Tidak ada yang berubah dari ruangan kantor besar tuan Sanjaya. Masih seperti empat tahun yang lalu saat dia menyerahkan kendali kepada anaknya Jayadi. Satu satunya perubahan mungkin cat dan ruangan itu lebih mewah dan lebih keren.
Peti besi tahan api dan kuat itu masih di tempatnya yang sama. Hanya mereka berdua yang tahu kombinasi kunci besi itu. Tuan Sanjaya hapal betul dan diwariskan kepada putranya, tapi ia tidak tahu apakah kombinasi kuncinya masih sama.
Membuka brankas ini dengan sistem kombinasi manual dengan standar empat roda yang dimiliki tuan Jayadi sanjaya dengan enam angka dan kunci utama.
Ia lalu melakukan putaran dari angka nol, mencoba menggeser putaran kombinasi sampai angka 7 di posisi indeks atau garis pembuka.
Memutar nomor kombinasi ke arah kiri lagi sebanyak tiga kali hitungan melewati nomor pertama. Berhenti saat hitungan masuk ke hitungan keempat.
Lalu tuan Sanjaya memutar kombinasi ke arah kanan sebanyak dua kali sampai melewati nomor kedua pada angka kemudian berhenti tepat pada hitungan yang ketiga.
Enam angka yang dimasukan itu, brankas tidak bisa terbuka.
Tuan Sanjaya tahu kombinasi kuncinya telah ditukar. Ia tidak bisa membukanya, lemari besi berikut brankas itu banyak surat penting.
"Kamu harus memanggil tukang brankas ini, dibuka dengan sedikit kerusakan," perintah Tuan Sanjaya .
Ia memerintahkan untuk memanggil tukang kunci brankas peti besi.
Pegawainya bersibuk. Memanggil tukang terbaik.
Beberapa lama, stafnya melapor.
"Tukang kunci sudah datang tuan, mereka sudah bekerja."
" Berapa lama?" Tanya tuan Sanjaya.
"1 atau 2 jam, mungkin lebih," jawab pegawainya.
"Lebih cepat," ujar tuan Sanjaya. Ia tak mau berlama lama.
Tukang besi dikerahkan untuk membuka peti itu, karena kombinasinya hanya diketahui anaknya Jayadi.
"Tolong bekerjanya cepat, aku tidak punya banyak waktu'!" Perintah tuan besar yang biasa memerintah.
Anak buahnya sedikit ketakutan, bekerja dengan hati hati. Tukang besi brankas juga.
Cukup lama baru berhasil dibuka, tuan Sanjaya sendiri yang berwenang untuk melihat isi brankas itu. Ia memperhatikan sejenak pekerjaan tukang besi yang spesialis brankas. Ia cukup puas dan mengangguk angguk.
Pekerjaan terakhir; ia menarik brankas itu dengan tangannya. Melihat surat dan dokumen bertumpuk didalamnya. Akte pendirian perusahaan, kerjasama bisnis, saham dan berbagai surat penting.
Setelah berhasil dibuka, dengan ekspresi cemberut di wajahnya, sang ayah mulai memilah-milah kertas, meletakkan korespondensi bisnis ke satu arah dan pribadi di sisi lain. Surat itu bertumpuk tumpuk. Tuan Jayadi memilahnya dengan teliti. Beberapa surat menarik perhatiannya. Surat yang tidak biasa. Ia memperhatikan dengan lebih teliti.
Ada tiga atau empat amplop, ditandatangani dengan tangan, dengan cap pos dan prangko dari sebuah kota dan hanya satu yang dibuka.
Beberapa surat berharga, perjanjian, saham dan buku check, uang dollar dan rupiah disisihkan kesebelahnya .
Sebuah surat yang menarik perhatian tuan Sanjaya. Surat itu pastinya dari seorang wanita.
Ia mengatakan bahwa ia telah melahirkan, untuk diketahui dan si wanita tidak berharap itu diakui, karena semua itu terjadi karena sebuah kesalahan.
Tuan Sanjaya mengerutkan kening. Warna ungu pada amplop dan huruf besar dan bulat.
Hatinya bergejolak, ketika sudah membaca surat itu.
Akte kelahiran seorang putra dari wanita, meski tidak ada nama anaknya Jayadi, namun wanita itu mengakui bahwa tuan Jayadi adalah ayahnya.
Surat itu tercorat coret dan remuk, bekas diremas .Pastinya anaknya kesal dan melampiaskan pada kertas itu, namun menyimpannya juga dalam lemari besi.
Masalah yang lain, adalah tidak ada alamat pengirim surat itu. Petugas pos mengantarkan surat itu tanpa alamat pengirim. Tapi tuan Sanjaya melihat kota yang mengeluarkan akte. Tuan Sanjaya juga meneliti perangko diamplop itu. Segera saja ia tahu kemana mencari.
Sebuah kota kecil, disebuah pulau kecil dan kota itu hampir tidak tercantum dalam peta.Meskipun kematian tragis Jayadi ada di halaman depan semua tabloid di negara itu mungkin ada yang tidak tahu apa-apa tentang itu. Mungkin saja anak itu, kalau benar keturunan Sanjaya masih perlu dibuktikan dengan DNA.
Tuan Sanjaya mengeluarkan surat dari amplop terbuka dan mulai membaca. Ini benar-benar menarik. Anaknya Jayadi memiliki anak. Keluarga Sanjaya punya pewaris.
