Andika tersenyum melihat itu. Melihat mata Andri si bocah yang berbinar binar.
Hubungan mereka segera mencair . Meilana menyukai lelaki asing itu, meski ada perdebatan sengit diantara mereka, Meilana mengakui bahwa Andika itu seorang yang simpatik.
Apakah dia akan menjadi Meilani dan menjadi ibu bocah itu?
Meilana hampir tak dapat memikirkannya. Semuanya itu begitu tiba tiba. Ia hampir tak dapat mencernakannya.
"Untuk bocah ini, ia memerlukan permainan. Kita bisa berlibur."
" Singapura," ujar Andika.
" Aku bekerja."
"Itu tidak penting. Engkau bisa menggunakan uang berapa saja dan selesaikan semuanya. Surat pindah, pekerjaan baru, hidup baru, identitas baru."
"Aku tidak punya pasport untuk ke Singapura." kata Meilana.
"Pasportku sudah kadaluarsa,"
"Jangan kawatir, semuanya akan diurus. Agen akan menyelesailannya."
"Katakan saja, supaya semuanya dapat kita bereskan."
Meilana masih harus berpikir pikir. Dirinya terasa gamang. Bagaimanapun juga semuanya terasa direnggutkan.
Kelambanan gadis itu sangat mengesalkan Andika. Jadi ia kehilangan kesabaran yang tadi ditahan tahannya.
"Dengar Melana, engkau tidak perlu berpikir. Semua kesulitan kamu bisa diurus. Agen akan menyelesaikan. Dengan uang yang tidak terbatas, aku bisa selesaikan pasport kamu berdua dengan anakmu. Karena kamu ibunya, jadi pasport itu menyatu dengan kamu"
Kata kata itu seperti kesombongan.
Namun Meilana tetap saja harus nyinyir mengatakan masalahnya."Rumahku? "
"Rumah kecil itu?"
Suara Andika membuat Meilana tersinggung.
"Itu rumahku," suaranya setengah berteriak.
"Aku akan membelinya, jangan kawatir. Berapapun harganya'"
"Kau membeli rumahku? Lalu kau apakan? "
"Kujual lagi, agen property akan menyelesaikannya melalui notaris. Jangan pikirkan itu. Kamu punya uang yang tidak mau kau terima secara cuma cuma bukan? Rumah itu menjadi uang pertama kamu yang kubeli dua kali lipat."
Meilana terdiam, dia mengalah pada akhirnya.
Dia harus bersibuk dengan cepat, mengurus surat pindah, identitas baru dan semua dokumen dia dan Meilani.
Ada beberapa orang yang menyelesaikanya. Semuanya butuh waktu, tapi mereka bergerak dengan cepat.
Andika menyelesaikan semuanya melalui agen perumahan dan notaris serta biro jasa yang mengurus pasport mereka.
Lelaki itu memberikan uang yang cukup banyak untuk itu semua itu. Dengan identitas Meilani, ia juga membuka tabungan.
Harga rumahnya dimana semuanya dibayar Andika.
"Sebenarnya anda tidak perlu untuk memikirkan apa apa.Karena anda adalah konglomerat. Anda Crazy Rich. Bisa dibilang begitu. Kamu cuma tidak tahu saja."
"Aku belum percaya."
"'Kamu harus belajar untuk percaya, belajar untuk jadi crazy rich. Singapura adalah tempatnya."
Ini yang dibayangkan Meilana ketika Andika tak bosan bosannya menjelaskan hal itu kepadanya .
"Tuan Sanjaya kakeknya akan tidak setuju jika engkau bodoh, tapi aku tahu itu. Sebagai seorang yang pernah jadi mahasiswa, kamu tidak akan kesulitan."
“Dia ingin Andri menjadi ahli warisnya dimasa depan, Anakmu akan menjadi pemilik Sanjaya Utama Corporation, seperti yang dilakukan ayahnya Jayadi, jika dia tidak meninggal. Kamu juga menantu tuan Sanjaya."
Andika tersenyum lagi, meyakinkan gadis itu agar jangan ragu.
"Yang kita lakukan adalah mengurus perusahaan sampai Andri kecil menjadi cukup umur dan dewasa.'"
" Saya sangsi, apakah saya sanggup mengelola perusahaan?"
"Engkau bisa belajar. Aku akan membantumu," tegas Andika.
"Ada lebih dari selusin orang pandai yang digaji dibawah perintah kamu. Mereka profesional."
Tidak ada orang yang merasa shock berat seperti Meilana. Ucapan Andika seperti bunyi genta yang bertalu talu memukul kesadarannya yang paling dalam .
Setelah beberapa hari selesai, sekarang dia adalah Meilani. Meilana sudah hilang. Meilana sudah berhenti bekerja, tidak ada lagi nama itu dalam identitasnya yang baru.
“Kamu dapat belajar dan kuliah, ditempat terbaik. Sementara anakmu akan disiapkan untuk pewaris. Tuan Sanjaya pasti akan memberikan pendidikan terbaik untuknya," kata Andika yang mungkin sudah beberapa kali diucapkan. Sampai Meilana bosan mendengarnya.
"Itu sudah berkali kali kamu katakan, itu sudah cukup. Biarkan aku berpikir sendiri." Meilana jengkel.
Meninggalkan hidup yang biasa dilakukannya bukan hal mudah.
Andika agak tergetar, tapi dia tidak mau mengalah.
“Jadi kamu sudah mengerti ? Baguslah."
Dia kemudian mengatakan apa yang sebenarnya tidak ingin dia katakan padanya untuk terakhir kali .
“Atau kakeknya akan mengajukan sendiri permintaan untuk mengambil Andri sebagai cucunya, dan anda kehilangan anak itu."
Meilana mendelik. Itu kata kata yang ditakutkannya.
"Jadi anda siap, tidak ragu karena semuanya telah terjadi. "
" Baiklah, jika aku gagal, tuan Sanjaya tidak menerimaku bagaimana!"
" Kamu bisa pulang, uang kamu cukup banyak untuk bisa membeli rumah baru. Ambil rumah itu kembali kalau belum dijual agen properti, kau tak perlu mengembalikan uang yang telah kuberikan.
***
Kehilangan pacar yang mungkin tidak begitu dicintainya karena perbedaan keyakinan, agama dan kebangsaan.
Lelaki itu melempem, dan pasrah berpisah ketika Meilana mengatakan akan pindah.
David Ong cuma berpikir sejenak.
"Pertemuan kita pendek sekali. Tapi tidak apa, kita belum lama berteman."
"Engkau mau kemana?"
"Jakarta, " ujar Meilana. Ia tidak mau mengatakan akan tinggal di Singapura.
Akan lebih panjang urusannya. Semua itu sudah diatur Andika. Dia cuma ingin mengatakan itu.
Berhenti bekerja tiba tiba adalah kepedihan yang lain. Terenggut untuk kehidupan sebelumnya masuk dalam ke kehidupan baru yang tidak dikenalnya. Seperti pusaran angin yang menghempas.
Duduk tak bergerak, kecemasan dan ketidakpercayaan membeku di matanya, diatas speedboat yang berlari kencang menuju Singapura.
Dia telah mempercayai orang yang hampir asing, menyetujui sebuah konspirasi.
Karena ketakutan bahwa seseorang akan mengambil darinya anak yang dia cintai sebagai sejak menit-menit pertama hidupnya.
Dan pada saat itu, seolah-olah mendapat sinyal, bocah itu menoleh dan memandang mereka. Seperti mengisyaratkan tidak mau berpisah. Meilana tersenyum kepada bocah kecil itu, meyakinkan bahwa mereka akan tetap bersama.
Ia dengan hati hati menjaga agar dialog mereka tidak didengar anaknya. Perdebatan, pembantahan yang berujung persetujuan tidak bagus untuk anak seusia 7 tahun yang bisa saja mengerti.
***

Andika membimbing si bocah dan turun dari spedboat yang telah membawa mereka ke Singapura.
Meilana mengikutinya dari belakng berpikir, si bocah adalah putra ayahnya keluarga Sanjaya .
Apa dia melupakannya saja dan menerima uang untuk seumur hidupnya ?
Apakah si bocah akan tahu saat dia sudah besar nanti?
Bagaimana dia akan bereaksi terhadap hal ini ketika dia mengetahui adanya konspirasi dan menyadari bahwa Meilana bukan ibunya?
Ah, sudahlah, dia akan tampil sebagai ibunya Andri, Meilani adalah menantu tuan Sanjaya.
Merubah penampilannya dan identitasnya membuat semua orang tidak mengenalnya.
Selama ini ia telah melakukannya, dia tinggal ditempat yang jauh dan wajahnya hampir tidak bisa dibedakan dengan Meilani .
" Meilana? "
Suaranya yang dalam membuyarkan pikirannya. Dia mengangkat kepalanya dan bertemu dengan tatapannya, yang membuatnya tersentak.
-"Jangan berpikir terlalu jauh?" lagi lagi Andika mengingatkan .
****
Meilana melihat sekeliling ruangan. Tampak besar baginya, sofa berlapis kulit ringan dan kursi berlengan serta karpet coklat kekuningan yang lembut tampak bagus di ruang ini.
Jendela dari lantai ke langit-langit menghadap ke taman sisi barat Apartemen. Sulit membayangkan sesuatu yang tidak ada apa apanya dengan rumahnya .
Tapi di sinilah dia tinggal menikmati Singapura .
