Share

BAB 2

Author: NawankWulan
last update Last Updated: 2023-05-22 17:30:26

|Bukannya itu mantan suami kamu, Fik? Kok fotonya berpelukan gitu sih?|

 

|Si Eris bukannya sudah married beberapa bulan lalu, Fik? Btw itu foto lama kamu sama dia atau foto baru?|

 

|Bukan foto lama deh kayanya. Itu ada motor baru di teras rumah Fika. Motor yang konon dibeliin Mas Eris buat Edo beberapa hari lalu|

 

|Bener itu foto baru. Bisa-bisanya Fika sama Eris foto sedekat dan semesra itu. Memangnya istri Eris nggak tahu dan nggak cemburu?|

 

|Jangan begitulah, Fik. Sekalipun kamu belum bisa move on, sebagai perempuan kamu harus punya harga diri dan jangan mempermalukan diri sendiri. Ingat, Fika. Kamu dan istrinya Eris sama-sama perempuan.|

 

|Dipikir hebat dan paling laku kali ya kalau sudah bisa merebut mantan suami. Kalau aku jadi istrinya Eris, tak hem*paskan dua-duanya. Ngapain hidup sama suami dan mantan yang masing-masing belum move on!|

 

Setelah kemarin aku lihat status dan foto mesra Mbak Fika dan Mas Eris di status WhatsAppnya, kini kembali kulihat foto-foto mereka di medsos. Berbagai komentar terlihat di akun media sosial Mbak Fika. Bukannya aku sok menyelidiki media sosialnya, tapi kami memang sudah berteman lama di aplikasi biru itu. Tepatnya dua hari sebelum hari pernikahanku dengan Mas Eris enam bulan lalu.

 

Mbak Fika sengaja mengirimkan pertemanan padaku. Dia bilang, nggak ada salahnya berteman dan menjalin tali silaturahmi. Semua demi Edo karena aku dan dia sama-sama mamanya Edo, katanya. Aku pun mengiyakan saja. Kebetulan waktu itu Mas Eris masih memblokir medsos dan nomor handphone Mbak Fika makanya aku dijadikan perantara tiap kali Edo menanyakan kabar sang ayah. 

 

Mbak Fika memang tak memberikan nomor handphonenya padaku, karena dia bilang cukup dari i*******m atau f******k saja kalau sekadar bertukar kabar. Lagi-lagi aku mengiyakannya. Kupikir memang lebih baik tak memiliki nomor handphonenya demi kebaikan bersama. Lagipula, aku berusaha menjaga hati jika sewaktu-waktu dia membuat status yang membuatku cemburu.

 

Jujur dari awal aku nggak pernah mempermasalahkan Edo yang sering main ke rumah tiap liburan. Aku juga nggak pernah protes saat Edo minta dibelikan mainan, makanan atau apapun yang dia inginkan. Buatku itu memang menjadi tugas Mas Eria sebagai ayahnya.  

 

Namun, makin lama sepertinya Mbak Fika sengaja memanfaatkan anaknya. Edo semakin banyak permintaan bahkan sampai minta handphone baru segala. Anak sekecil itu, empat tahun usianya bisa minta handphone baru. Alasannya untuk video call kalau kangen ayahnya, karena handphone mamanya rusak. 

 

Padahal jelas mamanya masih aktif bersosmed, meng-upload foto dan sering membuat status di W******p. Jika begitu, apa benar handphonenya rusak? Apa iya dia selalu pinjam handphone teman padahal aktif setiap hari? Tak hanya itu saja, dia juga selalu pamer shopping dan makan-makan bersama teman-temannya. Bukankah itu artinya dia punya uang lebih dan bisa beli handphone sendiri jikalaupun handphone lamanya benar-benar rusak?

