Share

BAB 4A

Penulis: NawankWulan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-22 17:38:28

"Apa, Ros? Istri idamanmu seperti Hanin? Nggak salah? Jangan gi la kamu!"

Mas Eris terdengar gugup dan tak percaya dengan jawaban saudara kembarnya. Dia masih geleng-geleng sembari tersenyum sinis. 

 

"Memangnya kenapa? Selera orang nggak bisa dipaksa sama, Ris," sambung Mas Eros lagi. Dia tampak santai menanggapi keheranan kembarannya.

 

"Masih belum kenyang tidur kali kamu, Ros. Makanya nggak bisa bedakan Hanin sama Fika. Perhatikan dulu mereka, baru kamu akan menemukan perbedaan diantara keduanya yang sangat drastis. Aku saja sekarang nyesel kenapa dulu gegabah menceraikan Fika," ucap Mas Eris sembari menghela napas kasar.

 

Ucapan Mas Eris itu benar-benar membuatku terluka. Teganya dia berkata seperti itu. Kalau memang dia nggak mencintaiku, kenapa dulu dia berusaha mendekatiku dan meminta pada ibu agar mau membujukku untuk menyetujui perjodohan itu?

 

Berulang kali dia datang membawa beragam oleh-oleh agar keluargaku luluh. Dia tunjukkan perhatian dan cinta untukku agar aku luluh, sampai akhirnya ibu benar-benar menjodohkanku dengannya. 

 

Ibu bilang Mas Eris adalah laki-laki yang tepat untukku. Laki-laki idaman mertua yang mau menerima dan menyayangi keluarga istrinya. Meski statusnya sudah duda beranak satu, tak jadi soal karena yang penting tanggungjawab, cinta dan setia.

 

Aku masih ingat betul apa saja nasehat ibu saat itu. Aku yang awalnya menolak akhirnya mengiyakan keputusannya. Bo dohnya aku dulu asal mengiyakan, tanpa istikharah terlebih dahulu.

 

Aku tak pernah menyangka jika akhirnya akan seperti ini. Cinta dan perhatian yang saat itu dia tunjukkan ternyata hanya semu semata. Perhatian yang dia perlihatkan pada keluargaku pun hanya omong kosong belaka. Nyatanya saat bapak sakit keras hingga tiada tak secuil pun tabungannya keluar.  

 

Aku benar-benar tak mengira jika dia belum move on dengan mantan istrinya bahkan menyesal sudah menjatuhkan talak padanya. Aku nggak mungkin terus bertahan dengan pernikahan seumur jagung ini kan? Yang ada hanya akan menyesakkan dada dan menyakiti diri sendiri.

 

"Kenapa kamu menikahi Hanin kalau memang masih mencintai Fika? Harusnya kalian balikan saja dan nggak perlu menjadikan Hanin sebagai tumbal perjalanan cinta kalian yang rumit itu!" ucap Mas Eros sedikit meninggi. 

 

"Kamu tahu dong alasan aku menceraikan Fika saat itu. Fika itu selingkuh. Aku masih sakit hati sama dia. Lagipula aku sengaja lebih cepet nikah biar dia cemburu. Biar saja menyesal sudah mengkhinati cinta tulusku. Mumpung ada kesempatan membuatnya cemburu sebab aku tahu dia sudah pisah dengan selingkuhannya itu," ucap Mas Eris sedikit lirih. Meski suaranya melemah, tapi aku masih begitu jelas mendengar jawabannya. 

 

"Gila kamu, Ris. Tega banget sama Hanin!" teriak Mas Eros begitu kaget mendengar ucapan saudara kembarnya. Dia saja kaget, apalagi aku.

 

Badanku tiba-tiba lemas dan luruh begitu saja ke lantai mendengar pengakuan suamiku detik ini. Kubekap mulutku sendiri agar isak ini tak terdengar dari luar kamar. Aku benar-benar tak menyangka jika hadirku hanya dijadikan pelampiasan dan tumbal agar Mbak Fika cemburu. Teganya!

Masih teringat jelas dalam ingatanku saat Mas Eris menjanjikan hal-hal manis pada kedua orang tuaku. Setidaknya, janji-janji manis itulah yang membuat ibuku luluh dan percaya jika calon menantunya itu akan benar-benar membuatku bahagia. 

Dia bilang akan menjagaku dengan baik, tak hanya menjaga fisik tapi juga hati. Dia pun berjanji akan membuatku bahagia. Bahkan dia ingin segera memiliki keturunan dariku mengingat usiaku sudah cukup matang untuk menggendong bayi, katanya. 

Ibu yang memang begitu mendambakan cucu, langsung mengiyakan begitu saja. Apalagi umurku memang sudah menginjak seperempat abad. Umur yang cukup matang untuk menikah, tapi belum ada lagi laki-laki yang mendekat. Ibu terlalu mengkhawatirkan soal jodoh dan masa depanku setelah penolakanku pada tiga lelaki yang melamarku saat itu. 

Aku memang menolak mereka karena tak sesuai dengan isi hati. Bukan karena sok cantik atau apa. Penolakan demi penolakan itulah yang membuat ibu semakin takut jika anaknya tak laku dan menjadi gosip para tetangga sebagai perawan tua. Ibu malu. 

***

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Ana Khana
umur baru 25 kok udah takut dibilang perawan tua
goodnovel comment avatar
Adriana Epa Hoy
Allah su atur jodoh
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
salah sendiri main terima aja dijodohkan dg duda. kentara banget g lakunya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 4B

    Di saat ibu galau tentang nasib anak perempuannya yang sudah seperempat abad, datang Mas Eris dengan keseriusannya. Dia berusaha meyakinkan ibu dan bapak tentang ketulusan, tanggungjawab dan kepribadian baiknya."Saya pisah dengan istri pertama karena diselingkuhi kok, Bu. Bukan karena kdrt atau saya yang selingkuh. Jadi, bukan saya yang bermasalah, melainkan mantan istri saya," ucap Mas Eris kala itu. "Saya ingin serius dengan Hanin, Bu. Makanya saya nggak mau mengajak Hanin pacaran melainkan langsung ke pelaminan," ujarnya lagi masih jelas teringat di benak.Mas Eris terus berusaha membuat bapak dan ibu percaya dengan kata-katanya. Akbirnya, alasan demi alasannya cukup meyakinkan ibu jika laki-laki itu memang cocok untuk anak semata wayangnya, aku. Ibu bilang, lelaki yang diselingkuhi biasanya akan lebih cinta dan setia pada pasangan barunya.Bapak pun terlihat sangat setuju. Apalagi saat bapak tahu hobi Mas Eris juga sama dengannya, main catur. Mereka sering main catur bersama seb

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-22
  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 5A

    Percakapan Mas Eris, Mas Eros dan ibu membuat hatiku tak karuan. Benci, marah, nelangsa seolah tercampur menjadi satu. Baru hitungan bulan berumah tangga, sudah diterpa masalah yang memusingkan kepala. Benar kata Mas Eros, jika memang saudara kembarnya itu tak mencintaiku, seharusnya dia tak menjadikanku tameng untuk kisah cintanya dengan Mbak Fika. Kenapa harus aku yang dia jadikan korban petualangan cintanya? Gara-gara masalah itu, aku tak bisa tidur semalaman. Obrolan mereka selalu terngiang di pelupuk mata. Sakit sekali rasanya jika mengingat semuanya. Teganya Mas Eris mempermainkan seorang wanita. Padahal jelas dia juga terlahir dari rahim seorang wanita pula. Aku harus segera mencari buku nikah dan kartu keluarga. Keputusanku sudah bulat untuk berpisah dengannya. Daripada semakin nelangsa, lebih baik berpisah secepatnya. Bukankah lebih baik menjanda daripada harus pura-pura bahagia?"Kamu nyari apa, Nin?" tanya seseorang membuatku tersentak. Suara itu cukup mengagetkan. Saat

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-22
  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 5B

    "Sepertinya ini, Nin. Coba kamu cek isinya," perintah Mas Eros saat mengambil kotak itu dan memberikannya perlahan padaku. Sebuah kotak kayu yang agak berdebu. Perlahan aku membukanya. Benar kata Mas Eros, beberapa berkas penting Mas Eris memang berada di tempat itu, termasuk surat cerainya dengan Mbak Fika, akta nikah dan kartu keluarga juga ada di sana. Semua lengkap, syukurlah. "Aku ambil saja, Mas. Mau kusimpan sendiri," ucapku pada Mas Eros yang masih duduk di kursi. Kuambil akta nikah dan kartu keluarga untuk mengurus gugatan esok lalu gegas kukembalikan kotak itu agar Mas Eros mengembalikannya ke atas lemari. "Terima kasih, Mas," ucapku setelah laki-laki di sampingku meletakkan kotak berdebu itu kembali pada tempatnya.Mas Eros hanya menganggukkan kepala lalu keluar kamar. Kusimpan buku nikah dan kartu keluarga itu ke dalam tas jinjing. Tas yang selalu kubawa ketika bepergian.Aku tak menyangka jika ini adalah jalan akhir yang kutempuh. Menggugat cerai suami, satu hal yang t

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-22
  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 6A

    Sore ini aku beraktivitas seperti biasanya. Bakda ashar mengajar les matematika di rumah Elisa. Setelah mengajar usai lima menit lalu, aku mampir ke super market untuk membeli keperluan bulanan. Semua memang selalu kulakukan sendirian karena Mas Eris terlalu sibuk dengan dunianya. Jarum jam di tangan nyaris menunjuk angka lima saat aku sampai di halaman parkir super market. Gegas memarkir motor lalu masuk ke super market cukup besar yang tak jauh dari rumah Elisa itu. Baru mengambil keranjang belanja, tiba-tiba mataku menangkap sosok mereka dari kejauhan. Mbak Fika dan Mas Eris tampak ngobrol sesekali tertawa sembari memilih-milih belanjaan. Hatiku mencelos. Ada sesak yang semakin terasa dalam dada lagi dan lagi. Aku tak tahu kenapa harus bertemu dengan mereka di sini. Semakin lama mereka terlihat semakin dekat, seolah tak peduli jika aku benar-benar memergoki kedekatan mereka yang di batas garis wajar. Edo sepertinya juga sangat bahagia melihat ayah dan mamanya kembali bersama.

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-14
  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 6B

    "Jadi istri kok nggak sopan sama suami!" sentak Mas Eris lagi. "Bukankah ada slogan anda sopan kami segan, Mas? Selama ini kamu sopan nggak? Selama ini kamu menghargai ku sebagai istri apa nggak? Ohya, lupakan saja. Silakan dilanjut, aku juga mau beli camilan sekalian pamit mau menginap di rumah ibu," balasku cepat lalu beranjak meninggalkan mereka begitu saja. "Nin! Kamu mau ke rumah ibu? Mau ngadu maksudmu?" tanya Mas Eris lalu menyekal lenganku tiba-tiba. "Tenang saja, Mas. Aku sudah dewasa dan punya pilihan hidup sendiri. Jadi, nggak ada gunanya mengadu segala." Mas Eris manggut-manggut lalu tersenyum tipis. Dia pasti mengira jika aku akan tetap bertahan pada pernikahan ini dan tak akan mengadukan sikapnya pada ibuku. Sejak dulu dia memang sepercaya diri itu. "Sudahlah, Mas. Kita ke sini mau belanja bulanan, kan? Bukan ngurusin istri keduamu itu? Kasihan Edo sudah menunggu. Biar saja dia pergi ke rumah ibunya," ucap Mbak Fika dengan suara manjanya. Menjijikkan. Bukannya cemb

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-06
  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 7A

    Weekend kali ini aku sengaja menginap di rumah ibu tanpanya. Mas Eris selalu memiliki banyak alasan saat kuajak ke rumah ibu. Entah mengapa sikapnya mulai berubah setelah pernikahan digelar. Merasa sudah mendapatkan apa yang dia mau lantas mengesampingkan ibu begitu saja. Sifat-sifatnya memang terlihat jelas setelah beberapa hari pernikahan dan kini semakin ketara jika kehadiranku hanya sebagai pelampiasan saja. [Nin, bukannya itu suami kamu sama mantan istrinya? Kok mesra banget ya? Memangnya kamu nggak cemburu mereka jalan berdua semesra itu?] Pesan dari Hana, sahabat satu-satunya yang kumiliki sejak kuliah itu membuatku memejamkan mata beberapa saat. Setelah itu aku baru memberanikan diri untuk mengunduh foto yang dikirimkannya. Seperti biasa, sepertinya dugaanku kali ini juga benar jika Mas Eris dan Fika memang kembali menjalin hubungan. Percuma Mas Eris terus mengelak dan menyangkal tuduhanku jika perbuatan mereka justru membuktikan memang ada hubungan spesial di antara kedua

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-06
  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 7B

    "Maafkan ibu, Hanin. Ibu terlalu memikirkan ucapan orang-orang tentangmu. Seharusnya ibu tak perlu memusingkan anggapan orang. Mau disebut nggak laku ataupun perawan tua yang penting kamu bahagia. Seharusnya ibu yakin jika jodoh sudah diatur dan kelak di saat yang tepat kamu juga akan dipertemukan dengan belahan jiwamu. Sayangnya ibu terlalu egois yang tak peduli dengan perasaanmu saat itu. Maafkan ibu yang baru menyadari kesalahan-kesalahan itu sekarang setelah semua terlambat." Ibu mulai tergugu, membuat dadaku terasa sesak kembali. "Bu ...." Aku memeluknya. Badan ibu terguncang dengan tangisnya yang makin terdengar. "Kamu anak semata wayang ibu, tapi ibu masih saja nggak memahami apa yang kamu suka dan apa yang kurang kamu suka. Ibu masih saja mau menang sendiri dengan alasan orang tua jauh lebih paham apa yang dibutuhkan anak-anaknya. Maafkan ibu, Hanin. Maaf ibu sudah menjodohkanmu dengan laki-laki yang tak bertanggungjawab itu. Maafkan ibu karena sudah merenggut sebagian masa

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-06
  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 8A

    "Mas, ibu titip pesan katanya mau bertemu denganmu," ujarku saat menyiapkan sarapan di meja makan. Mas Eris sedikit tersedak saat mendengar ucapanku. Buru-buru kuambilkan segelas air putih untuknya. Mas Eris pun meneguk air bening itu sampai setengah gelas. Sebagai seorang istri, aku masih menyiapkan segala kebutuhan dan berusaha tetap mengurusnya dengan baik meski mungkin tak pernah dianggapnya. Aku tak peduli sebab aku tak mau berdosa jika mengabaikannya begitu saja. Walau bagaimanapun dia masih sah sebagai suamiku dan aku wajib melayaninya. Namun, sejak dia mulai berhubungan dengan Mbak Fika, aku merasa dia mulai menghindar soal ranjang. Lagi-lagi aku tak ingin menuntut. Mungkin Mas Eris pikir aku akan merayunya lebih dulu. Nggak, aku cukup tahu diri. Jika dia tak meminta, itu justru berkah tersendiri buatku. Aku berharap begitu hingga sidang usai. Setidaknya aku tak memiliki anak dari laki-laki pengkhianat sepertinya. "Mau ngapain? Aku sibuk. Ibu bisa menelponku kalau ada hal

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-07

Bab terbaru

  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 68 [TAMAT]

    "Mas, boleh minta sesuatu?" tanya Hanin setelah terdiam beberapa saat. Eros begitu setia dan bersabar menunggu Hanin bicara. "Minta apapun boleh, Sayang. Apaa yang nggak buat kamu. Asalkan tak menyalahi aturanNya, InsyaAllah aku berusaha mewujudkan." Eros membingkai wajah istrinya lalu tersenyum tipis."Kita kembali ke makam Tania sebentar saja, boleh? Mumpung masih di sini," tanya Hanin dengan mengedipkan mata seolah memohon agar permintaannya dikabulkan. "Boleh." Eros membalas singkat dengan seulas senyum di kedua sudut bibirnya. "Makasih, Mas." Eros mengangguk lagi. Setelahnya membuka sabuk pengaman Hanin dan mengajaknya turun dari mobil. Sepasang suami istri itu kembali ke tempat semula. Mereka berdiri di depan sebuah makam yang telah berwarna-warni dengan taburan bunga. Hanin dan Eros jongkok di depan makam itu seperti yang dilakukannya beberapa menit lalu. Bulir-bulir bening menetes di kedua pipinya saat mengusap nisan putih itu. Tania Putri Salsabila binti Danang Saputro.

  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 67

    "Hanin, Eros, kalian di sini?" tanya Delima saat melihat Hanin dan Eros di depan makam Tania. Hanin yang masih memejamkan mata sembari merapalkan doa pun mendongak. Dia menatap Delima yang sudah berdiri di sampingnya."Tante Delima ...." Hanin beranjak dari tempatnya berjongkok lalu menyalami Delima, sementara Eros sedikit membungkuk sebagai pengganti jabat tangan. Eros belajar banyak dari Hanin yang tak mau bersentuhan dengan non mahram. "Maafkan saya yang baru datang ke pemakaman Tania, Tante," lirih Hanin setelah kedua perempuan itu mengurai pelukan. Delima mengusap lengan Hanin pelan lalu menggelengkan kepala. "Nggak apa-apa, Nin. Tante tahu kamu baru saja melahirkan. Pamali kalau datang ke pemakaman sebelum masa nifas usai. Hanin mengangguk sembari tersenyum tipis menatap Delima yang berkaca. "Om Danang nggak ikut, Tante?" tanya Hanin setelah menyadari jika Delima datang sendirian ke pemakaman ini. "Papanya Tania ke kantor, ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Kebetulan T

