Share

Bab 2: Penghinaan besar

Penulis: Junaidi Al Banjari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-29 09:29:13

Di depan kediaman keluarga Hu, suasana semakin tegang. Ji Bao Oek menatap tajam ke arah Hu Chuan, seolah tak percaya bahwa penghinaan seterang ini bisa keluar dari seorang kepala keluarga besar yang terhormat. Sebelum ia sempat menanggapi, terdengar suara lembut namun tegas dari balik pintu.

"Dia memang cacat!"

Suara itu terdengar tenang, namun menambah bara api dalam hati Ji Bao Oek. Sosok seorang gadis muncul dari balik pintu, mengenakan pakaian biru muda yang anggun. Rambutnya tergerai panjang, dan parasnya yang cantik serta penuh percaya diri membuat orang-orang sekitar terdiam sejenak. Ia adalah Hu Ling Lian, putri kebanggaan keluarga Hu yang menjadi alasan lamaran ini dilakukan.

“Apa maksudmu, Hu Socia (nona Hu)?” Ji Bao Oek berbicara dengan nada lebih keras. Ia tidak terima putranya dihina, terutama di hadapan keluarga besar Hu dan para muridnya. Nada suaranya mengandung kemarahan yang tertahan, namun wajahnya masih berusaha tenang.

Namun, Hu Ling Lian tetap tenang. Ia memandang Ji Bao Oek dengan sorot mata dingin. “Silakan tanyakan pada putramu sendiri, Paman Ji. Dia pasti bisa menjelaskan apa yang aku maksud.”

Ji Bao Oek tertegun sejenak, namun tatapannya segera beralih kepada Ji Liong, yang berdiri di sisinya dengan wajah tertunduk. Nalurinya merasakan ada yang tidak beres. Ia meraih bahu putranya dan mengguncangnya lembut. “Liong-er, apa yang sebenarnya terjadi? Jelaskan padaku.”

Ji Liong menggigit bibirnya, terlihat ragu, namun akhirnya ia menghela napas berat. Dengan suara pelan yang penuh dengan penyesalan, ia berkata, “Ayah… aku tidak bisa lagi menggunakan ilmu bela diri. Beberapa nadi penting dalam tubuhku… putus. Bahkan untuk menggunakan tenaga kasar biasa pun, aku kesulitan.”

Kata-kata itu bagaikan pukulan keras bagi Ji Bao Oek. Ia terdiam, merasakan tubuhnya gemetar. Ia tak menyangka anaknya yang berbakat dan tangguh ini bisa mengalami nasib yang begitu tragis. Ia bahkan tersurut mundur beberapa langkah, memandang putranya dengan sorot mata penuh kesedihan dan kekecewaan. 

“Bagaimana bisa…? Siapa yang melakukan ini padamu?” ucapnya.

Sebelum Ji Liong sempat menjawab, suara Pendekar Hu  Chuan terdengar dingin. “Apakah aku salah jika membatalkan pernikahan ini, Tuan Ji? Aku tak ingin anakku menghabiskan hidupnya hanya untuk mengurus seseorang yang tak bisa melindunginya, bahkan melindungi dirinya sendiri.”

Kata-kata itu menghantam Ji Bao Oek lebih keras dari serangan apa pun yang pernah ia terima dalam hidupnya. Wajahnya memucat, matanya berkaca-kaca, namun ia menahan air matanya. Ia tidak ingin mempermalukan dirinya lebih jauh. Tanpa berkata lagi, ia membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi, memberi isyarat pada para murid dan pengikutnya untuk mengikutinya.

Namun, sebelum ia benar-benar pergi, Ji Liong yang telah menahan emosinya tiba-tiba berteriak dengan suara bergetar, “Aku cacat karena kau, Siauw-moi (adinda)! Mengapa kau begitu tega menghancurkan keluargaku?”

Suara Ji Liong menggema di halaman itu, menarik perhatian semua orang. Hu Ling Lian menatapnya dengan pandangan dingin, seolah tuduhan itu tidak berarti baginya. “Kakak Ji Liong, aku tidak pernah memaksamu melakukannya. Semua kau lakukan dengan sukarela!”

Ji Bao Oek yang mendengar itu tersentak. Ia menoleh dengan tatapan tak percaya, mencari penjelasan dari raut wajah anaknya. “Liong, apa yang sebenarnya terjadi? Jelaskan padaku!”

Sesaat Ji Liong tampak ragu. Ia memandang Hu Ling Lian dan Ji Bao Oek bergantian. Seolah ia ingin mempertegas hatinya, siapa yang harus ia ikuti.

Ji Liong menghela napas panjang, lalu mengangkat wajahnya dengan pandangan sedih yang bercampur kecewa. Ia mengalihkan tatapannya dari wajah ayahnya ke arah Hu Chuan. “Paman Hu, Ayah… beberapa hari yang lalu, aku dan Hu moi-moi melakukan latihan bersama. Hu moi-moi mengatakan bahwa ia sedang mempelajari ilmu tenaga sakti langka yang hanya dapat disempurnakan dengan bantuan aliran tenaga dalam dari orang lain.”

Ji Bao Oek menyipitkan matanya, mencoba memahami maksud ucapan putranya. Sementara itu, Hu Ling Lian tetap berdiri dengan tatapan yang dingin dan tenang, tidak menunjukkan sedikit pun rasa bersalah.

“Awalnya, aku tidak merasa curiga,” lanjut Ji Liong, suaranya semakin berat. “Hu moi-moi terlihat kesulitan, dan aku pikir menyalurkan sebagian tenaga dalamku akan membantunya. Namun, saat proses itu berlangsung, aku merasakan tenagaku disedot semakin cepat. Dan sebelum aku menyadari, aliran tenaga dalamku terasa seperti terserap sepenuhnya.”

Hu Ling Lian menyeringai kecil, menatap Ji Liong dengan senyum tipis yang membuat suasana di sekitar semakin mencekam.

“Begitu tenagaku habis, aku terjatuh. Nadi-nadi penting di tubuhku seakan tersumbat, dan aku tak bisa mengumpulkan tenaga dalam lagi,” lanjut Ji Liong, suaranya bergetar menahan kemarahan dan rasa sakit. “Saat itu, Hu moi-moi berkata akan mengusahakan pengobatan dan tidak akan meninggalkanku. Tapi nyatanya, hari ini… ia dan keluarganya justru mempermalukan kita di depan orang banyak.”

Mendengar pengakuan putranya, Ji Bao Oek merasa dadanya seperti terbakar amarah. Tiba-tiba ia melangkah maju, tinjunya mengepal, wajahnya merah padam. Sorot matanya berubah tajam, memancarkan kebencian dan tekad untuk membalas penghinaan ini.

“Hu Socia!” teriaknya, suaranya menggema di halaman itu. “Kau sungguh gadis tak tahu diri! Setelah mencelakai anakku, kau masih berani berdiri di sini dengan wajah tanpa rasa bersalah?”

Ji Bao Oek mengangkat tangannya, bersiap menyerang Hu Ling Lian. Namun sebelum serangan itu benar-benar dilepaskan, Hu Chuan, ayah Hu Ling Lian, melangkah cepat dan berdiri di depan putrinya, mengangkat satu tangan untuk menghalangi serangan Ji Bao Oek.

“Tuan Ji, jangan bertindak gegabah!” seru Hu Chuan dengan nada tegas. Matanya memandang langsung ke arah Ji Bao Oek, memperingatkan dengan sorot yang penuh ancaman.

Ji Bao Oek berhenti, tapi sorot matanya penuh dendam. “Putrimu telah menghancurkan masa depan putraku! Ini bukan hanya soal harga diri, Hu Chuan, tapi juga keadilan!”

Namun, sebelum Ji Bao Oek sempat melanjutkan kata-katanya, beberapa sosok mulai berdatangan di halaman kediaman keluarga Hu. Mereka adalah orang-orang sakti dan kerabat terdekat Hu Chuan, masing-masing berdiri dengan tenang namun memancarkan aura kekuatan yang tak terbantahkan. Mereka semua mengenakan pakaian berbeda, menandakan status mereka sebagai pendekar dari berbagai aliran yang memiliki hubungan baik dengan keluarga Hu.

Ji Bao Oek menyadari bahwa situasinya semakin genting. Meski hatinya membara oleh kemarahan, ia juga tahu bahwa jika pertarungan ini berlanjut, ia tidak hanya membahayakan dirinya, tapi juga para murid serta kedua anaknya yang berada di sini. Mata Ji Bao Oek berkaca-kaca, memandang putranya yang terluka dan menghadapi kenyataan pahit ini. Dengan berat hati, ia merendahkan tangannya yang sudah terangkat.

“Baiklah, Hu Chuan,” katanya dengan suara yang bergetar. “Kau boleh merasa menang hari ini. Tapi ingat, penghinaan ini tak akan aku lupakan!”

Dengan pandangan penuh kebencian, Ji Bao Oek membalikkan badan dan memberi isyarat pada murid-muridnya untuk mengikuti. Para pengikutnya tampak cemas namun tetap setia mengikuti langkahnya meninggalkan halaman kediaman keluarga Hu.

Namun, sebelum benar-benar pergi, Ji Liong yang berada di belakang rombongan menoleh dan menatap Hu Ling Lian dengan tatapan penuh kesedihan dan kekecewaan. Ia menggelengkan kepalanya pelan, seolah menyadari bahwa cinta dan kepercayaannya selama ini hanyalah angannya belaka.

“Akan kuingat hari ini Hu Socia. Dan kujamin kau akan menyesalinya,” ucap Ji Liong kemudian meninggalkan tempat mengikuti rombongannya. Kemarahan nampak pada dirinya sehingga mengganti panggilan Siauw-moi menjadi Socia.

Bab terkait

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 3 - Harga Diri yang Terinjak

    Setelah peristiwa memalukan di kediaman Pendekar Hu, Ji Bao Oek dan rombongannya kembali ke Kim Kiam Pay. Wajah-wajah muridnya tampak muram, menyiratkan luka batin yang mereka alami. Ji Bao Oek memutuskan untuk tidak lagi membahas kejadian itu, berharap agar perlahan peristiwa itu menghilang dari ingatan semua orang. Namun, harapan itu sirna. Entah siapa yang membocorkan aib mereka, kabar tentang kekalahan dan penghinaan yang diterima dari keluarga Hu menyebar cepat ke seluruh desa Hongye. Kabar tersebut menghancurkan Ji Liong. Setiap kali ia berjalan di sekitar desa, ia harus menghadapi pandangan mengejek dari orang-orang, sering kali diiringi bisikan-bisikan tajam yang menusuk batinnya. Beberapa warga bahkan terang-terangan mengatai dirinya sebagai pemuda yang tak berguna, tak lebih dari sampah. Kata-kata itu berulang kali terngiang dalam pikirannya, seperti racun yang perlahan-lahan merusak harga dirinya.Suatu hari, ketika Ji Liong berjalan di sekitar desa bersama adiknya, Ji Xi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 4 - Bangkitnya sebuah kekuatan

    Sosok bertopeng yang tinggi dan berotot mendekati Ji Liong dan Ji Xiu Yan yang tengah terduduk tak berdaya. Wajahnya yang tersembunyi di balik topeng hanya menampilkan sepasang mata tajam yang memancarkan sinar ejekan dan keangkuhan. Bibirnya menyeringai, dan tangannya terulur, nyaris menyentuh wajah Ji Xiu Yan yang pucat karena luka dan kelelahan. Di balik sisa-sisa kekuatannya, Xiu Yan menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.Namun, sebelum tangan kotor itu berhasil menyentuhnya, Ji Liong dengan sisa-sisa tenaganya menepisnya sambil melepaskan pukulan yang ditujukan ke wajah pria bertopeng tersebut. Sayangnya, pukulan itu bahkan tidak menggores sedikit pun kulit lawan. Sebaliknya, pria bertopeng itu dengan santai mengayunkan lengan bajunya, menyentil tangan Ji Liong hingga pemuda itu terlempar ke tanah. Ji Liong terjatuh keras, merasa seluruh tubuhnya nyeri dan pandangannya berkunang-kunang.Melihat kakaknya tersungkur dengan mudah, Xiu Yan tidak bisa menahan amarahnya. Dengan sis

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 5: Goresan Di Batang Pohon

    Beberapa hari setelah kejadian penyerangan, suasana di Perguruan Pedang Emas masih dibayangi kecemasan. Ji Bao Oek, sang ketua, akhirnya pulang setelah menyelesaikan urusannya di sebuah kota terdekat. Kedatangannya segera disambut dengan wajah lega oleh para murid dan pengurus perguruan. Mereka semua merasa lebih tenang, mengira bahwa kehadiran ketua mereka akan mampu menjaga kedamaian yang sempat terusik.Namun, ketika Ji Bao Oek menuruni tangga aula utama, tatapan matanya penuh kekhawatiran. Sebelum sempat menanyakan apa yang terjadi, Ji Xiu Yan, putrinya, sudah menghampirinya dengan wajah yang masih pucat. "Thia (ayah)... Kau harus mendengarkan ceritaku. Beberapa waktu lalu kami diserang. Lima orang berilmu tinggi menyerang perguruan ini dan nyaris membuat kami semua tewas."Mendengar hal ini, Ji Bao Oek langsung menajamkan pandangannya. Ia memandang putrinya dengan sorot penuh perhatian, seolah-olah ingin menangkap setiap detail dari cerita yang hendak disampaikan. "Teruskan, Yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 6: Ketegangan dan Rahasia yang Tersembunyi

    Beberapa hari telah berlalu sejak penyerangan di kediaman Ji Bao Oek, namun bayang-bayang ancaman masih terasa menggelayuti seisi perguruan Kim Kiam Pay. Para murid senior dan tetua mulai berjaga lebih ketat, senantiasa waspada terhadap setiap gerakan mencurigakan. Para pendekar muda yang biasanya berlatih di pelataran utama kini berlatih dalam diam, setiap pukulan mereka mengandung ketegangan yang tak biasa, seolah-olah mereka tengah mempersiapkan diri menghadapi badai yang lebih besar. Di tengah hiruk pikuk persiapan itu, Ji Liong, putra tertua Ji Bao Oek, tampak sering melamun. Tubuhnya hadir di pelataran latihan, namun pikirannya seakan jauh terbang meninggalkan Kim Kiam Pay. Matanya kosong, menatap jauh ke arah gunung dan lembah di kejauhan, seakan mencari sesuatu yang tak bisa ia temukan. Ji Xiu Yan, adik angkatnya, menyaksikan perubahan pada Ji Liong dengan perasaan sedih yang dalam. Di benaknya, ia menduga bahwa kegalauan hati Ji Liong disebabkan oleh kegagalannya memena

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 1: Pengkhianatan

    Malam itu, angin gunung berhembus kencang menerpa puncak tempat berdirinya Tian Gong Pay atau Sekte Istana Langit, sebuah sekte besar yang dikenal anggotanya memiliki ilmu dan kesaktian di atas rata-rata. Bahkan konon kemampuan rata-rata petinggi sekte ini melebihi rata-rata kekuatan ketua sekte enam perguruan besar, Shaolin, Butong, Kunlun, Hwasan, Kongtong, Dan Gobi.Tian Long, ketua sekte ini yang terbilang masih sangat muda dengan usianya 17 tahun, baru saja mewarisi jabatan dari sang Kakek. Kini ia sedang berada di ruang latihan rahasia untuk menyempurnakan ilmu Sian Jie Sin Kang atau Tenaga Sakti Alam Dewa, ilmu tenaga sakti yang konon merupakan ilmu langka yang telah lama punah.Shen Jie Sin Kang hanya pernah dikuasai sempurna oleh pencipta ilmu ini. Selanjutnya para pendekar sakti pewarisnya hanya bisa menguasai paling banyak 2 tingkatan dari 7 tingkatan ilmu langka ini. Itupun sudah seratus tahun berlalu, dan para pendekar tersebut tak ada jejaknya lagi di dunia persilatan.K

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29

Bab terbaru

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 6: Ketegangan dan Rahasia yang Tersembunyi

    Beberapa hari telah berlalu sejak penyerangan di kediaman Ji Bao Oek, namun bayang-bayang ancaman masih terasa menggelayuti seisi perguruan Kim Kiam Pay. Para murid senior dan tetua mulai berjaga lebih ketat, senantiasa waspada terhadap setiap gerakan mencurigakan. Para pendekar muda yang biasanya berlatih di pelataran utama kini berlatih dalam diam, setiap pukulan mereka mengandung ketegangan yang tak biasa, seolah-olah mereka tengah mempersiapkan diri menghadapi badai yang lebih besar. Di tengah hiruk pikuk persiapan itu, Ji Liong, putra tertua Ji Bao Oek, tampak sering melamun. Tubuhnya hadir di pelataran latihan, namun pikirannya seakan jauh terbang meninggalkan Kim Kiam Pay. Matanya kosong, menatap jauh ke arah gunung dan lembah di kejauhan, seakan mencari sesuatu yang tak bisa ia temukan. Ji Xiu Yan, adik angkatnya, menyaksikan perubahan pada Ji Liong dengan perasaan sedih yang dalam. Di benaknya, ia menduga bahwa kegalauan hati Ji Liong disebabkan oleh kegagalannya memena

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 5: Goresan Di Batang Pohon

    Beberapa hari setelah kejadian penyerangan, suasana di Perguruan Pedang Emas masih dibayangi kecemasan. Ji Bao Oek, sang ketua, akhirnya pulang setelah menyelesaikan urusannya di sebuah kota terdekat. Kedatangannya segera disambut dengan wajah lega oleh para murid dan pengurus perguruan. Mereka semua merasa lebih tenang, mengira bahwa kehadiran ketua mereka akan mampu menjaga kedamaian yang sempat terusik.Namun, ketika Ji Bao Oek menuruni tangga aula utama, tatapan matanya penuh kekhawatiran. Sebelum sempat menanyakan apa yang terjadi, Ji Xiu Yan, putrinya, sudah menghampirinya dengan wajah yang masih pucat. "Thia (ayah)... Kau harus mendengarkan ceritaku. Beberapa waktu lalu kami diserang. Lima orang berilmu tinggi menyerang perguruan ini dan nyaris membuat kami semua tewas."Mendengar hal ini, Ji Bao Oek langsung menajamkan pandangannya. Ia memandang putrinya dengan sorot penuh perhatian, seolah-olah ingin menangkap setiap detail dari cerita yang hendak disampaikan. "Teruskan, Yan

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 4 - Bangkitnya sebuah kekuatan

    Sosok bertopeng yang tinggi dan berotot mendekati Ji Liong dan Ji Xiu Yan yang tengah terduduk tak berdaya. Wajahnya yang tersembunyi di balik topeng hanya menampilkan sepasang mata tajam yang memancarkan sinar ejekan dan keangkuhan. Bibirnya menyeringai, dan tangannya terulur, nyaris menyentuh wajah Ji Xiu Yan yang pucat karena luka dan kelelahan. Di balik sisa-sisa kekuatannya, Xiu Yan menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.Namun, sebelum tangan kotor itu berhasil menyentuhnya, Ji Liong dengan sisa-sisa tenaganya menepisnya sambil melepaskan pukulan yang ditujukan ke wajah pria bertopeng tersebut. Sayangnya, pukulan itu bahkan tidak menggores sedikit pun kulit lawan. Sebaliknya, pria bertopeng itu dengan santai mengayunkan lengan bajunya, menyentil tangan Ji Liong hingga pemuda itu terlempar ke tanah. Ji Liong terjatuh keras, merasa seluruh tubuhnya nyeri dan pandangannya berkunang-kunang.Melihat kakaknya tersungkur dengan mudah, Xiu Yan tidak bisa menahan amarahnya. Dengan sis

