Pulau Karimun di Kepulauan Riau berbatasan langsung dengan Negara Singapura dan Malaysia.
Dapat ditempuh selama 1 jam dengan menggunakan kapal Ferry dari Batam dan dari Tanjung Pinang 3 jam lebih .
Andika membutuhkan waktu menuju lokasi tambang tempat Meilana bekerja dengan mobil carteran selama 30 menit.
Ia telah menyelesaikan beberapa tahap dari pekerjaannya, Beruntung ia mendapat daftar dari murid murid SD di pulau itu. Sepenuhnya ia mendapat data tentang Meilana.
Itu adalah pulau kecil dan tidak susah mendapatkan alamat tempat ibunya bekerja.
Andika menatap alamat kantor itu. Sebuah perusahaan kecil, namun sebenarnya besar yang berkantor pusat di Singapura .
Menambang batugranit yang diekspor Singapura, untuk pembangunan gedung gedung bertingkat tinggi.
Ia minta izin untuk bertemu dan segera mengetahui dengan siapa dia berbicara. Pimpinan kantor mengizinkan dan memberikan tempat yang tenang diruangan tamu.
Paling kaget adalah Meilana.
"Meilana ada tamu," salah seorang rekannya memberitahu.
Pimpinan kantor itu memberi izin Meilana menemuinya. Lelaki itu tampak rapi dan necis dengan pakaian yang cukup mahal dan parlente.
Meilana tidak kenal, dan ia dengan heran bertanya
"Siapa anda?" Tanya Meilana gugup.
Dia melihat seorang pria. Tinggi, dengan jas, dan dasi dileher rambut hitam. Tidak ada bayangan senyuman di wajahnya, bibirnya terkatup rapat.
"Anda Meilana?" dia berkata dengan yakin, bahwa dia telah datang ke tempat yang tepat.
Lelaki itu melihat dirinya dan memperhatikan wanita itu dari ujung kaki dan menyadari kecantikannnya.
Meilana kemudian menjadi jelas orang asing itu pasti seorang yang kaya.
Lelaki itu menangkap kilatan kecemasan di wajah Meilana. Memperhatikan sejenak mencoba menyusun agar percakapan itu akrab.
" Apakah Anda bernama Meiliana?" Dia mengulangi pertanyaannya satu kali lagi.
" Iya, itulah aku,"jawab Meilana.
"Saya Andika," suaranya lembut tapi tegas ketika memperkenalkan diri.
"Aku ingin tahu, seorang putra yang dilahirkan yang bernama Andri Syaputra. Kakek Anak itu menugaskan saya untuk mencarinya," ujar Andika.
Meilana segera saja mengerti, maksud kedatangan pria itu, namun tak dapat menyembunyikan keterkejutannya.
Sebaliknya Andika menatap gadis itu, meski cantik tapi tidak modis tampak terlalu sederhana.
Meilana mengedarkan pandangannya ke wajah lelaki itu dan mulai berbicara.
"Dia tidak berani datang?" Tanya Meilana ketus .
" Siapa?"
" Jayadi', dia juga mengutus anda bukan?" Tanyanya.
Terdengar ketus suara Meilana dan Andika sampai menghela napas panjang.
“Kita perlu bicara , karena aku ingin memberitahumu," katanya akhirnya.
"Sampaikan saja apa pesan dari sipengecut itu, saya tidak punya banyak waktu."
Lagi lagi Meilana menanggapi dengan ketus .
"Anak itu anakku, namanya Andri Saputra," jelas Meilana dengan suara tegas.
Meilana merasakan adrenalin yang kuat mengalir ke dalam darahnya.
"Saya tidak melihat sesuatu yang rumit! Apa pun yang dikirim ayahnya ke sini, ia tidak perlu khawatir! Anaknya baik-baik saja tanpa dia."
Meilana melihat mata pria itu tidak berkedip, melihat bayangan di dalamnya dan suaranya yang tegas.
" Jadi anda tidak tahu?"
"Tahu apa?"
"Ada surat 3 tahun yang lalu, mengatakan anak itu, Tuan Jayadi menerimanya dan dia tidak bisa membalasnya."
Meilana mendengarkan dengan diam, matanya penuh perhatian. Ia ingat, ketika sakit dia dan kakaknya menulis surat. Mereka memang tidak perlu balasan surat itu.
"Kami tidak berpikir untuk balasannya." Meilana mengatakan tiba tiba.
Lelaki yang tadi menyebut namanya Andika berkata lagi.
"Namun aku harus memberitahumu bahwa sesuatu telah terjadi."
Suara Andika terdengar teredam, bukti betapa sulit baginya untuk berbicara sekarang.
"Aku tidak peduli apa yang harus kamu katakan." Meilana memutuskan, yang sebenarnya tidak menyukai percakapan itu.
Tapi suara Andika yang dalam menghentikan kata katanya di tengah tengah kalimat.
"Tuan Jayadi sudah meninggal."
Mata Meilana membesar, setengah tidak percaya dengan ucapan itu.
"Apa benar dia meninggal?" Meilana mengulang ucapan itu.
"Aku menyesal memberitahumu."
Andika menunjukan wajah simpati dan melihat wanita didepannya kelihatan lemas.
Ada keheningan setelah itu. Tapi Andika benar-benar tidak tahan lagi menjelaskan berita itu.
" Tewas," ujarnya.
"Saya minta maaf. Aku seharusnya tidak langsung membuatmu takut dengan berita seperti itu!"
Meilana masih menatapnya dengan tatapan aneh yang membeku.
'"Apakah lelaki itu benar benar sudah tiada?" Dia bertanya lagi ingin lebih jelas.
"Tabrakan mobil. Kecelakaan tunggal, satu bulan yang lalu." Jelas Andika.
"Aku butuh beberapa saat untuk menemukanmu.” Kata-kata Andika terdengar tiba-tiba.
Meilana bergoyang. Tiba-tiba Andika berada di sampingnya, meraih lengannya, namun Meilana menolaknya dengan keras. Ia tidak mau disentuh.
Dia melangkah mundur, menarik diri, tanpa disadari betapa kuat tangannya menolak lelaki itu.
Dia berbisik, seperti untuk dirinya sendiri.
"Dia meninggal?" Ulangnya lagi. - Ayah Andri sudah meninggal'?" ia mengulang kata kata itu meyakinkan dirinya bahwa itu tidak mimpi.
"Anda harus duduk," kata Andika
" Maafkan saya. Ini sungguh mengejutkan bagi anda. Aku tahu. "
Andika melanjutkan lagi dengan hati-hati memilih kata-katanya. Betapapun ia memilih kata yang tepat, tetap saja suasananya kurang enak.
"Apa yang kamu harapkan?" Dia ragu-ragu ketika mengingat kakaknya, dan kembali dia berpura pura jadi ibu anak itu.
'"Kami berharap untuk memulai sebuah keluarga, tapi,"
Meilana menghentikannya dengan 'berwajah sedih.
Andika tentu saja tahu, wanita itu berbohong. Dia bukan ibunya. Dia cuma saudaranya. Mungkin sedikit mirip.
"Aku ibu Andri," kata Meilana meneruskan kebohongan dan rasa sakit rahasia yang tersembunyi mengingat kakaknya yang telah meninggal.
Bagaimanapun, berita itu, Andri Syaputra yatim piatu dari kedua orang tuanya yang sudah meninggal. Ia harus menentukan sikap. Menjaga Andri Syahputra si kecil itu.
Tapi dia tidak pernah mengharapkan ayah sang anak itu betul betul sudah meninggal.
Penuh dengan air mata, ia mendengar suara Andika seperti datang dari suatu tempat yang jauh.
"Semoga anda dapat tabah."
Andika berdiri, menatap saudara perempuan dari wanita yang melahirkan seorang anak dan pewaris keluarga Sanjaya.
Ia belum berniat mengagetkan wanita itu bahwa ia sudah tahu siapa ibu anak itu. Ia membiarkan Meilana berbicara apa saja. Berbohong
Wajar saja, selama beberapa tahun memelihara bocah itu dia sudah terikat dan menganggapnya anak kandung. Kalau itu diambil dari dia, akan merupakan pukulan besar baginya.
Juga kepada orang lain disekitarnya, ketika ia menyelidiki wanita itu selalu mengaku sebagai itu kandungnya.
"Dimana anak itu sekarang? Bisakah saya bertemu?"
Andika bertanya. Dia berusaha untuk tidak terdengar terlalu kasar,
Meilana mengangkat dagunya.
"Dia bersamaku! " Meilana menjawab dengan tajam.
"Aku ingin berjumpa."
"Itu tidak perlu. Dia akan tinggal bersamaku! Itu saja yang perlu Anda ketahui!"
Meilana sampai melompat berdiri, ketakutan dan kepanikan mencegahnya untuk tetap diam.
Terlalu banyak hal sekaligus - syok demi syok - dia tidak bisa menangani semuanya.
Andika melangkah lebih dekat .
"Nona Meliana, kita harus bicara."
"Tidak! Tidak ada yang perlu dibicarakan di sini! Tidak ada apa-apa! Anda boleh pergi."
Dengan sedikit kibasan tangannya, dia menyuruh lelaki itu pergi.
Kakaknya memberinya anak bersama dengan nafas terakhirnya, dan dia tidak akan pernah mengkhianatinya! Memberikan anak itu kepada orang lain? Tidak pernah!
Air mata kembali membasahi matanya mengingat kakaknya.
"Jaga Andri dengan jiwamu."
Itu adalah kata-kata terakhir dari kakaknya sebelum meninggal.
"Hanya aku dan kamu," bisiknya, mengambil anak itu ketika mereka berdua merawatnya dari penitipan setelah pekerjaan mereka berakhir.
Meilana bingung. Andika juga. Mungkin kini ia harus membujuknya dengan cara lain dan menawarkan sesuatu."Maaf, mungkin anda dipihak lemah kalau tidak mau bekerjasama. Aku berjanji akan membantu anda.""Itu anakku." Meilana bersikeras. Andika kehilangan kesabaran."Kakak anda mengirimkan copy akte kelahiran, nama ibunya Meilani," tiba tiba saja Andika membuka rahasia itu.Mata Meilana membesar karena terkejut. Perasaannya mulai goyah ketika lelaki itu ternyata tahu banyak. Sesuatu yang tidak diduganya sama sekali."Anda menganggap itu bukan anakku," ia bertanya dan mengulangi dengan suara sedikit keras."Engkau Meilana, kamu adiknya. Mungkin engkau mirip, tapi kamu bukan ibunya," jawaban Andika mengecilkan hatinya membuat dia galau.Peluh memercik di dahi Meilana. Ketika kebohongannya terungkap, apakah dia akan kehilangan Adrian Syaputra, anak yang sudah dianggap anak kandungnya.?"Kamu bisa saja mengadopsinya. Tapi
Bertemu dengan seorang student dari Jakarta dan hura hura mungkin itu hidup yang dilakoninya. Dihamili dan lelaki itu diseretnya untuk bertanggungjawab. Mereka menikah di Singapura sebelum Jayadi Sanjaya pergi dengan suatu alasan yang hanya diketahui lelaki itu. Meilani pulang ke Bintan dan membesarkan anaknya. 3 Tahun yang lalu setelah kakaknya meninggal karena kecelakaan. Andri anaknya dibesarkan di bawah asuhan Meilana. Sekarang sudah 7 tahun umurnya. Ia mengira, lelaki itu penakut, Jayadi sangat takut menjadi seorang ayah. Jadi dia pergi karena masih kuliah. Atau mungkin juga dia sekolah dinegara lain. Inggris atau Amerika. Kakaknya terlalu gengsi untuk mencari minta bantuan; atau mungkin juga ada hal lain yang tidak diketahuinya. Meilana hanya dapat menduga duga. Meilani pintar kuliah dan membiayai hidupnya dari pekerjaan disebuah bar di Singapura. Tapi kuliah itu tidak selesai. Dalam keadaan mabu
Andika tersenyum melihat itu. Melihat mata Andri si bocah yang berbinar binar.Hubungan mereka segera mencair . Meilana menyukai lelaki asing itu, meski ada perdebatan sengit diantara mereka, Meilana mengakui bahwa Andika itu seorang yang simpatik.Apakah dia akan menjadi Meilani dan menjadi ibu bocah itu?Meilana hampir tak dapat memikirkannya. Semuanya itu begitu tiba tiba. Ia hampir tak dapat mencernakannya."Untuk bocah ini, ia memerlukan permainan. Kita bisa berlibur."" Singapura," ujar Andika." Aku bekerja.""Itu tidak penting. Engkau bisa menggunakan uang berapa saja dan selesaikan semuanya. Surat pindah, pekerjaan baru, hidup baru, identitas baru.""Aku tidak punya pasport untuk ke Singapura." kata Meilana."Pasportku sudah kadaluarsa,""Jangan kawatir, semuanya akan diurus. Agen akan menyelesailannya.""Katakan saja, supaya semuanya dapat kita bereskan."Meilana m
Ya Tuhan, bagaimana dia bisa tinggal di apartemen yang sama dengan pria asing yang bukan suaminya ini?"Tapi apa bedanya?" dia bangkit, terus memeriksa kamar. Dia mengingatkan dirinya sendiri lagi bahwa dia berhak menikmati menjadi Konglomerat karena secara status dia adalah ibunya, menantu konglomerat tuan Sanjaya. Dia adalah Meilani kakak kandungnya yang tercinta.Mungkin dialam lain, kakaknya itu akan menyetujui hal ini karena dilekatkan dengan nama keluarga besarnya Sanjaya.Suara Andika, yang menjelaskan sesuatu padanya, mengalihkan perhatian dari pikiran ."Hotel ini memiliki gym dan kolam renang di lantai dasar dan juga diatas. Dekat taman, tempat yang indah dan anda bisa berjalan bersama Andri " kata Andika.Semuanya disediakan di sini, Anda dapat memesan makanan di restoran - seperti di hotel, dan jika Anda membutuhkan sesuatu dari toko, ada mall yang bersatu dengan hotel ini. Anda dapat me