  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 66

    [Assalamualaikum, Bu. Gimana keadaan Tania sekarang?]Sudah tiga kali Hanin mengirimkan pesan yang sama pada ibunya, tapi sampai saat ini belum ada balasan apapun. Eros juga sudah menelepon Eris, tapi tak diangkat bahkan pesannya pun belum dibaca. Hanin dan Eros tak tenang. Mereka curiga ada sesuatu yang tak diinginkan terjadi pada Tania, tapi tak mungkin pergi sekarang karena Arkana baru saja aqiqah dan masih ada beberapa tamu di rumah. "Gimana, Mas?" tanya Hanin pada Eros yang baru masuk ke kamar mereka. Eros menggeleng pelan lalu mengusap lengan istrinya. "Nggak apa-apa, Sayang. Mungkin ibu sama Eris masih menjaga orang tua Tania. Jadi, mereka nggak sempat membuka handphone. Nanti kalau sudah longgar pasti menghubungi kita," ucap Eros dengan senyum tipisnya. Dia berusaha menenangkan Hanin yang terus gelisah. "Eros benar, Nin. Kamu tenang saja. Nanti ibu juga telepon," ucap Desy, kakak iparnya yang masuk kamar sembari menggendong Arkana. Desy tersenyum lalu menidurkan Arkan di

  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 65

    "Tania? Mana Tania, Del?" tanya Yuningsih mengikuti pandangan Delima ke area jalan raya. "Itu, Mbak. Dia tersenyum menatapku," balas Delima lagi. Salah satu jemarinya kembali menunjuk ke arah jalan. "Nggak ada, Del. Tania sudah pergi. Dia kembali ke pangkuanNya, Del. Ikhlaskan kepergiannya ya, supaya dia juga bisa tenang di sana." Yuningsih mengusap lengan Delima lalu kembali memeluknya. "Tania masih ada, Mbak. Dia bilang akan mengajakku dan Mas Danang jalan-jalan ke taman kota. Dia pasti sudah menunggu di rumah kan?" lirih Delima lagi. Air matanya masih bercucuran. Delima benar-benar belum bisa menerima kenyataan jika Tania telah tiada. Delima merasa jika anak angkatnya itu masih ada bersamanya bahkan kini menunggunya di rumah. Berulang kali Yuningsih menjelaskan, berulang kali pula Delima bersikukuh dengan ucapannya. "Tante, Tania sudah pergi. Om dan papa masih mengurus jenazahnya. Nanti kita makamkan bersama ya? Tak apa jika sekarang Tante belum bisa menerima ini semua, tapi k

  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 64

    Dokter Erwin keluar dari UGD. Dia mencari keluarga pasien yang ditanganinya saat ini. Danang dan Delima yang berada tak jauh dari ruangan itu pun saling tatap lalu buru-buru beranjak dari kursi. Mereka melangkah tergesa menghampiri sang dokter. Keduanya tak sabar ingin mendengar penjelasan dokter tentang keadaan Tania saat ini. "Keluarga pasien Tania?" tanya Dokter Erwin saat Danang dan Delima sampai di dekatnya. Sepasang suami istri itu mengangguk bersamaan. "Benar dokter. Kami orang tua Tania. Bagaimana keadaan anak kami, Dok?" tanya Delima sedikit terbata. Dokter Erwin menghela napas panjang lalu menatap Danang dan Delima dengan sorot mata berbeda. Ada mendung di kedua matanya. "Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, Pak, Bu, tapi Allah berkehendak lain," ucap dokter lirih, tapi cukup jelas terdengar. Delima shock. Dia tak sanggup mendengarkan ucapan dokter selanjutnya. Wanita itu menangis histeris. Tubuhnya lemas dan luruh di lantai begitu saja. Danang yang berada di samping