 

Aku tak tahu sejak kapan Mas Eris membuka blokiran medsos dan nomer handphone Mbak Fika, tapi kalau diingat-ingat baru tiga mingguan lalu Mbak Fika tak lagi mengirimiku pesan via i*******m atau f******k. Apa sejak saat itu Mbak Fika dan Mas Eris kembali berhubungan setelah sekian lama saling diam? Entah!

 

Kedua mataku semakin memanas karena foto terakhir yang diunggah Mbak Fika benar-benar menjengkelkan. Foto awal hanya ada dia dan anak lelakinya. Slide berikutnya menampilkan foto mereka bertiga. Namun, foto terakhir hanya ada Mas Eris dan Mbak Fika saja. 

 

Tak hanya berdekatan seperti foto yang kulihat di status W******p mbak Fika kemarin, tapi kali ini benar-benar kelewat batas sebab Mbak Fika tampak mengecup pipi Mas Eris. Sungguh tak layak dipertotonkan, apalagi status mereka sudah mantan. Ya Allah mereka benar-benar keterlaluan!

 

|Kenapa sih kalian ribut? Mas Eris saja santai. Bahkan dia memperbolehkan aku menyimpan foto itu di mana saja kok. Makanya aku simpan di sini, kalau di handphone takutnya kehapus sewaktu-waktu. Tahu sendiri dong ada anak kecil yang kadang asal pencet saja?|

 

Balasan dari Mbak Fika membuatku kembali sesak. Jadi, Mas Eris mengizinkan foto itu disebar di sosial media Mbak Fika atau sekadar mengizinkan fotonya disimpan saja?

 

|Malu dong, Fik. Sikapmu itu secara nggak langsung sudah menurunkan derajat seorang janda. Kasihan banget jadi perempuan, masih aja kegatelan sama mantan suami. Mending dia masih sendiri, lah dia sudah beristri!|

 

Komentar dari kakak iparku itu membuatku sedikit tenang. Itu artinya dia membelaku dan berada di pihakku. Padahal selama enam bulan menjadi ipar, aku jarang bertemu bahkan bisa dihitung jari ngobrol berdua dengan Mbak Desi.

 

Mbak Desi adalah istri Mas Dani, anak sulung bapak dan ibu. Mereka kini tinggal dan menetap di Semarang. Mertuaku memiliki tiga anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Yang pertama Mas Dani, yang kedua dan ketiga kebetulan kembar, Mas Eris dan Mas Eros sementara terakhir Dina. Dina sudah menikah setahun lalu dan kini tinggal bersama sang suami di Jogja. Sementara Mas Eris dan Mas Eros masih serumah dengan mertuaku di Jakarta.

 

Dari keempat anak mertuaku, hanya Mas Eros saja yang belum menikah. Saudara kembar suamiku itu bilang masih ingin fokus pada bisnis kulinernya. Usianya yang cukup matang dan bisnisnya yang mapan tak membuatnya buru-buru mencari pasangan. Dia terlihat santai meski sering disindir saudara-saudara ataupun kedua orang tuanya. Tak marah atau kesal, Mas Eros justru tertawa tiap kali mendapatkan julukan bujang lapuk atau perjaka tua dari adik perempuannya. 

 

|Terserahlah, Mbak. Dari dulu kamu memang nggak suka hubunganku dengan Mas Eris. Apapun yang kulakukan seolah salah di matamu. Soal foto ini, aku juga sudah izin Mas Eris buat upload fotonya kok. Dia saja nggak masalah. Kenapa orang luar justru mempermasalahkan? Aneh!|

 

|Kamu yang aneh dan nggak tahu malu. Jelas sudah bukan suami istri dan kalian sudah non mahram malah upload foto begitu. Jadi perempuan itu harus bisa jaga diri, Fika. Jangan terlihat murahan dan kampungan begitu! Memang ya, dari dulu kamu nggak berubah, doyan selingkuh sama suami orang. Pantas ditalak Eris!|

 

Balasan dari Mbak Desi membuatku sedikit tersenyum. Benar-benar menohok. Sengaja kutunggu hingga beberapa menit, tak ada balasan lagi dari Mbak Fika. Mungkin dia malu atau tak menyangka jika mendapatkan serangan Mbak Desi seperti itu. 

