Faisal, bocah lelaki berusia 13 tahun yang harus mengalami kejadian-kejadian aneh pasca dirinya masuk ke masa pubertas. Teror demi teror ia alami seiring dengan terkuaknya sebuah fakta. Bahwa, ternyata Faisal merupakan keturunan langsung Prabu Siliwangi--penguasa tanah Pajajaran. Menjadi TITISAN raja yang berkuasa sekitar satu abad silam, nyatanya tidak membuat Faisal hidup tenang. Sukmanya yang spesial justru menjadikan dirinya selalu diincar oleh makhluk gaib maupun para pemuja iblis untuk dijadikan tumbal. Akankah Faisal selamat dari ancaman tersebut? Bagaimana cara Faisal melepaskan diri dari ikatan sang leluhur? Ikuti kisah Faisal dalam karya perdana saya yang berjudul, TITISAN. Cover FREE lisensi dari aplikasi CANVA.
View More“Sal, Faisal! Bangun, Sal!” Jamilah menepuk-nepuk pipi anaknya yang tengah tidur sambil berteriak-teriak.Faisal terperanjat. Peluh membasahi seluruh tubuh, napasnya tersengal.“Istighfar, Sal. Kamu mimpi buruk?” tanya Jamilah.“Iya, Bu,” jawab sang anak sambil mengatur napas. “Astaghfirullahaladzim.”“Makanya, sebelum tidur itu berdoa dulu.” Jamilah mengingatkan.“Bu ...,” ucap Faisal menghentikan langkah ibunya.“Nini Darsih ... ternyata dibunuh, Bu.”“Maksud kamu apa, Nak?” Jamilah kembali duduk di tempat tidur.“Isal melihat Nini Darsih dicekik genderuwo.”“Kamu ini ngomong apa, sih. Itu kan, cuma mimpi, Sal. Udah, sekarang kamu wudu, terus ke musala sama Ayah.” Jamilah mengusap kepala anak semata wayangnya sebelum berlalu.Faisal bergeming. Ada benarnya ju
Cahaya yang begitu terang dan menyilaukan, membuat Faisal harus menyipitkan mata. Ia terus melangkah dengan mantap. Semakin jauh ke dalam, semakin sulit retinanya bekerja.Langkahnya terhenti di tengah ruang hampa berwarna serba putih itu. Samar-samar ia mendengar lantunan ayat suci yang saling bersahutan.Tanpa ragu Faisal berjalan ke arah sumber suara. Isak tangis pun tak luput dari indera pendengarannya.Faisal mempercepat langkah, hingga akhirnya cahaya itu mulai memudar. Kini, kedua matanya terbuka sempurna, mampu menatap semua hal yang ada di hadapannya.“Faisal!” pekik Jamilah.“Ibu?”“Faisal ....” Jamilah merengkuh putra semata wayangnya sambil sesenggukan. Air mata mengalir deras dari mata perempuan cantik yang berusia tiga puluh tiga tahun itu.Ucapan rasa syukur memenuhi rumah Hamid, semua orang pun bernapas lega. Akhirnya Faisal sadar dari tidur panjangnya.&
Faisal kembali mendapatkan kesadaran, ia mulai membuka mata perlahan dan beberapa kali mengerjap. Gelap.Susah payah ia duduk dalam kebingungan. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri, memastikan di mana sebenarnya ia berada saat ini.“Ayah ... Ibu ...?”Sunyi. Faisal berhasil bangkit dan berdiri sempurna. Matanya memindai sekeliling. Hanya ada dirinya seorang di tengah hutan gelap.Pohon-pohon tinggi menjulang, dengan semak belukar di sana-sini. Namun, tidak ada satu pun suara yang terdengar selain deru napasnya sendiri.“Di mana ini?” gumamnya.Semilir angin lembut menerpa tengkuk Faisal, membuat bulu-bulu halus di sekitar leher meremang. Ia mengepalkan tangan, mencoba melawan rasa takut yang mendera.Dua tangan berpindah ke atas kepala, otaknya masih belum dapat mencerna. Masih jelas dalam ingatan, saat ia dicengkeram kuat oleh seorang wanita yang kesurupan di depan rumah Nini Dars
Seperti biasa setiap senja menjelang, keluarga kecil Abdul Hamid selalu menyempatkan waktu untuk bercengkerama.Hamid yang merupakan seorang guru PNS di sekolah dasar, sangat menjunjung tinggi kerukunan dalam kehidupan rumah tangganya. Pria berusia tiga puluh tujuh tahun itu memiliki karakter yang tegas tetapi humoris.“Gimana sekolahmu, Sal? Enak, jadi siswa SMP?” tanya Hamid pada Faisal, anak tunggalnya.“Lumayan, Yah,” jawab anak lelaki yang baru duduk di kelas tujuh itu. Ia berperawakan kurus, kulitnya putih seperti sang ibu. Sedangkan hidung mancung ia dapat dari ayahnya.“Gak terasa, ya, anak ibu sekarang udah bujang,” ujar Jamilah yang tak lain adalah istri Hamid dan Ibu dari Faisal. Perempuan cantik dengan postur tubuh semampai yang dulunya seorang kembang desa.Dengan lincah jemari lentik Jamilah menata tiga cangkir teh manis hangat dan sepiring pisang goreng di atas meja.“Betul
Seperti biasa setiap senja menjelang, keluarga kecil Abdul Hamid selalu menyempatkan waktu untuk bercengkerama.Hamid yang merupakan seorang guru PNS di sekolah dasar, sangat menjunjung tinggi kerukunan dalam kehidupan rumah tangganya. Pria berusia tiga puluh tujuh tahun itu memiliki karakter yang tegas tetapi humoris.“Gimana sekolahmu, Sal? Enak, jadi siswa SMP?” tanya Hamid pada Faisal, anak tunggalnya.“Lumayan, Yah,” jawab anak lelaki yang baru duduk di kelas tujuh itu. Ia berperawakan kurus, kulitnya putih seperti sang ibu. Sedangkan hidung mancung ia dapat dari ayahnya.“Gak terasa, ya, anak ibu sekarang udah bujang,” ujar Jamilah yang tak lain adalah istri Hamid dan Ibu dari Faisal. Perempuan cantik dengan postur tubuh semampai yang dulunya seorang kembang desa.Dengan lincah jemari lentik Jamilah menata tiga cangkir teh manis hangat dan sepiring pisang goreng di atas meja.“Betul...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments