Fandi, bekerja di sebuah kelompok yang terlibat secara langsung dalam hal jual beli manusia. Fandi besar dan dididik oleh kelompok itu untuk suatu saat kemudian hari menjadi salah satu pemimpin di sana. Sesekali, Fandi juga keluar untuk menetapkan target, melakukan pendekatan dan lalu menculiknya. Kelompok hanya memilih orang yang tidak memiliki siapa pun, agar tidak akan ada tindakan dari pihak keluarga sandera yang akan membahayakan kelom[pok di kemudian hari. Saat melakukan pengintaian dan telah menentukan korbannya. Di tengah proses pendekatan, dia jatuh cinta pada korbannya. Fandi menyembunyikan fakta jika dia mengintai gadis itu, dia bermaksud mengganti gadisnya dengan gadis lain yang akan dia jadikan korban. Sebelum apa yang dia rencanakan terjadi, pihak kelompok sudah mengetahui keberadaan gadis itu. Mereka melakukan penculikan tanpa sepengetahuan Fandi. Saat tahu, Fandi marah besar. Dia melawan apa pun untuk membebaskan sang kekasih. Fandi berhasil dan lari dari kelompok. Kelompok memburunya dan melakukan banyak hal untuk menangkap pengkhianat seperti Fandi. Akankah Fandi berhasil? Menyelamatkan kekasihnya, melancarkan dendamnya.
View MoreDesember 2020 Angin sepoi, suara burung yang menyanyi membuat Fandy mengeratkan pelukannya. “Fandy, ini sudah siang. Lepaskan aku.” Sinar matahari masuk di sela tirai, saat Cahaya akan membangunkan suaminya itu, Fandy justru menariknya dan memeluknya. “Aku mencintaimu.” Fandy masih memejamkan mata, dia menggerakkan tangannya dan mengelus perut Cahaya. “Bagaimana dia hari ini?” Cahaya tersenyum, dia menyandarkan kepala di dada Fandy. ”Dia baik, besok pagi jadwalnya bertemu dengan Dokter. Kamu bisa menemani kami?” Fandi menganggukkan kepala. “Aku sangat bahagia. Terima kasih sayang.” Cahaya mengangkat wajahnya dan menatap Fandi. “Aku juga sangat berterima kasih. Kamu membuatku merasa memiliki keluarga.” “Bukan hanya merasa, kita keluarga sungguhan.” Cahaya menganggukkan kepala lalu kembali memeluk suaminya itu dengan sangat erat. “Aku sangat mencintaimu.” Fandi menghela napas lega dan membalas pelukan Cahaya. “Aku sangat mencintaimu.” “Sekarang ayo sarapan, aku sudah menyiapkan
“Aku akan pulang malam. Pak lurah mengajakku ikut dengannya ke kebun miliknya. Jangan lupa kunci pintu saat mulai petang, tidur awal. Oke.” Fandy membelai kepala Cahaya dan tersenyum manis.Cahaya membalas senyuman itu, dia mengangguk sekilas lalu memeluk Fandy. “Jangan terlalu khawatir. Aku bisa jaga diri. Kamu hati-hati di jalan.”Pelukan keduanya merenggang, saat pak lurah datang bersama mobilnya membuyarkan pelukan hangat itu. “Ayo. Teruskan pelukan kalian nanti ya?” Goda Pak Lurah sambil tersenyum melihat bagaimana Fandy dan Cahaya saling bersikap.
November 2020Lari dari sepasang kaki kecil, di tambah dengan suara tawa riang beberapa anak lainnya, membuat Cahaya menoleh dan menatap ke arah luar.Dia dan Fandy sudah berada di sini selama sepekan. hari ini mereka akan menikah, mengucapkan janji manis untuk sehidup semati.Fandy sudah ada di luar, dia mengenakan kemeja dan celana dengan warna putih bersih, sedang Cahaya mengenakan gaun sederhana dengan warna senada. Di tambah dengan seikat bunga buatan anak-anak untuk hari bahagianya ini.
Fandy menghentikan mobilnya di depan sebuah bilik telepon umum. Dia menatap Cahaya sesaat dan tersenyum. “Aku akan menghubungi temanku sebentar, aku ingin membuat identitas baru buat kita.”Cahaya menganggukkan kepala tanpa bertanya lagi. Fandy keluar dan masuk ke bilik telepon. Sesaat dia menoleh dan menatap Cahaya, setelah itu Fandy menekan nomor ponsel teman yang akan dia tuju.Kalau saja menggunakan ponselnya masih memungkinkan, tapi dia tidak mau mengambil risiko itu. Kelompok pasti sudah melacak dan akan segera tahu di mana dia dan Cahaya.
Cahaya membuka air mineral di tangannya dan meminum dengan pelan, sesekali melirik Fandy yang sedang asyik menyantap makan siangnya.Fandy tersenyum saat bertemu mata dengan kekasihnya itu. “Kenapa?”Cahaya menggelengkan kepala. “Tidak apa-apa.” Gadis itu kembali menutup air mineralnya dan menghela napas tipis.“Jika ada yang ingin kamu katakan, tidak apa-apa. Bahkan jika itu menyakitkan.” Fandy tersenyum lagi, dia tidak ingin Cahaya terbebani oleh masalah yang sed
Fandi menoleh sesaat dan tersenyum. Dia menatap kekasihnya itu dan menggenggam tangannya. Fandi kembali fokus ke jalan di depannya.Cahaya tersipu. Dia menatap tangannya sendiri yang kini sedang saling menggenggam dengan tangan Fandi. Perasaan berdebarnya masih sangat jelas meski mereka sudah memiliki hubungan romantis cukup lama.Cahaya tersenyum dan mengeratkan genggamannya. Bayangan tentang percintaan mereka semalam membuatnya sangat malu dan juga senang. Ternyata bercinta dalam pelarian itu lebih mendebarkan.Fandi menghela napas tipis. Dia sangat bahagia hari ini, terlepas dari kondisi yang tengah mereka hadapi saat ini.Bahkan, karena terlalu bahagia dan berdebar. Fandi tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana.Cahaya juga sama, dia dalam kondisi pikiran yang serupa. Dia terus memutar kepalanya memikirkan bagaimana dia akan memulai pembicaraan, ucapan apa yang harus dia katakan terlebih dahulu.“Bagaimana jika kita cari makan dulu? Kam
Oktober 2020Fandi menatap kedua tangan Petra, lalu menatap kedua mata anak buahnya itu. Fandi maju, tanpa rasa takut dia meninggikan nada suaranya. “Lepaskan Cahaya, atau ...” Fandi mengepalkan tangannya. “Kalian semua akan mati di tanganku.”Petra tersenyum sekilas. “Maaf, sehebat apa pun dirimu. Kamu kalah jumlah dengan kami. Sebaiknya menyerah. Sebelum semuanya menjadi semakin kacau.” Sejujurnya, pria itu sangat berharap Fandi tidak meneruskan pemberontakannya. Hanya karena seorang wanita, Petra yakin, Fandi akan kehilangan segala yang dia miliki saat ini.
Oktober 2019“Hari ini.” Tania menoleh sambil senyum licik di wajah cantiknya. “Lakukan rencana kita hari ini.” Tania berdiri lalu melangkah keluar dengan anggun.Beberapa anak buah yang baru saja di ajaknya bicara menganggukkan kepala mengerti.Tania keluar, dia mencari keberadaan Fandi, pria itu harus dia alihkan supaya tidak mengunjungi gadis sialan itu. Tania tersenyum senang dengan apa yang terbayang di dalam otaknya.“Apa Fandi di dalam?” Tania menghentikan salah satu anak buahnya yang baru saja keluar dari gudang.“Iya, Nona. Fandi di dalam.”Tania mengangguk singkat, dan pria gembul itu pergi meninggalkannya. Tania melanjutkan langkah, dia masuk dan mendapati Fandi sedang berbicara dengan salah satu pria yang juga bekerja dalam kelompok.Tania mendekat. Dia memeluk lengan Fandi seketika, Fandi menatapnya sesaat dan dia tersenyum dengan reaksi itu. “Temani aku jalan-jalan malam ini. Ya? Sudah lama sekali kita tidak jalan-jalan berdua.”“Kita bica
Agustus 2020“Mau kan?” Fandi menatap mata Cahaya. Menggenggam tangannya erat sambil terus melontarkan doa di dalam hatinya.Fandi baru saja menyatakan cinta, perasaan yang telah di pendamnya juga di sembunyikannya. Terutama dari kelompok yang sudah mengasuh dan membesarkannya selama ini.Fandi mengecup tangan Cahaya tanpa melepas tatapan dari gadis itu. “Aku mencintaimu.” Fandi mengulangi pernyataan cintanya, lagi.Cahaya menatap mata itu, mata yang selama beberapa minggu menemaninya, memberinya rasa aman dan ketenangan. Cahaya menundukkan wajah, dia ragu. Bukan pada Fandi, tapi pada dirinya sendiri.Cahaya sadar, dia gadis yatim piatu, miskin dan tidak pendidikan tinggi. Semua terasa janggal baginya jika dia bisa mencintai atau dicintai, karena dia sendiri merasa dirinya tidak memiliki faktor untuk bisa dicintai, atau di kagumi. Cahaya menghela napas pelan.“Aku tahu aku bukan siapa-siapa. Aku
Jakarta - Oktober 2020Gelapnya malam menjadi penyempurnaan, betapa kalut dan kacaunya pikiran Fandi. Dia terus menatap ponselnya, berharap berbunyi sebentar saja. Dia menghela napas sesekali. Bahkan, suara burung dan suara gelombang yang menabrak karang serta pinggiran dermaga tidak mampu mengurangi kekacauan hatinya.Tania yang baru saja tiba menghampiri Fandi, dia duduk di samping Fandi dan memainkan rambut pria itu. Gadis itu menempelkan tubuhnya, dress merah ketat berbelahan dada rendah itu menjadi fokus setiap mata dalam ruangan ini. Dress itu terlalu pendek, mengekspos paha mulus Tania, memanjakan banyak mata.Fandi menghela napas keras, dia tidak suka perlakuan Tania yang seperti ini, seperti ular kepanasan. Fandi berusaha menjauhkan tubuh Tania, tapi seolah ada magnetnya, gadis itu selalu kembali menempelinya.“Kamu kenapa, Sayang?” Tania menyandarkan kepalanya di bahu Fandi. Meski pria itu selalu menolak perlakuan ma
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments