Bertemu dengan seorang student dari Jakarta dan hura hura mungkin itu hidup yang dilakoninya.
Dihamili dan lelaki itu diseretnya untuk bertanggungjawab. Mereka menikah di Singapura sebelum Jayadi Sanjaya pergi dengan suatu alasan yang hanya diketahui lelaki itu.
Meilani pulang ke Bintan dan membesarkan anaknya. 3 Tahun yang lalu setelah kakaknya meninggal karena kecelakaan.
Andri anaknya dibesarkan di bawah asuhan Meilana. Sekarang sudah 7 tahun umurnya.
Ia mengira, lelaki itu penakut, Jayadi sangat takut menjadi seorang ayah. Jadi dia pergi karena masih kuliah. Atau mungkin juga dia sekolah dinegara lain. Inggris atau Amerika.
Kakaknya terlalu gengsi untuk mencari minta bantuan; atau mungkin juga ada hal lain yang tidak diketahuinya. Meilana hanya dapat menduga duga.
Meilani pintar kuliah dan membiayai hidupnya dari pekerjaan disebuah bar di Singapura. Tapi kuliah itu tidak selesai.
Dalam keadaan mabuk ia melakukan perbuatan terlarang dengan seorang lelaki, adalah Jayadi Sanjaya.
Ia tak banyak tahu lelaki itu, temannya membantu menemukan lelaki itu dan bersedia mengawininya demi anak yang dikandungnya.
Setelah itu Jayadi pergi. Meilani membiarkan.
Ia kembali kedesanya, karena dia tak sanggup lagi hidup di Singapura.
Pulang kedesa kecilnya sebagai gadis yang tidak beruntung, membesarkan seorang anak dibantu Meilana.
Meninggalnya Meilani, adiknya Meilana mengambil alih untuk membesarkan anak itu.
Tidak peduli berapa banyak yang dibutuhkan merawat anak pada situasi keuangannya, Meilana dapat melakukannya!
"Meilana." Andika menggumamkan nama itu. Mengingat wanita itu. Dia merasa kagum sekaligus kasihan.
Wanita itu. Wajahnya tidak jelek, malahan sangat cantik dengan hidung yang bangir.
***
Andika memikirkan tentang Meilana. dengan riasan sederhana. Kalau menjadi konglomerat seperti apa wajahnya dia.
Ia ingin melaporkan kepada tuan Sanjaya mengenai tugas yang dibebankan kepadanya.
"Belum perlu," kata ayahnya.
"Selesaikan dulu tugasmu dan lihat putra itu."
"Jangan katakan ibunya sudah meninggal. Anggap Meilana itu Meilani," setelah ayahnya menerima seluruh laporan yang disampaikan Andika.
Tuan Sutanta memberikan pandangan yang berbeda dengan pikirannya.
"Maksud ayah saya dan Meilana akan membohongi tuan Sanjaya?"
Tuan Sutanta serius.
"Dia tidak akan tahu. Biarkan dia jadi menantu tuan Sanjaya dan kita akan mengendalikannya."
"Bagaimana kalau beliau tahu?"
"Salahkan wanita itu, kau tidak rugi bukan?"
"Apakah itu baik? Kita harus memikirkannya lagi," teriak Andika ingin menolaknya dengan keras.
"Tidak ada waktu," ujar ayahnya.
"Kau masih muda dalam dunia bisnis."
"Ini bukan bisnis!" Bantah Andika.
"Ini menyangkut kehidupan kamu!"
"Menyangkut masa depanmu juga." Ujar ayahnya diujung telpon genggamnya.
Tak ingin dia melakukan itu. Namun lelaki itu terlalu lemah untuk membantah ayahnya.
"Itu yang akan kamu lakukan, atau kamu tidak akan pernah menjadi Konglomerat. Kamu kehilangan segalanya, bisnis Papa dalam kesulitan keuangan." Putus tuan Sutanta.
Andika tidak terlalu mengerti dengan perkataan ayahnya. Andika merasa gamang untuk melakukan. Apakah itu akan membantu Meilana? Atau menjerumuskannya?
Tuan Sutanta terus saja mendesak anaknya. Serangkaian instruksi yang harus dilaksanakan bersama Meilana.
Meilana, Andika mengingat nama itu. Ia membayangkan wajah Meilana. Tidak jelek, tapi cantik dengan hidung yang mancung.
Kulitnya halus meski dia harus bekerja keras setiap hari.
Namun tiba tiba dia merasa perlu untuk menerima arahan dari tuan Sanjaya.
"Izinkan aku ayah, aku akan melaporkan kepada tuan Sanjaya. Beliau perlu tahu," usul Andika.
Ayahnya berpikir sebentar.
"Itu baik juga, tapi ingat yang kita bicarakan. Laporkan yang perlu saja dan ada yang dirahasiakan."
Serangkaian instruksi lagi diberikan ayahnya Tuan Sutanta.
Andika melaporkan kepada tuan Sanjaya. Konglomerat itu sangat memperhatikan. Berapapun uang dibutuhkan, tuan Sanjaya tidak keberatan untuk membiayainya. Apalah arti uang bagi seoranf konglomerat yang sangat kaya seperti Tuan Sanjaya.
"Bawa menantuku ke Jakarta, kalau dia kuliah di Singapura itu keren. Lakukan apa saja."
Andika meminta waktu, untuk menyelesaikan semuanya dan agar sang menantu dapat dibawa.
Suara tuan Sanjaya begitu sumringah.
***
Minggu siang itu, Andika ada dirumah Meilana. Wanita itu bingung, apakah dia akan menerima lelaki itu atau menolaknya. Setelah pembicaraan panjang dikantornya 2 hari yang lalu Meilana tak ingin meneruskannya.
"Aku ingin menolong kamu." Andika dapat melihat kecemasan diwajah Meilana."Aku punya penawaran lebih baik agar kau tidak kehilangan anak itu," ujar Andika.
"Tapi sebelumnya izinkan aku melihat anak itu."
"Dia sedang tidur siang," jawab Meilana.
"Tak perlu membangunkannya', aku hanya ingin melihatnya."
Meilana menatap tepat tepat ke wajah lelaki itu.
Andika mengedarkan pandangan.menatap berkeliling . Melihat foto di dinding. Melihat juga foto anak itu.
Terakhir, ia melihat foto Meilana dan disampingnya pasti Meilani, seperti kembaran yang cantik. Meilana lebih muda.Mukanya yang putih bersih, halus dan rambut yang hitam. Mata teduh namun menyiratkan kekerasan hati.
Andika memperhatikan lebih dalam.
" Baiklah," kata Meilana akhirnya.
Andika melihat anak itu. Seraut wajah bulat dengan mata bundar. Andika membandingkan dengan wajah ayahnya yang telah meninggal. Persis sama sewaktu kecil yang dilihatnya difoto dirumah tuan Sanjaya . Tanpa perlu DNA Andika dapat yakin, itu adalah cucu tuan Sanjaya.
Andika tahu, bocah itu mirip dengan Jayadi.
"Bisakah kita membicarakannya?" Tanya Andika dengan wajah serius.
Meilana berpikir sebentar, lama ia tidak menjawab. Dia berpikir dalam kegalauan.
Ketakutannya, mungkin ia perlu mendengar sesuatu.
"Engkau bisa tetap bersama anak itu, asal kamu menjadi Meilani'," usul Andika. Ucapan itu membuat mata Meilana terangkat.
" Aku Meilana," ujarnya ragu .
" Apa susahnya jadi Meilani? Kamu seperti kembarannya dan wajah kamu saya lihat sangat sama."
Tawaran Andika terasa aneh.
"Kamu akan jadi keluarga konglomerat. Menjadi menantu dan mengendalikan sebuah kerajaan bisnis besar."
Mata Meilana lebih membesar lagi .
"Aku punya pacar," Meilana tidak yakin .Andika tertegun.
"Apa engkau mencintai pacarmu?Bisakah engkau melupakannya demi anak itu?"
Meilana diam. Itu tidak buruk. Lelaki asing itu seperti menebak hatinya.
"Ayo, aku akan membawamu ke Jakarta. Mungkin kau perlu penyegaran, aku membawamu ke Singapura lebih dahulu dan kau mendapat keinginanmu."
" Keinginan?" Meilana lebih heran lagi.
"Kita ke Singapura, aku akan membelikan kamu apa saja. Itu uangmu dan setelah itu, kita memastikan anak itu adalah benar cucu kakeknya."
Pembicaraan itu terhenti ketika tiba tiba sikecil muncul. Andri bangun dari tidurnya dan muncul didepan Andika.
Meilana mengulurkan tangannya, anak itu memeluk Meilana sambil menatap asing ke Andika.
" Ayo, lihat Om," ujar Meilana. Anak itu menatap Andika, kemudian menatap Meilana.
" Ini om, ayo peluk Om." Andika mengulurkan tangan itu.
Anak itu tidak segera menanggapinya, baru setelah Meilana menganggukkan kepalanya, si kecil itu menghampiri Andika.
"Salam sama om."
Si bocah itu menyalaminya. Segera saja bocah itu menjadi suka. Mungkin dia merindukan seorang ayah. Siapa tahu '?
"Ayo, main kesana bersama Dion. Anak mami mau main layangan bukan?"
"Mami izinkan Andri main layangan? Tanya anak itu lagi. Biasanya maminya cerewet kalau dia berpanas panas dilapangan.
Meilana mengizinkan dan si bocah itu berlari keluar setelah mengambil layangannya.
Andika tersenyum melihat itu. Melihat mata Andri si bocah yang berbinar binar.Hubungan mereka segera mencair . Meilana menyukai lelaki asing itu, meski ada perdebatan sengit diantara mereka, Meilana mengakui bahwa Andika itu seorang yang simpatik.Apakah dia akan menjadi Meilani dan menjadi ibu bocah itu?Meilana hampir tak dapat memikirkannya. Semuanya itu begitu tiba tiba. Ia hampir tak dapat mencernakannya."Untuk bocah ini, ia memerlukan permainan. Kita bisa berlibur."" Singapura," ujar Andika." Aku bekerja.""Itu tidak penting. Engkau bisa menggunakan uang berapa saja dan selesaikan semuanya. Surat pindah, pekerjaan baru, hidup baru, identitas baru.""Aku tidak punya pasport untuk ke Singapura." kata Meilana."Pasportku sudah kadaluarsa,""Jangan kawatir, semuanya akan diurus. Agen akan menyelesailannya.""Katakan saja, supaya semuanya dapat kita bereskan."Meilana m
Ya Tuhan, bagaimana dia bisa tinggal di apartemen yang sama dengan pria asing yang bukan suaminya ini?"Tapi apa bedanya?" dia bangkit, terus memeriksa kamar. Dia mengingatkan dirinya sendiri lagi bahwa dia berhak menikmati menjadi Konglomerat karena secara status dia adalah ibunya, menantu konglomerat tuan Sanjaya. Dia adalah Meilani kakak kandungnya yang tercinta.Mungkin dialam lain, kakaknya itu akan menyetujui hal ini karena dilekatkan dengan nama keluarga besarnya Sanjaya.Suara Andika, yang menjelaskan sesuatu padanya, mengalihkan perhatian dari pikiran ."Hotel ini memiliki gym dan kolam renang di lantai dasar dan juga diatas. Dekat taman, tempat yang indah dan anda bisa berjalan bersama Andri " kata Andika.Semuanya disediakan di sini, Anda dapat memesan makanan di restoran - seperti di hotel, dan jika Anda membutuhkan sesuatu dari toko, ada mall yang bersatu dengan hotel ini. Anda dapat me
Seluruh gaya yang dilakukan stylish itu adalah ujian baginya. Dia sudah menghabiskan dua jam dengan penata rias dan penata rambut, agak lelah dengan prosedur berturut-turut, dan sekarang saatnya memilih pakaian.Gaun yang dijahit indah itu meluncur dengan mudah ke seluruh tubuh, pegawai salon itu menutup ritsleting bagian belakang, berjalan mengelilingi Meilana dan mundur selangkah untuk melihat hasilnya.Meilana berdiri dengan kepala tertunduk, tidak berani melihat dirinya di cermin. Dia masih berpikir bahwa dengan pakaian mahal ini dia akan terlihat konyol."Dan sekarang, sepatu. "Stylish itu mengambil sepasang yang cocok dari kotak, gadis penata gaya memasangkannya dan memadu ke gaun itu ." Desain ini mebuat kamu cantik sekali," ujarnya yakin .Dan dia segera membantu memakainya, meskipun kliennya memandangnya dengan ngeri.Sepatu itu dengan hak tinggi yang tidak biasa, tetapi sangat nyaman di kaki yang
Dan untuk dilihat seperti itu. Tidak hanya Andika , tapi juga hampir semua pengunjung resto tersebut.Sama sekali bukan karena mereka datang ke tempat yang begitu mewah dengan seorang anak kecil. Semua orang menatapnya dengan penuh perhatian, ini membuat Meilana merasa sangat canggung..“Kamu tidak terbiasa menjadi cantik,” kata Andika sedikit tertawa." Saya tidak mau menarik perhatian orang." balas Meilana ." Kamu lembut dan anggun." Andika masih ingin terus menatap dan memujinya ." Bersenang senang lah..'" ujar Andika lagi .Tapi itu membuatnya malu. Dia berusaha dan membuang muka.Setidak tidaknya bukan sekarang. Dia hanya ingin merasa nyaman dan menikmati makan yang enak dengan perutnya yang lapar ."Jadi, kamu mau makan siang apa?"" Aku tidak memilih, ini adalah yang terbaik ." ujar Meilana ketika masuk kerestoran yang dipilih Andika. Lelaki itu yang memilih makanan.Makana
Salah satu atraksi yang menjadi daya tarik di Singapura adalah Singapore Flyer.Para turis yang menikmati kawasan sekitarnya dengan berjalan kaki bisa menuju ke Singapore Flyer melalui daerah tepian air melalui jembatan yang terhubung .Pengunjung naik wahana melihat diketinggian di sekitar Marina Bay secara utuh.Bahkan melihat Malaysia dan sebuah pulau Indonesia dari ditinggian 165 meter dari bawah tanah .Lokasinya yang berada pada wilayah lapang juga membuatnya terlihat sangat mencolok ketika disandingkan dengan gedung-gedung pencakar langit yang bertebaran . Mereka ada dalam kapsul-kapsul ber AC .Kebun Binatang Singapura di dalam 11 zona yang berbeda. Taman reptil, Fragile Forest, Wild Africa dan banyak lagi.Andri kecil tertawa senang merasakan pengalaman di Kidzranger Tour, memberi makan binatang binatang yang lucu.Bersebelahan dengan Singapore Zoo adalah binatang mala
Tempat pemakaman mewah di Timur Jakarta, meski tak pernah lengang kali ini menghadirkan suasana pemakaman yang berbeda.Tempat yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas menarik itu akan menjadi sebuah makam bagi Jayadi Sanjaya, putra konglomerat Sanjaya Corporation.Meski sangat indah dan enak dipandang mata, tempat itu tetap sajalah sebuah makam. Tidak akan merubah hati tuan Sanjaya. Tidak akan mengembalikan putranya yang telah tiada.Penataan makam yang rapi, bersih, dan nyaman, mungkin memberi kesan indah sebagian orang, memberi kenangan bagi orang-orang yang tercinta.Tapi bagi tuan Sanjaya tidak ada artinya, karena kehilangan tetap kehilangan. Jayadi menjadi harapan pewaris, tapi berakhir dengan kematian.Putra terakhir yang diharapkan menjadi penerus dari kerajaan bisnis Sanjaya Corporation, pemilik tambang batubara , perkebunan kelapa sawit serta produk makanan instant.Masih idealkah itu disebut keluarga? Apa
Tidak ada yang berubah dari ruangan kantor besar tuan Sanjaya. Masih seperti empat tahun yang lalu saat dia menyerahkan kendali kepada anaknya Jayadi. Satu satunya perubahan mungkin cat dan ruangan itu lebih mewah dan lebih keren.Peti besi tahan api dan kuat itu masih di tempatnya yang sama. Hanya mereka berdua yang tahu kombinasi kunci besi itu. Tuan Sanjaya hapal betul dan diwariskan kepada putranya, tapi ia tidak tahu apakah kombinasi kuncinya masih sama.Membuka brankas ini dengan sistem kombinasi manual dengan standar empat roda yang dimiliki tuan Jayadi sanjaya dengan enam angka dan kunci utama.Ia lalu melakukan putaran dari angka nol, mencoba menggeser putaran kombinasi sampai angka 7 di posisi indeks atau garis pembuka.Memutar nomor kombinasi ke arah kiri lagi sebanyak tiga kali hitungan melewati nomor pertama. Berhenti saat hitungan masuk ke hitungan keempat.Lalu tuan Sanjaya memutar kombinasi ke arah kana
Pendekatan tuan Sutanta dengan tuan Sanjaya berjalan dengan baik.Tuan Sanjaya berterima kasih kepada kakak tirinya yang akan membantu mencari cucunya.Cucunya harus ditemukan. Uji DNA, dan jika benar, ia akan membesarkan anak itu sebagai pewaris Dinasti Sanjaya Corporation.Jika tidak, garis keturunan tuan Sanjaya terputus. Tak ada lagi usaha yang dilakukannya.Mungkin menjadi sebuah yayasan cukup cocok atau diwariskan kepada keluarga jauh.Tak berani tuan Sanjaya membayangkan perusahaan yang dibangun oleh ayahnya dan diwariskan kepadanya menjadi perusahaan besar lenyap ketika dia sudah meninggal.Usia tua dan penyakit yang menggerogotinya, diluar tampak sehat sehat saja. Namun ia mendapat perawatan dari penyakit sejenis kelainan darah, dimana ia tergantung dari obat obatan.Penyakit yang diagnosa sebagaigangguan produksi darah merah yang bisa meningkat ke kanker. Dalam istilah kedokteran Polysitemia vera.