  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 63B

    "Ya Allah Tania kenapa, Tante? Padahal tadi tampak bersemangat dan ceria. Kenapa mendadak seperti ini?" Hanin kembali gugup dan terkejut melihat perubahan drastis perempuan di sampingnya. Tania benar-benar tampak lemas dan tak berdaya. "Tania memang begitu, Nin. Dia selalu berusaha kuat dan baik-baik saja makanya selama ini Tante dan Om juga nggak tahu kalau sakitnya sudah separah ini. Dia pintar menyembunyikan semuanya dan tak ingin melihat orang lain kerepotan." Delima mengoles minyak angin di kening Tania, tapi tak ada efek apapun karena Tania tetap terdiam."Maafkan kami, Nin. Kami harus bawa Tania ke rumah sakit," ujar Danang kemudian.Hanin mengiyakan dan mendoakan yang terbaik untuk Tania. Eros dan Eris pun ikut membantu Danang membawa Tania ke mobilnya. Ahmad, Yuningsih dan Eris ikut mengantar Tania ke rumah sakit. Sementara Rukmini dan Eros tetap di rumah menemani Hanin. Bahkan Hana pun ingin menginap di rumah sahabatnya itu."Semoga Tania baik-baik saja," lirih Hanin saat m

  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 63A

    Hari ini acara syukuran kelahiran Arkana Bima Atharrazka, anak pertama Hanin dan Eros. Bayi mungil itu tampan dan lucu. Dia begitu menggemaskan, membuat kedua orang tuanya semakin bahagia. Saat ini, dua keluarga berkumpul di rumah Eros, termasuk keluarga kakaknya Dani dari Semarang dan adiknya perempuannya, Ayu. Sejak pernikahan Eros dan Hanin, apalagi setelah Fika masuk penjara, Ayu tak kembali ikut campur masalah Hanin. Mungkin dia malu atau tak enak hati jika terus menghina kakak iparnya itu, apalagi setelah dia tahu jika ternyata kedua kakak kembarnya mencintai orang yang sama. Mereka sama-sama menyukai Hanin, perempuan yang selama ini dibenci dan selalu dihinanya. Bukan tanpa alasan Ayu selalu menyudutkan Hanin di setiap waktu dan kesempatan. Dia selalu berpikir jika Hanin tak pantas menjadi bagian dari keluarganya. "Selamat ya, Nin. Semoga jagoan kecil ini bisa menjadi anak yang shaleh dan sukses dunia akhirat. Mbak mendoakan yang terbaik buat kalian." Desy, istri Dani yang k

  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 62B

    Waktu terus bergulir dan kini hari perkiraan lahir tinggal menghitung hari. Hanin mulai kewalahan dengan perutnya yang membesar dan cukup susah untuk digerakkan. Dia sering begadang tiap malam karena susah tidur. Entah mengapa mata susah diajak kompromi. Rasanya nggak nyaman. Miring susah, terlentang nggak enak dan nggak mungkin tengkurap juga kan?Sudah tiga hari belakangan Eros tak memeriksa cafe maupun bisnis ekspedisinya. Dia ingin fokus mengurus dan menemani Hanin jika melahirkan sewaktu-waktu. Eros tak ingin kehilangan momen penting dalam hidupnya. Dia benar-benar berharap bisa menemani dan memberi dukungan pada Hanin saat persalinan nanti. "Istrimu lama sekali di kamar mandi, Ros. Cek sana. Ibu takut dia kepleset atau kenapa-kenapa. Perutnya sudah segede itu soalnya." Rukmini baru saja memerintah. Tak selang lama, suara Hanin dari kamar mandi membuat menantu dan mertua itu shock seketika. "Hanin!" teriak keduanya bersamaan lalu buru-buru lari ke kamar mandi. Benar kata Rukmi

  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 62A

    "Hamil?" Hanin menggumam. "Mungkinkah aku hamil? Secepat itu?" lirihnya lagi seolah tak percaya jika dia bisa hamil secepat itu. Rasanya seperti tak mungkin, tapi jika iya, tentu dia sangat mensyukurinya. Hanin buru-buru mencuci muka lalu membuka pintu kamar mandi. Eros sudah menunggu di sana dengan ekspresi cemas. "Kamu nggak kenapa-kenapa kan, Sayang?" ucapnya sembari membingkai wajah Hanin dengan kedua telapak tangan. Hanin tersenyum tipis lalu menggeleng pelan. "Nggak apa-apa, Mas. Kamu tenang saja ya? Mungkin karena kebanyakan minum air putih saja tadi makanya mual begini." Lagi-lagi Hanin mengusap punggung tangan Eros yang masih menempel di pipinya. "Syukurlah kalau begitu. Kita ke dokter saja ya? Bisa jadi mual-mualmu ini bukan mual sembarangan." "Maksudnya?" Hanin mengernyit. "Iya, mual karena hamil. Coba kamu ingat-ingat, telat nggak datang bulannya?" Eros merangkul sang istri lalu mengajaknya duduk di sofa ruang tengah. Hanin pun berusaha mengingat tanggal haid bulan

DMCA.com Protection Status