 

Aku harus tanya sama Mas Eris, benarkah dia sengaja foto semesra itu bahkan mengizinkan Mbak Fika mengunggahnya ke sosial media agar semua orang tahu? Kalau memang iya, lebih baik segera kugugat saja supaya mereka bisa menikah lagi daripada terus-terusan berbuat dosa.

 

๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Ya betul gugat cerai aja suami begitu...biar menyesal setelah menikah lagi sama mantan istri yg suka selingkuh
goodnovel comment avatar
Bunda Wina
udh Nina cerai aja sama suami eris
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SELAMAT TINGGAL, MANTANย ย ย BAB 3

    "Mas, kamu sudah lihat foto terbaru Mbak Fika di facebooknya?" tanyaku saat Mas Eris baru saja menyelesaikan makan malam. Kusiapkan segelas air putih untuknya."Sudah. Kenapa memangnya?" Aku cukup kaget saat mendengar jawaban santai Mas Eris. Ekspresinya benar-benar biasa saja seolah tak ada hal negatif yang ditunjukkan mantan istrinya. "Slide terakhir sudah kamu lihat juga?" "Sudah. Sama seperti foto yang kamu lihat kemarin kan? Apa salahnya? Mau bahas soal foto berdekatan, nggak pantas, bukan mahram, sudah mantan blablablaa lagi?" ucap Mas Eris menatapku lekat seolah tak suka jika aku membahas hal yang sama seperti kemarin."Bukan begitu, Mas. Fotonya berbeda. Nggak sama kaya di status WhatsAppnya kemarin. Mbak Fika bilang dia sudah dapat izin dari kamu buat posting foto ciumannya di medsos, apa benar begitu? Itu loh, foto saat dia mencium pipi kamu," tukasku cepat.Mas Eris mendelik. Dia bahkan hampir tersedak air putih saking kagetnya. "Apa-apaan sih kamu, Nin. Jangan ngawur a

    Last Updated : 2023-05-22
  • SELAMAT TINGGAL, MANTANย ย ย BAB 4A

    "Apa, Ros? Istri idamanmu seperti Hanin? Nggak salah? Jangan gi la kamu!"Mas Eris terdengar gugup dan tak percaya dengan jawaban saudara kembarnya. Dia masih geleng-geleng sembari tersenyum sinis. "Memangnya kenapa? Selera orang nggak bisa dipaksa sama, Ris," sambung Mas Eros lagi. Dia tampak santai menanggapi keheranan kembarannya."Masih belum kenyang tidur kali kamu, Ros. Makanya nggak bisa bedakan Hanin sama Fika. Perhatikan dulu mereka, baru kamu akan menemukan perbedaan diantara keduanya yang sangat drastis. Aku saja sekarang nyesel kenapa dulu gegabah menceraikan Fika," ucap Mas Eris sembari menghela napas kasar.Ucapan Mas Eris itu benar-benar membuatku terluka. Teganya dia berkata seperti itu. Kalau memang dia nggak mencintaiku, kenapa dulu dia berusaha mendekatiku dan meminta pada ibu agar mau membujukku untuk menyetujui perjodohan itu?Berulang kali dia datang membawa beragam oleh-oleh agar keluargaku luluh. Dia tunjukkan perhatian dan cinta untukku agar aku luluh, sampai

    Last Updated : 2023-05-22
  • SELAMAT TINGGAL, MANTANย ย ย BAB 4B

    Di saat ibu galau tentang nasib anak perempuannya yang sudah seperempat abad, datang Mas Eris dengan keseriusannya. Dia berusaha meyakinkan ibu dan bapak tentang ketulusan, tanggungjawab dan kepribadian baiknya."Saya pisah dengan istri pertama karena diselingkuhi kok, Bu. Bukan karena kdrt atau saya yang selingkuh. Jadi, bukan saya yang bermasalah, melainkan mantan istri saya," ucap Mas Eris kala itu. "Saya ingin serius dengan Hanin, Bu. Makanya saya nggak mau mengajak Hanin pacaran melainkan langsung ke pelaminan," ujarnya lagi masih jelas teringat di benak.Mas Eris terus berusaha membuat bapak dan ibu percaya dengan kata-katanya. Akbirnya, alasan demi alasannya cukup meyakinkan ibu jika laki-laki itu memang cocok untuk anak semata wayangnya, aku. Ibu bilang, lelaki yang diselingkuhi biasanya akan lebih cinta dan setia pada pasangan barunya.Bapak pun terlihat sangat setuju. Apalagi saat bapak tahu hobi Mas Eris juga sama dengannya, main catur. Mereka sering main catur bersama seb

    Last Updated : 2023-05-22
  • SELAMAT TINGGAL, MANTANย ย ย BAB 5A

    Percakapan Mas Eris, Mas Eros dan ibu membuat hatiku tak karuan. Benci, marah, nelangsa seolah tercampur menjadi satu. Baru hitungan bulan berumah tangga, sudah diterpa masalah yang memusingkan kepala. Benar kata Mas Eros, jika memang saudara kembarnya itu tak mencintaiku, seharusnya dia tak menjadikanku tameng untuk kisah cintanya dengan Mbak Fika. Kenapa harus aku yang dia jadikan korban petualangan cintanya? Gara-gara masalah itu, aku tak bisa tidur semalaman. Obrolan mereka selalu terngiang di pelupuk mata. Sakit sekali rasanya jika mengingat semuanya. Teganya Mas Eris mempermainkan seorang wanita. Padahal jelas dia juga terlahir dari rahim seorang wanita pula. Aku harus segera mencari buku nikah dan kartu keluarga. Keputusanku sudah bulat untuk berpisah dengannya. Daripada semakin nelangsa, lebih baik berpisah secepatnya. Bukankah lebih baik menjanda daripada harus pura-pura bahagia?"Kamu nyari apa, Nin?" tanya seseorang membuatku tersentak. Suara itu cukup mengagetkan. Saat

    Last Updated : 2023-05-22
  • SELAMAT TINGGAL, MANTANย ย ย BAB 5B

    "Sepertinya ini, Nin. Coba kamu cek isinya," perintah Mas Eros saat mengambil kotak itu dan memberikannya perlahan padaku. Sebuah kotak kayu yang agak berdebu. Perlahan aku membukanya. Benar kata Mas Eros, beberapa berkas penting Mas Eris memang berada di tempat itu, termasuk surat cerainya dengan Mbak Fika, akta nikah dan kartu keluarga juga ada di sana. Semua lengkap, syukurlah. "Aku ambil saja, Mas. Mau kusimpan sendiri," ucapku pada Mas Eros yang masih duduk di kursi. Kuambil akta nikah dan kartu keluarga untuk mengurus gugatan esok lalu gegas kukembalikan kotak itu agar Mas Eros mengembalikannya ke atas lemari. "Terima kasih, Mas," ucapku setelah laki-laki di sampingku meletakkan kotak berdebu itu kembali pada tempatnya.Mas Eros hanya menganggukkan kepala lalu keluar kamar. Kusimpan buku nikah dan kartu keluarga itu ke dalam tas jinjing. Tas yang selalu kubawa ketika bepergian.Aku tak menyangka jika ini adalah jalan akhir yang kutempuh. Menggugat cerai suami, satu hal yang t