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 3 - Harga Diri yang Terinjak

    Setelah peristiwa memalukan di kediaman Pendekar Hu, Ji Bao Oek dan rombongannya kembali ke Kim Kiam Pay. Wajah-wajah muridnya tampak muram, menyiratkan luka batin yang mereka alami. Ji Bao Oek memutuskan untuk tidak lagi membahas kejadian itu, berharap agar perlahan peristiwa itu menghilang dari ingatan semua orang. Namun, harapan itu sirna. Entah siapa yang membocorkan aib mereka, kabar tentang kekalahan dan penghinaan yang diterima dari keluarga Hu menyebar cepat ke seluruh desa Hongye. Kabar tersebut menghancurkan Ji Liong. Setiap kali ia berjalan di sekitar desa, ia harus menghadapi pandangan mengejek dari orang-orang, sering kali diiringi bisikan-bisikan tajam yang menusuk batinnya. Beberapa warga bahkan terang-terangan mengatai dirinya sebagai pemuda yang tak berguna, tak lebih dari sampah. Kata-kata itu berulang kali terngiang dalam pikirannya, seperti racun yang perlahan-lahan merusak harga dirinya.Suatu hari, ketika Ji Liong berjalan di sekitar desa bersama adiknya, Ji Xi

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 2: Penghinaan besar

    Di depan kediaman keluarga Hu, suasana semakin tegang. Ji Bao Oek menatap tajam ke arah Hu Chuan, seolah tak percaya bahwa penghinaan seterang ini bisa keluar dari seorang kepala keluarga besar yang terhormat. Sebelum ia sempat menanggapi, terdengar suara lembut namun tegas dari balik pintu."Dia memang cacat!"Suara itu terdengar tenang, namun menambah bara api dalam hati Ji Bao Oek. Sosok seorang gadis muncul dari balik pintu, mengenakan pakaian biru muda yang anggun. Rambutnya tergerai panjang, dan parasnya yang cantik serta penuh percaya diri membuat orang-orang sekitar terdiam sejenak. Ia adalah Hu Ling Lian, putri kebanggaan keluarga Hu yang menjadi alasan lamaran ini dilakukan.“Apa maksudmu, Hu Socia (nona Hu)?” Ji Bao Oek berbicara dengan nada lebih keras. Ia tidak terima putranya dihina, terutama di hadapan keluarga besar Hu dan para muridnya. Nada suaranya mengandung kemarahan yang tertahan, namun wajahnya masih berusaha tenang.Namun, Hu Ling Lian tetap tenang. Ia memandan

  • SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA)   Bab 1: Pengkhianatan

    Malam itu, angin gunung berhembus kencang menerpa puncak tempat berdirinya Tian Gong Pay atau Sekte Istana Langit, sebuah sekte besar yang dikenal anggotanya memiliki ilmu dan kesaktian di atas rata-rata. Bahkan konon kemampuan rata-rata petinggi sekte ini melebihi rata-rata kekuatan ketua sekte enam perguruan besar, Shaolin, Butong, Kunlun, Hwasan, Kongtong, Dan Gobi.Tian Long, ketua sekte ini yang terbilang masih sangat muda dengan usianya 17 tahun, baru saja mewarisi jabatan dari sang Kakek. Kini ia sedang berada di ruang latihan rahasia untuk menyempurnakan ilmu Sian Jie Sin Kang atau Tenaga Sakti Alam Dewa, ilmu tenaga sakti yang konon merupakan ilmu langka yang telah lama punah.Shen Jie Sin Kang hanya pernah dikuasai sempurna oleh pencipta ilmu ini. Selanjutnya para pendekar sakti pewarisnya hanya bisa menguasai paling banyak 2 tingkatan dari 7 tingkatan ilmu langka ini. Itupun sudah seratus tahun berlalu, dan para pendekar tersebut tak ada jejaknya lagi di dunia persilatan.K

DMCA.com Protection Status