Share

BAB 2

|Bukannya itu mantan suami kamu, Fik? Kok fotonya berpelukan gitu sih?|

 

|Si Eris bukannya sudah married beberapa bulan lalu, Fik? Btw itu foto lama kamu sama dia atau foto baru?|

 

|Bukan foto lama deh kayanya. Itu ada motor baru di teras rumah Fika. Motor yang konon dibeliin Mas Eris buat Edo beberapa hari lalu|

 

|Bener itu foto baru. Bisa-bisanya Fika sama Eris foto sedekat dan semesra itu. Memangnya istri Eris nggak tahu dan nggak cemburu?|

 

|Jangan begitulah, Fik. Sekalipun kamu belum bisa move on, sebagai perempuan kamu harus punya harga diri dan jangan mempermalukan diri sendiri. Ingat, Fika. Kamu dan istrinya Eris sama-sama perempuan.|

 

|Dipikir hebat dan paling laku kali ya kalau sudah bisa merebut mantan suami. Kalau aku jadi istrinya Eris, tak hem*paskan dua-duanya. Ngapain hidup sama suami dan mantan yang masing-masing belum move on!|

 

Setelah kemarin aku lihat status dan foto mesra Mbak Fika dan Mas Eris di status WhatsAppnya, kini kembali kulihat foto-foto mereka di medsos. Berbagai komentar terlihat di akun media sosial Mbak Fika. Bukannya aku sok menyelidiki media sosialnya, tapi kami memang sudah berteman lama di aplikasi biru itu. Tepatnya dua hari sebelum hari pernikahanku dengan Mas Eris enam bulan lalu.

 

Mbak Fika sengaja mengirimkan pertemanan padaku. Dia bilang, nggak ada salahnya berteman dan menjalin tali silaturahmi. Semua demi Edo karena aku dan dia sama-sama mamanya Edo, katanya. Aku pun mengiyakan saja. Kebetulan waktu itu Mas Eris masih memblokir medsos dan nomor handphone Mbak Fika makanya aku dijadikan perantara tiap kali Edo menanyakan kabar sang ayah. 

 

Mbak Fika memang tak memberikan nomor handphonenya padaku, karena dia bilang cukup dari i*******m atau f******k saja kalau sekadar bertukar kabar. Lagi-lagi aku mengiyakannya. Kupikir memang lebih baik tak memiliki nomor handphonenya demi kebaikan bersama. Lagipula, aku berusaha menjaga hati jika sewaktu-waktu dia membuat status yang membuatku cemburu.

 

Jujur dari awal aku nggak pernah mempermasalahkan Edo yang sering main ke rumah tiap liburan. Aku juga nggak pernah protes saat Edo minta dibelikan mainan, makanan atau apapun yang dia inginkan. Buatku itu memang menjadi tugas Mas Eria sebagai ayahnya.  

 

Namun, makin lama sepertinya Mbak Fika sengaja memanfaatkan anaknya. Edo semakin banyak permintaan bahkan sampai minta handphone baru segala. Anak sekecil itu, empat tahun usianya bisa minta handphone baru. Alasannya untuk video call kalau kangen ayahnya, karena handphone mamanya rusak. 

 

Padahal jelas mamanya masih aktif bersosmed, meng-upload foto dan sering membuat status di W******p. Jika begitu, apa benar handphonenya rusak? Apa iya dia selalu pinjam handphone teman padahal aktif setiap hari? Tak hanya itu saja, dia juga selalu pamer shopping dan makan-makan bersama teman-temannya. Bukankah itu artinya dia punya uang lebih dan bisa beli handphone sendiri jikalaupun handphone lamanya benar-benar rusak?

 

Aku tak tahu sejak kapan Mas Eris membuka blokiran medsos dan nomer handphone Mbak Fika, tapi kalau diingat-ingat baru tiga mingguan lalu Mbak Fika tak lagi mengirimiku pesan via i*******m atau f******k. Apa sejak saat itu Mbak Fika dan Mas Eris kembali berhubungan setelah sekian lama saling diam? Entah!

 

Kedua mataku semakin memanas karena foto terakhir yang diunggah Mbak Fika benar-benar menjengkelkan. Foto awal hanya ada dia dan anak lelakinya. Slide berikutnya menampilkan foto mereka bertiga. Namun, foto terakhir hanya ada Mas Eris dan Mbak Fika saja. 

 

Tak hanya berdekatan seperti foto yang kulihat di status W******p mbak Fika kemarin, tapi kali ini benar-benar kelewat batas sebab Mbak Fika tampak mengecup pipi Mas Eris. Sungguh tak layak dipertotonkan, apalagi status mereka sudah mantan. Ya Allah mereka benar-benar keterlaluan!

 

|Kenapa sih kalian ribut? Mas Eris saja santai. Bahkan dia memperbolehkan aku menyimpan foto itu di mana saja kok. Makanya aku simpan di sini, kalau di handphone takutnya kehapus sewaktu-waktu. Tahu sendiri dong ada anak kecil yang kadang asal pencet saja?|

 

Balasan dari Mbak Fika membuatku kembali sesak. Jadi, Mas Eris mengizinkan foto itu disebar di sosial media Mbak Fika atau sekadar mengizinkan fotonya disimpan saja?

 

|Malu dong, Fik. Sikapmu itu secara nggak langsung sudah menurunkan derajat seorang janda. Kasihan banget jadi perempuan, masih aja kegatelan sama mantan suami. Mending dia masih sendiri, lah dia sudah beristri!|

 

Komentar dari kakak iparku itu membuatku sedikit tenang. Itu artinya dia membelaku dan berada di pihakku. Padahal selama enam bulan menjadi ipar, aku jarang bertemu bahkan bisa dihitung jari ngobrol berdua dengan Mbak Desi.

 

Mbak Desi adalah istri Mas Dani, anak sulung bapak dan ibu. Mereka kini tinggal dan menetap di Semarang. Mertuaku memiliki tiga anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Yang pertama Mas Dani, yang kedua dan ketiga kebetulan kembar, Mas Eris dan Mas Eros sementara terakhir Dina. Dina sudah menikah setahun lalu dan kini tinggal bersama sang suami di Jogja. Sementara Mas Eris dan Mas Eros masih serumah dengan mertuaku di Jakarta.

 

Dari keempat anak mertuaku, hanya Mas Eros saja yang belum menikah. Saudara kembar suamiku itu bilang masih ingin fokus pada bisnis kulinernya. Usianya yang cukup matang dan bisnisnya yang mapan tak membuatnya buru-buru mencari pasangan. Dia terlihat santai meski sering disindir saudara-saudara ataupun kedua orang tuanya. Tak marah atau kesal, Mas Eros justru tertawa tiap kali mendapatkan julukan bujang lapuk atau perjaka tua dari adik perempuannya. 

 

|Terserahlah, Mbak. Dari dulu kamu memang nggak suka hubunganku dengan Mas Eris. Apapun yang kulakukan seolah salah di matamu. Soal foto ini, aku juga sudah izin Mas Eris buat upload fotonya kok. Dia saja nggak masalah. Kenapa orang luar justru mempermasalahkan? Aneh!|

 

|Kamu yang aneh dan nggak tahu malu. Jelas sudah bukan suami istri dan kalian sudah non mahram malah upload foto begitu. Jadi perempuan itu harus bisa jaga diri, Fika. Jangan terlihat murahan dan kampungan begitu! Memang ya, dari dulu kamu nggak berubah, doyan selingkuh sama suami orang. Pantas ditalak Eris!|

 

Balasan dari Mbak Desi membuatku sedikit tersenyum. Benar-benar menohok. Sengaja kutunggu hingga beberapa menit, tak ada balasan lagi dari Mbak Fika. Mungkin dia malu atau tak menyangka jika mendapatkan serangan Mbak Desi seperti itu. 

 

Aku harus tanya sama Mas Eris, benarkah dia sengaja foto semesra itu bahkan mengizinkan Mbak Fika mengunggahnya ke sosial media agar semua orang tahu? Kalau memang iya, lebih baik segera kugugat saja supaya mereka bisa menikah lagi daripada terus-terusan berbuat dosa.

 

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Ya betul gugat cerai aja suami begitu...biar menyesal setelah menikah lagi sama mantan istri yg suka selingkuh
goodnovel comment avatar
Bunda Wina
udh Nina cerai aja sama suami eris
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status