Share

BAB 4B

Di saat ibu galau tentang nasib anak perempuannya yang sudah seperempat abad, datang Mas Eris dengan keseriusannya. Dia berusaha meyakinkan ibu dan bapak tentang ketulusan, tanggungjawab dan kepribadian baiknya.

"Saya pisah dengan istri pertama karena diselingkuhi kok, Bu. Bukan karena kdrt atau saya yang selingkuh. Jadi, bukan saya yang bermasalah, melainkan mantan istri saya," ucap Mas Eris kala itu. 

"Saya ingin serius dengan Hanin, Bu. Makanya saya nggak mau mengajak Hanin pacaran melainkan langsung ke pelaminan," ujarnya lagi masih jelas teringat di benak.

Mas Eris terus berusaha membuat bapak dan ibu percaya dengan kata-katanya. Akbirnya, alasan demi alasannya cukup meyakinkan ibu jika laki-laki itu memang cocok untuk anak semata wayangnya, aku. Ibu bilang, lelaki yang diselingkuhi biasanya akan lebih cinta dan setia pada pasangan barunya.

Bapak pun terlihat sangat setuju. Apalagi saat bapak tahu hobi Mas Eris juga sama dengannya, main catur. Mereka sering main catur bersama sebelum aku menikah dan tampak semakin akrab dari hari ke hari. Itulah yang akhirnya meyakinkanku jika tak ada salahnya menyetujui pilihan orang tua. 

"Dia laki-laki baik kok, Nin. Tiap hari mampir ke warung ibu buat makan siang. Nggak playboy kaya teman-temannya yang lain. Cukup kalem dan sopan. Mau, ya? Ibu nggak tega lihat kamu sendirian terus. Lebih nggak tega lagi saat adik-adik kelasmu selalu mengejekmu perawan tua karena mereka sudah pada beranak pinak sementara kamu nikah aja belum. Jangankan nikah, calon aja seperti belum ketemu hilalnya." 

Hampir tiap hari dicekoki untaian kalimat ibu itu akhirnya benar-benar membuatku luluh. Kini baru kutahu jika dia tak playboy seperti dugaan ibu bukan karena kalem, sopan dan sebagainya, melainkan karena belum move on dan masih cinta dengan istri pertamanya. 

Bahkan yang membuatku nelangsa alasannya menikahiku bukan karena cinta, melainkan hanya untuk membuat cemburu Mbak Fika saja. Benar-benar nggak ada akhlak. Bisa-bisanya mengucapkan kalimat menyakitkan seperti itu dengan santai, seolah tak ada rasa bersalah sama sekali. Apa dia pikir aku perempuan yang tak memiliki hati? 

"Jadi, kamu ini nikah sama Hanin bukan karena cinta, tapi hanya ingin membuat Fika menyesal dan cemburu, Ris?" tanya ibu spontan, membuatku kembali terjaga dari lamunan.

Aku kembali mengusap kedua pipi yang basah. Aku harus kuat dan nggak boleh terlihat lemah. Akan kubuktikan pada Mas Eris jika aku bisa bahagia tanpanya. 

"Kamu ini, Ris. Nikah kok buat mainan. Meski Ibu nggak begitu suka sama Hanin, tapi ibu juga nggak membenarkan alasanmu kali ini. Sesama perempuan ibu ikut sakit hati mendengar alasanmu, Ris. Tega! Ibu benar-benar nggak menyangka kalau kamu bisa setega itu," ucap ibu lagi sembari mengucap istighfar beberapa kali. 

"Benar kata ibu, Ris. Kamu memang benar-benar tega dan keterlaluan. Hanin menikah dengan lelaki yang salah. Sayangnya saat itu aku belum punya nyali untuk berumah tangga. Kalau tahu Hanin hanya kamu jadikan tumbal seperti itu, aku pasti akan melamarnya lebih dulu." 

"Ap-- apa, Ros?" tanya Mas Eris sedikit terbata. Mas Eris kembali mendelik saat mendengar balasan kembarannya.

"Nggak perlu kuulang kan? Sekarang, kalau memang kamu nggak cinta sama dia, kenapa nggak cerai saja? Biarkan Hanin bahagia. Masih banyak laki-laki yang tulus mencintainya di luar sana, termasuk aku!" ucap Mas Eros penuh penekanan. 

đź’•đź’•đź’•

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
si hanin juga bisanya menye2 fan menangis. klu pengangguran umur 25 belum nikah ya masalah buat orangtuanya. si hanin aja yg g ada otak krn tolol
goodnovel comment avatar
Bunda Wina
mampus qm Eris tuh ceraiin Hanin biar Hanin bahagia sama Eros
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status