hanya suara desir angin yang terdengar di antara mereka sebelum akhirnya Ji Liong berbicara."Sepertinya jatuhnya aku ke jurang memang disengaja," ucapnya pelan namun t

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 52: Kebangkitan yang Mengejutkan

    Wei Zhiang masih berlutut di hadapan Ji Liong. Matanya menatap lurus ke tanah, sementara tubuhnya sedikit gemetar, entah karena perasaan bersalah atau ketakutan yang belum sirna sepenuhnya. Hening menyelimuti tempat itu sejenak sebelum Ji Liong akhirnya berbicara dengan suara tegas."Berdirilah, Wei Zhiang," perintahnya.Tanpa ragu, Wei Zhiang segera bangkit. Matanya yang tajam kini menatap Ji Liong dengan penuh penghormatan. Ia masih belum sepenuhnya memahami bagaimana pemuda yang tampak biasa ini bisa memancarkan aura yang begitu luar biasa.Ji Liong kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Huan Sie Ji yang masih terduduk lemah. "Lam Juan, amankan dia. Kita lihat bagaimana dia masih bisa berpura-pura."Lam Juan mengangguk dan segera melangkah mendekati Huan Sie Ji. Namun, saat tangannya hendak menyentuh bahu pria tua itu, sesuatu yang mengejutkan terjadi.Tatapan Huan Sie Ji yang sebelumnya redup kini berubah tajam. Seketika, hawa membunuh yang sangat kuat meledak dari tubuhnya. La

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status