    Last Updated : 2023-05-22
  • SELAMAT TINGGAL, MANTANย ย ย BAB 6A

    Sore ini aku beraktivitas seperti biasanya. Bakda ashar mengajar les matematika di rumah Elisa. Setelah mengajar usai lima menit lalu, aku mampir ke super market untuk membeli keperluan bulanan. Semua memang selalu kulakukan sendirian karena Mas Eris terlalu sibuk dengan dunianya. Jarum jam di tangan nyaris menunjuk angka lima saat aku sampai di halaman parkir super market. Gegas memarkir motor lalu masuk ke super market cukup besar yang tak jauh dari rumah Elisa itu. Baru mengambil keranjang belanja, tiba-tiba mataku menangkap sosok mereka dari kejauhan. Mbak Fika dan Mas Eris tampak ngobrol sesekali tertawa sembari memilih-milih belanjaan. Hatiku mencelos. Ada sesak yang semakin terasa dalam dada lagi dan lagi. Aku tak tahu kenapa harus bertemu dengan mereka di sini. Semakin lama mereka terlihat semakin dekat, seolah tak peduli jika aku benar-benar memergoki kedekatan mereka yang di batas garis wajar. Edo sepertinya juga sangat bahagia melihat ayah dan mamanya kembali bersama.

    Last Updated : 2023-06-14
  • SELAMAT TINGGAL, MANTANย ย ย BAB 6B

    "Jadi istri kok nggak sopan sama suami!" sentak Mas Eris lagi. "Bukankah ada slogan anda sopan kami segan, Mas? Selama ini kamu sopan nggak? Selama ini kamu menghargai ku sebagai istri apa nggak? Ohya, lupakan saja. Silakan dilanjut, aku juga mau beli camilan sekalian pamit mau menginap di rumah ibu," balasku cepat lalu beranjak meninggalkan mereka begitu saja. "Nin! Kamu mau ke rumah ibu? Mau ngadu maksudmu?" tanya Mas Eris lalu menyekal lenganku tiba-tiba. "Tenang saja, Mas. Aku sudah dewasa dan punya pilihan hidup sendiri. Jadi, nggak ada gunanya mengadu segala." Mas Eris manggut-manggut lalu tersenyum tipis. Dia pasti mengira jika aku akan tetap bertahan pada pernikahan ini dan tak akan mengadukan sikapnya pada ibuku. Sejak dulu dia memang sepercaya diri itu. "Sudahlah, Mas. Kita ke sini mau belanja bulanan, kan? Bukan ngurusin istri keduamu itu? Kasihan Edo sudah menunggu. Biar saja dia pergi ke rumah ibunya," ucap Mbak Fika dengan suara manjanya. Menjijikkan. Bukannya cemb

    Last Updated : 2023-07-06
  • SELAMAT TINGGAL, MANTANย ย ย BAB 7A

    Weekend kali ini aku sengaja menginap di rumah ibu tanpanya. Mas Eris selalu memiliki banyak alasan saat kuajak ke rumah ibu. Entah mengapa sikapnya mulai berubah setelah pernikahan digelar. Merasa sudah mendapatkan apa yang dia mau lantas mengesampingkan ibu begitu saja. Sifat-sifatnya memang terlihat jelas setelah beberapa hari pernikahan dan kini semakin ketara jika kehadiranku hanya sebagai pelampiasan saja. [Nin, bukannya itu suami kamu sama mantan istrinya? Kok mesra banget ya? Memangnya kamu nggak cemburu mereka jalan berdua semesra itu?] Pesan dari Hana, sahabat satu-satunya yang kumiliki sejak kuliah itu membuatku memejamkan mata beberapa saat. Setelah itu aku baru memberanikan diri untuk mengunduh foto yang dikirimkannya. Seperti biasa, sepertinya dugaanku kali ini juga benar jika Mas Eris dan Fika memang kembali menjalin hubungan. Percuma Mas Eris terus mengelak dan menyangkal tuduhanku jika perbuatan mereka justru membuktikan memang ada hubungan spesial di antara kedua

    Last Updated : 2023-07-06

Latest chapter

  • SELAMAT TINGGAL, MANTANย ย ย BAB 68 [TAMAT]