Seluruh gaya yang dilakukan stylish itu adalah ujian baginya. Dia sudah menghabiskan dua jam dengan penata rias dan penata rambut, agak lelah dengan prosedur berturut-turut, dan sekarang saatnya memilih pakaian.Gaun yang dijahit indah itu meluncur dengan mudah ke seluruh tubuh, pegawai salon itu menutup ritsleting bagian belakang, berjalan mengelilingi Meilana dan mundur selangkah untuk melihat hasilnya.Meilana berdiri dengan kepala tertunduk, tidak berani melihat dirinya di cermin. Dia masih berpikir bahwa dengan pakaian mahal ini dia akan terlihat konyol."Dan sekarang, sepatu. "Stylish itu mengambil sepasang yang cocok dari kotak, gadis penata gaya memasangkannya dan memadu ke gaun itu ." Desain ini mebuat kamu cantik sekali," ujarnya yakin .Dan dia segera membantu memakainya, meskipun kliennya memandangnya dengan ngeri.Sepatu itu dengan hak tinggi yang tidak biasa, tetapi sangat nyaman di kaki yang
Dan untuk dilihat seperti itu. Tidak hanya Andika , tapi juga hampir semua pengunjung resto tersebut.Sama sekali bukan karena mereka datang ke tempat yang begitu mewah dengan seorang anak kecil. Semua orang menatapnya dengan penuh perhatian, ini membuat Meilana merasa sangat canggung..“Kamu tidak terbiasa menjadi cantik,” kata Andika sedikit tertawa." Saya tidak mau menarik perhatian orang." balas Meilana ." Kamu lembut dan anggun." Andika masih ingin terus menatap dan memujinya ." Bersenang senang lah..'" ujar Andika lagi .Tapi itu membuatnya malu. Dia berusaha dan membuang muka.Setidak tidaknya bukan sekarang. Dia hanya ingin merasa nyaman dan menikmati makan yang enak dengan perutnya yang lapar ."Jadi, kamu mau makan siang apa?"" Aku tidak memilih, ini adalah yang terbaik ." ujar Meilana ketika masuk kerestoran yang dipilih Andika. Lelaki itu yang memilih makanan.Makana
Salah satu atraksi yang menjadi daya tarik di Singapura adalah Singapore Flyer.Para turis yang menikmati kawasan sekitarnya dengan berjalan kaki bisa menuju ke Singapore Flyer melalui daerah tepian air melalui jembatan yang terhubung .Pengunjung naik wahana melihat diketinggian di sekitar Marina Bay secara utuh.Bahkan melihat Malaysia dan sebuah pulau Indonesia dari ditinggian 165 meter dari bawah tanah .Lokasinya yang berada pada wilayah lapang juga membuatnya terlihat sangat mencolok ketika disandingkan dengan gedung-gedung pencakar langit yang bertebaran . Mereka ada dalam kapsul-kapsul ber AC .Kebun Binatang Singapura di dalam 11 zona yang berbeda. Taman reptil, Fragile Forest, Wild Africa dan banyak lagi.Andri kecil tertawa senang merasakan pengalaman di Kidzranger Tour, memberi makan binatang binatang yang lucu.Bersebelahan dengan Singapore Zoo adalah binatang mala
Tempat pemakaman mewah di Timur Jakarta, meski tak pernah lengang kali ini menghadirkan suasana pemakaman yang berbeda.Tempat yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas menarik itu akan menjadi sebuah makam bagi Jayadi Sanjaya, putra konglomerat Sanjaya Corporation.Meski sangat indah dan enak dipandang mata, tempat itu tetap sajalah sebuah makam. Tidak akan merubah hati tuan Sanjaya. Tidak akan mengembalikan putranya yang telah tiada.Penataan makam yang rapi, bersih, dan nyaman, mungkin memberi kesan indah sebagian orang, memberi kenangan bagi orang-orang yang tercinta.Tapi bagi tuan Sanjaya tidak ada artinya, karena kehilangan tetap kehilangan. Jayadi menjadi harapan pewaris, tapi berakhir dengan kematian.Putra terakhir yang diharapkan menjadi penerus dari kerajaan bisnis Sanjaya Corporation, pemilik tambang batubara , perkebunan kelapa sawit serta produk makanan instant.Masih idealkah itu disebut keluarga? Apa