Ia masih harus belajar menapak jalan kakaknya ketika tinggal di Singapura. Tempat tinggalnya, diuniversity dan tempat kerjanya Meilani agar jika ada yang bertanya tentang Singapura, ia tidak gagap .
Sekali lagi, dia merasakan gelombang teror yang akan datang.
Pikiran baru menentangnya, sudah terlambat, keputusan sudah terjadi. Semua kenangan lama harus lenyap.
Semua barang pribadinya dijual atau dihibahkannya kepada tetangganya.Kini dia tergeletak di kamar mewah di sebuah hotel di Singapura.
"Pilih kamar tidur untuk dirimu dan untuk Andri sibocah " kata Andika.
Beberapa kamar tidur terbuka ke koridor yang lebar. Meilana tahu mana yang akan dia pilih, yang terjauh dari kamar tidur Andika.
Ya Tuhan, bagaimana dia bisa tinggal di apartemen yang sama dengan pria asing yang bukan suaminya ini?"Tapi apa bedanya?" dia bangkit, terus memeriksa kamar. Dia mengingatkan dirinya sendiri lagi bahwa dia berhak menikmati menjadi Konglomerat karena secara status dia adalah ibunya, menantu konglomerat tuan Sanjaya. Dia adalah Meilani kakak kandungnya yang tercinta.Mungkin dialam lain, kakaknya itu akan menyetujui hal ini karena dilekatkan dengan nama keluarga besarnya Sanjaya.Suara Andika, yang menjelaskan sesuatu padanya, mengalihkan perhatian dari pikiran ."Hotel ini memiliki gym dan kolam renang di lantai dasar dan juga diatas. Dekat taman, tempat yang indah dan anda bisa berjalan bersama Andri " kata Andika.Semuanya disediakan di sini, Anda dapat memesan makanan di restoran - seperti di hotel, dan jika Anda membutuhkan sesuatu dari toko, ada mall yang bersatu dengan hotel ini. Anda dapat me
Seluruh gaya yang dilakukan stylish itu adalah ujian baginya. Dia sudah menghabiskan dua jam dengan penata rias dan penata rambut, agak lelah dengan prosedur berturut-turut, dan sekarang saatnya memilih pakaian.Gaun yang dijahit indah itu meluncur dengan mudah ke seluruh tubuh, pegawai salon itu menutup ritsleting bagian belakang, berjalan mengelilingi Meilana dan mundur selangkah untuk melihat hasilnya.Meilana berdiri dengan kepala tertunduk, tidak berani melihat dirinya di cermin. Dia masih berpikir bahwa dengan pakaian mahal ini dia akan terlihat konyol."Dan sekarang, sepatu. "Stylish itu mengambil sepasang yang cocok dari kotak, gadis penata gaya memasangkannya dan memadu ke gaun itu ." Desain ini mebuat kamu cantik sekali," ujarnya yakin .Dan dia segera membantu memakainya, meskipun kliennya memandangnya dengan ngeri.Sepatu itu dengan hak tinggi yang tidak biasa, tetapi sangat nyaman di kaki yang
Dan untuk dilihat seperti itu. Tidak hanya Andika , tapi juga hampir semua pengunjung resto tersebut.Sama sekali bukan karena mereka datang ke tempat yang begitu mewah dengan seorang anak kecil. Semua orang menatapnya dengan penuh perhatian, ini membuat Meilana merasa sangat canggung..“Kamu tidak terbiasa menjadi cantik,” kata Andika sedikit tertawa." Saya tidak mau menarik perhatian orang." balas Meilana ." Kamu lembut dan anggun." Andika masih ingin terus menatap dan memujinya ." Bersenang senang lah..'" ujar Andika lagi .Tapi itu membuatnya malu. Dia berusaha dan membuang muka.Setidak tidaknya bukan sekarang. Dia hanya ingin merasa nyaman dan menikmati makan yang enak dengan perutnya yang lapar ."Jadi, kamu mau makan siang apa?"" Aku tidak memilih, ini adalah yang terbaik ." ujar Meilana ketika masuk kerestoran yang dipilih Andika. Lelaki itu yang memilih makanan.Makana
Salah satu atraksi yang menjadi daya tarik di Singapura adalah Singapore Flyer.Para turis yang menikmati kawasan sekitarnya dengan berjalan kaki bisa menuju ke Singapore Flyer melalui daerah tepian air melalui jembatan yang terhubung .Pengunjung naik wahana melihat diketinggian di sekitar Marina Bay secara utuh.Bahkan melihat Malaysia dan sebuah pulau Indonesia dari ditinggian 165 meter dari bawah tanah .Lokasinya yang berada pada wilayah lapang juga membuatnya terlihat sangat mencolok ketika disandingkan dengan gedung-gedung pencakar langit yang bertebaran . Mereka ada dalam kapsul-kapsul ber AC .Kebun Binatang Singapura di dalam 11 zona yang berbeda. Taman reptil, Fragile Forest, Wild Africa dan banyak lagi.Andri kecil tertawa senang merasakan pengalaman di Kidzranger Tour, memberi makan binatang binatang yang lucu.Bersebelahan dengan Singapore Zoo adalah binatang mala
Tempat pemakaman mewah di Timur Jakarta, meski tak pernah lengang kali ini menghadirkan suasana pemakaman yang berbeda.Tempat yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas menarik itu akan menjadi sebuah makam bagi Jayadi Sanjaya, putra konglomerat Sanjaya Corporation.Meski sangat indah dan enak dipandang mata, tempat itu tetap sajalah sebuah makam. Tidak akan merubah hati tuan Sanjaya. Tidak akan mengembalikan putranya yang telah tiada.Penataan makam yang rapi, bersih, dan nyaman, mungkin memberi kesan indah sebagian orang, memberi kenangan bagi orang-orang yang tercinta.Tapi bagi tuan Sanjaya tidak ada artinya, karena kehilangan tetap kehilangan. Jayadi menjadi harapan pewaris, tapi berakhir dengan kematian.Putra terakhir yang diharapkan menjadi penerus dari kerajaan bisnis Sanjaya Corporation, pemilik tambang batubara , perkebunan kelapa sawit serta produk makanan instant.Masih idealkah itu disebut keluarga? Apa
Tidak ada yang berubah dari ruangan kantor besar tuan Sanjaya. Masih seperti empat tahun yang lalu saat dia menyerahkan kendali kepada anaknya Jayadi. Satu satunya perubahan mungkin cat dan ruangan itu lebih mewah dan lebih keren.Peti besi tahan api dan kuat itu masih di tempatnya yang sama. Hanya mereka berdua yang tahu kombinasi kunci besi itu. Tuan Sanjaya hapal betul dan diwariskan kepada putranya, tapi ia tidak tahu apakah kombinasi kuncinya masih sama.Membuka brankas ini dengan sistem kombinasi manual dengan standar empat roda yang dimiliki tuan Jayadi sanjaya dengan enam angka dan kunci utama.Ia lalu melakukan putaran dari angka nol, mencoba menggeser putaran kombinasi sampai angka 7 di posisi indeks atau garis pembuka.Memutar nomor kombinasi ke arah kiri lagi sebanyak tiga kali hitungan melewati nomor pertama. Berhenti saat hitungan masuk ke hitungan keempat.Lalu tuan Sanjaya memutar kombinasi ke arah kana
Pendekatan tuan Sutanta dengan tuan Sanjaya berjalan dengan baik.Tuan Sanjaya berterima kasih kepada kakak tirinya yang akan membantu mencari cucunya.Cucunya harus ditemukan. Uji DNA, dan jika benar, ia akan membesarkan anak itu sebagai pewaris Dinasti Sanjaya Corporation.Jika tidak, garis keturunan tuan Sanjaya terputus. Tak ada lagi usaha yang dilakukannya.Mungkin menjadi sebuah yayasan cukup cocok atau diwariskan kepada keluarga jauh.Tak berani tuan Sanjaya membayangkan perusahaan yang dibangun oleh ayahnya dan diwariskan kepadanya menjadi perusahaan besar lenyap ketika dia sudah meninggal.Usia tua dan penyakit yang menggerogotinya, diluar tampak sehat sehat saja. Namun ia mendapat perawatan dari penyakit sejenis kelainan darah, dimana ia tergantung dari obat obatan.Penyakit yang diagnosa sebagaigangguan produksi darah merah yang bisa meningkat ke kanker. Dalam istilah kedokteran Polysitemia vera.
Pulau Karimun di Kepulauan Riau berbatasan langsung dengan Negara Singapura dan Malaysia.Dapat ditempuh selama 1 jam dengan menggunakan kapal Ferry dari Batam dan dari Tanjung Pinang 3 jam lebih .Andika membutuhkan waktu menuju lokasi tambang tempat Meilana bekerja dengan mobil carteran selama 30 menit.Ia telah menyelesaikan beberapa tahap dari pekerjaannya, Beruntung ia mendapat daftar dari murid murid SD di pulau itu. Sepenuhnya ia mendapat data tentang Meilana.Itu adalah pulau kecil dan tidak susah mendapatkan alamat tempat ibunya bekerja.Andika menatap alamat kantor itu. Sebuah perusahaan kecil, namun sebenarnya besar yang berkantor pusat di Singapura .Menambang batugranit yang diekspor Singapura, untuk pembangunan gedung gedung bertingkat tinggi.Ia minta izin untuk bertemu dan segera mengetahui dengan siapa dia berbicara. Pimpinan kantor mengizinkan dan memberikan tempat yang tenang diruangan tamu.Palin