    "Mas, boleh minta sesuatu?" tanya Hanin setelah terdiam beberapa saat. Eros begitu setia dan bersabar menunggu Hanin bicara. "Minta apapun boleh, Sayang. Apaa yang nggak buat kamu. Asalkan tak menyalahi aturanNya, InsyaAllah aku berusaha mewujudkan." Eros membingkai wajah istrinya lalu tersenyum tipis."Kita kembali ke makam Tania sebentar saja, boleh? Mumpung masih di sini," tanya Hanin dengan mengedipkan mata seolah memohon agar permintaannya dikabulkan. "Boleh." Eros membalas singkat dengan seulas senyum di kedua sudut bibirnya. "Makasih, Mas." Eros mengangguk lagi. Setelahnya membuka sabuk pengaman Hanin dan mengajaknya turun dari mobil. Sepasang suami istri itu kembali ke tempat semula. Mereka berdiri di depan sebuah makam yang telah berwarna-warni dengan taburan bunga. Hanin dan Eros jongkok di depan makam itu seperti yang dilakukannya beberapa menit lalu. Bulir-bulir bening menetes di kedua pipinya saat mengusap nisan putih itu. Tania Putri Salsabila binti Danang Saputro.

  • SELAMAT TINGGAL, MANTANย ย ย BAB 67

    "Hanin, Eros, kalian di sini?" tanya Delima saat melihat Hanin dan Eros di depan makam Tania. Hanin yang masih memejamkan mata sembari merapalkan doa pun mendongak. Dia menatap Delima yang sudah berdiri di sampingnya."Tante Delima ...." Hanin beranjak dari tempatnya berjongkok lalu menyalami Delima, sementara Eros sedikit membungkuk sebagai pengganti jabat tangan. Eros belajar banyak dari Hanin yang tak mau bersentuhan dengan non mahram. "Maafkan saya yang baru datang ke pemakaman Tania, Tante," lirih Hanin setelah kedua perempuan itu mengurai pelukan. Delima mengusap lengan Hanin pelan lalu menggelengkan kepala. "Nggak apa-apa, Nin. Tante tahu kamu baru saja melahirkan. Pamali kalau datang ke pemakaman sebelum masa nifas usai. Hanin mengangguk sembari tersenyum tipis menatap Delima yang berkaca. "Om Danang nggak ikut, Tante?" tanya Hanin setelah menyadari jika Delima datang sendirian ke pemakaman ini. "Papanya Tania ke kantor, ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Kebetulan T

  • SELAMAT TINGGAL, MANTANย ย ย BAB 66

    [Assalamualaikum, Bu. Gimana keadaan Tania sekarang?]Sudah tiga kali Hanin mengirimkan pesan yang sama pada ibunya, tapi sampai saat ini belum ada balasan apapun. Eros juga sudah menelepon Eris, tapi tak diangkat bahkan pesannya pun belum dibaca. Hanin dan Eros tak tenang. Mereka curiga ada sesuatu yang tak diinginkan terjadi pada Tania, tapi tak mungkin pergi sekarang karena Arkana baru saja aqiqah dan masih ada beberapa tamu di rumah. "Gimana, Mas?" tanya Hanin pada Eros yang baru masuk ke kamar mereka. Eros menggeleng pelan lalu mengusap lengan istrinya. "Nggak apa-apa, Sayang. Mungkin ibu sama Eris masih menjaga orang tua Tania. Jadi, mereka nggak sempat membuka handphone. Nanti kalau sudah longgar pasti menghubungi kita," ucap Eros dengan senyum tipisnya. Dia berusaha menenangkan Hanin yang terus gelisah. "Eros benar, Nin. Kamu tenang saja. Nanti ibu juga telepon," ucap Desy, kakak iparnya yang masuk kamar sembari menggendong Arkana. Desy tersenyum lalu menidurkan Arkan di

  • SELAMAT TINGGAL, MANTANย ย ย BAB 65

    "Tania? Mana Tania, Del?" tanya Yuningsih mengikuti pandangan Delima ke area jalan raya. "Itu, Mbak. Dia tersenyum menatapku," balas Delima lagi. Salah satu jemarinya kembali menunjuk ke arah jalan. "Nggak ada, Del. Tania sudah pergi. Dia kembali ke pangkuanNya, Del. Ikhlaskan kepergiannya ya, supaya dia juga bisa tenang di sana." Yuningsih mengusap lengan Delima lalu kembali memeluknya. "Tania masih ada, Mbak. Dia bilang akan mengajakku dan Mas Danang jalan-jalan ke taman kota. Dia pasti sudah menunggu di rumah kan?" lirih Delima lagi. Air matanya masih bercucuran. Delima benar-benar belum bisa menerima kenyataan jika Tania telah tiada. Delima merasa jika anak angkatnya itu masih ada bersamanya bahkan kini menunggunya di rumah. Berulang kali Yuningsih menjelaskan, berulang kali pula Delima bersikukuh dengan ucapannya. "Tante, Tania sudah pergi. Om dan papa masih mengurus jenazahnya. Nanti kita makamkan bersama ya? Tak apa jika sekarang Tante belum bisa menerima ini semua, tapi k

  • SELAMAT TINGGAL, MANTANย ย ย BAB 64

    Dokter Erwin keluar dari UGD. Dia mencari keluarga pasien yang ditanganinya saat ini. Danang dan Delima yang berada tak jauh dari ruangan itu pun saling tatap lalu buru-buru beranjak dari kursi. Mereka melangkah tergesa menghampiri sang dokter. Keduanya tak sabar ingin mendengar penjelasan dokter tentang keadaan Tania saat ini. "Keluarga pasien Tania?" tanya Dokter Erwin saat Danang dan Delima sampai di dekatnya. Sepasang suami istri itu mengangguk bersamaan. "Benar dokter. Kami orang tua Tania. Bagaimana keadaan anak kami, Dok?" tanya Delima sedikit terbata. Dokter Erwin menghela napas panjang lalu menatap Danang dan Delima dengan sorot mata berbeda. Ada mendung di kedua matanya. "Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, Pak, Bu, tapi Allah berkehendak lain," ucap dokter lirih, tapi cukup jelas terdengar. Delima shock. Dia tak sanggup mendengarkan ucapan dokter selanjutnya. Wanita itu menangis histeris. Tubuhnya lemas dan luruh di lantai begitu saja. Danang yang berada di samping

  • SELAMAT TINGGAL, MANTANย ย ย BAB 63B

    "Ya Allah Tania kenapa, Tante? Padahal tadi tampak bersemangat dan ceria. Kenapa mendadak seperti ini?" Hanin kembali gugup dan terkejut melihat perubahan drastis perempuan di sampingnya. Tania benar-benar tampak lemas dan tak berdaya. "Tania memang begitu, Nin. Dia selalu berusaha kuat dan baik-baik saja makanya selama ini Tante dan Om juga nggak tahu kalau sakitnya sudah separah ini. Dia pintar menyembunyikan semuanya dan tak ingin melihat orang lain kerepotan." Delima mengoles minyak angin di kening Tania, tapi tak ada efek apapun karena Tania tetap terdiam."Maafkan kami, Nin. Kami harus bawa Tania ke rumah sakit," ujar Danang kemudian.Hanin mengiyakan dan mendoakan yang terbaik untuk Tania. Eros dan Eris pun ikut membantu Danang membawa Tania ke mobilnya. Ahmad, Yuningsih dan Eris ikut mengantar Tania ke rumah sakit. Sementara Rukmini dan Eros tetap di rumah menemani Hanin. Bahkan Hana pun ingin menginap di rumah sahabatnya itu."Semoga Tania baik-baik saja," lirih Hanin saat m

  • SELAMAT TINGGAL, MANTANย ย ย BAB 63A

    Hari ini acara syukuran kelahiran Arkana Bima Atharrazka, anak pertama Hanin dan Eros. Bayi mungil itu tampan dan lucu. Dia begitu menggemaskan, membuat kedua orang tuanya semakin bahagia. Saat ini, dua keluarga berkumpul di rumah Eros, termasuk keluarga kakaknya Dani dari Semarang dan adiknya perempuannya, Ayu. Sejak pernikahan Eros dan Hanin, apalagi setelah Fika masuk penjara, Ayu tak kembali ikut campur masalah Hanin. Mungkin dia malu atau tak enak hati jika terus menghina kakak iparnya itu, apalagi setelah dia tahu jika ternyata kedua kakak kembarnya mencintai orang yang sama. Mereka sama-sama menyukai Hanin, perempuan yang selama ini dibenci dan selalu dihinanya. Bukan tanpa alasan Ayu selalu menyudutkan Hanin di setiap waktu dan kesempatan. Dia selalu berpikir jika Hanin tak pantas menjadi bagian dari keluarganya. "Selamat ya, Nin. Semoga jagoan kecil ini bisa menjadi anak yang shaleh dan sukses dunia akhirat. Mbak mendoakan yang terbaik buat kalian." Desy, istri Dani yang k

  • SELAMAT TINGGAL, MANTANย ย ย BAB 62B

    Waktu terus bergulir dan kini hari perkiraan lahir tinggal menghitung hari. Hanin mulai kewalahan dengan perutnya yang membesar dan cukup susah untuk digerakkan. Dia sering begadang tiap malam karena susah tidur. Entah mengapa mata susah diajak kompromi. Rasanya nggak nyaman. Miring susah, terlentang nggak enak dan nggak mungkin tengkurap juga kan?Sudah tiga hari belakangan Eros tak memeriksa cafe maupun bisnis ekspedisinya. Dia ingin fokus mengurus dan menemani Hanin jika melahirkan sewaktu-waktu. Eros tak ingin kehilangan momen penting dalam hidupnya. Dia benar-benar berharap bisa menemani dan memberi dukungan pada Hanin saat persalinan nanti. "Istrimu lama sekali di kamar mandi, Ros. Cek sana. Ibu takut dia kepleset atau kenapa-kenapa. Perutnya sudah segede itu soalnya." Rukmini baru saja memerintah. Tak selang lama, suara Hanin dari kamar mandi membuat menantu dan mertua itu shock seketika. "Hanin!" teriak keduanya bersamaan lalu buru-buru lari ke kamar mandi. Benar kata Rukmi

  • SELAMAT TINGGAL, MANTANย ย ย BAB 62A

    "Hamil?" Hanin menggumam. "Mungkinkah aku hamil? Secepat itu?" lirihnya lagi seolah tak percaya jika dia bisa hamil secepat itu. Rasanya seperti tak mungkin, tapi jika iya, tentu dia sangat mensyukurinya. Hanin buru-buru mencuci muka lalu membuka pintu kamar mandi. Eros sudah menunggu di sana dengan ekspresi cemas. "Kamu nggak kenapa-kenapa kan, Sayang?" ucapnya sembari membingkai wajah Hanin dengan kedua telapak tangan. Hanin tersenyum tipis lalu menggeleng pelan. "Nggak apa-apa, Mas. Kamu tenang saja ya? Mungkin karena kebanyakan minum air putih saja tadi makanya mual begini." Lagi-lagi Hanin mengusap punggung tangan Eros yang masih menempel di pipinya. "Syukurlah kalau begitu. Kita ke dokter saja ya? Bisa jadi mual-mualmu ini bukan mual sembarangan." "Maksudnya?" Hanin mengernyit. "Iya, mual karena hamil. Coba kamu ingat-ingat, telat nggak datang bulannya?" Eros merangkul sang istri lalu mengajaknya duduk di sofa ruang tengah. Hanin pun berusaha mengingat tanggal haid bulan

DMCA.com Protection Status