Tuan Sanjaya seperti berhenti bernafas. Ia membaca lagi surat itu dengan mata bersinar.
"Tuan Sanjaya punya pewaris," bisiknya dengan suara serak.
Seorang pegawai tiba tiba mengetuk pintu. Pintu kantor itu terbuka.
Kakak tirinya Tuan Sutanta masuk sambil mengangkat tangan.
"Kau akan bekerja keras lagi, untuk perusahaan ini," Tuan Sutanta menyapa.
"Benar sekali, aku akan memilih orang orang kepercayaan, karena aku sudah tua."
"Keluarga terdekat akan membantu, ini kalau kamu mengizinkan dik." Kata Tuan Sutanta pula.
"Kakak juga sudah tua, empat tahun diatasku, apa kakak kuat membantu?" Tuan Sanjaya bertanya tidak yakin.
"Anakku, Andika, dia lulusan sekolah bisnis meski tidak diluar negeri."
"Aku tidak mau merepotkan kakak, bukankah dia juga sudah diserahi perusahaan kakak, apa dia ada waktu?"
"Mungkin perusahaanku akan dilikuidasi, bisnis kontraktor tidak begitu cerah, banyak pesaing kontraktor besar dari negara dan juga dari luar. Biar dia belajar diperusahaan adik."
Tuan Sanjaya berpikir sebentar. Ia melupakan tawaran Tuan Sutanta.
"Ada yang menarik," Tuan Sanjaya memperlihatkan senyum penuh kegembiraan.
"Aku punya cucu," ujar Tuan Sanjaya dengan suara bahagia.
" O, iya?" tuan Sutanta ingin lebih tahu.
"Aku punya cucu," suara tuan Sanjaya setengah berteriak.
Kakaknya, Tuan Sutanta mengerutkan dahi. Setengah tidak percaya .
"Bukankah anakmu belum menikah?" tanyanya ragu.
"Anak bandel itu diam diam telah menikah, aku tidak tahu," lagi lagi wajah tuan Sanjaya berseri .
"Berita bagus." Tuan Sutanta memperlihatkan juga kegembiraannya meski sebenarnya itu berita tidak bagus untuk didengarnya.
"Bagaimana kamu punya cucu?"
Namun tuan Sanjaya nampaknya masih belum berterus terang.
"Aku belum yakin," katanya pula.
"Aku harus menelitinya lagi, apa dokumen itu benar dan bagaimnana legalitasnya."
"Apa yang bisa kuketahui?" Tuan Sutanta ingin tahu.
"Ada wanita yang mengakui punya anak dari Jayadi, berarti dia cucuku."
"Apakah Jayadi menikah resmi? " tanya Tuan Sutanta pula.
"Jika tidak, tentunya akan jadi bahan gosip."
"Mungkin, tapi aku tidak peduli, apabila ada darah keturunan Sanjaya, aku akan menerimanya."
Mata Tuan Sutanta mulai membesar, memperhatikan ucapan tuan Sanjaya, namun kemudian ia bergumam.
"Jadi keluarga Sanjaya akan punya pewaris?" Tanyanya sekaligus mencoba memperlihatkan wajah senang.
Tuan Sanjaya berkata lagi, seperti untuk dirinya sendiri.
"Sukses dalam bisnis, tapi tidak beruntung dalam hidup," sedikit pahit suaranya.
Tuan Sutanta mengerti, kesedihan adiknya yang ditinggal mati oleh istri dan anak kandungnya.
Rumah besar tapi lengang. Kerajaan bisnis adiknya berhasil , ia kagum dan sekaligus iri.
Tapi ia cuma saudara jauh. Kakak tiri dari ibu yang sama. Jarang sekali bertemu, kecuali setelah akhir akhir ini. Ketika kakak tirinya tuan Sutanta perlu bantuan dari si adik yang kaya.
Perceraian orang tua membuat Tuan Sutanta ikut ayah. Ibunya menikah dengan ayahnya Sanjaya melahirkan putra tunggal Sanjaya Purnama.
Tuan Purnama berhasil dari kerajaan bisnis yang dimulai dari monopoli import kendaraan roda empat berkembang dengan merambah berbagai bisnis , makanan instant sampai perudahaan sawit.
Kini menjadi perusahaan besar dengan banyak saham yang tersebar. Beberapa diantaranya saham pengendali dari bisnis yang menguntungkan.
Pendekatan tuan Sutanta dengan tuan Sanjaya berjalan dengan baik.Tuan Sanjaya berterima kasih kepada kakak tirinya yang akan membantu mencari cucunya.Cucunya harus ditemukan. Uji DNA, dan jika benar, ia akan membesarkan anak itu sebagai pewaris Dinasti Sanjaya Corporation.Jika tidak, garis keturunan tuan Sanjaya terputus. Tak ada lagi usaha yang dilakukannya.Mungkin menjadi sebuah yayasan cukup cocok atau diwariskan kepada keluarga jauh.Tak berani tuan Sanjaya membayangkan perusahaan yang dibangun oleh ayahnya dan diwariskan kepadanya menjadi perusahaan besar lenyap ketika dia sudah meninggal.Usia tua dan penyakit yang menggerogotinya, diluar tampak sehat sehat saja. Namun ia mendapat perawatan dari penyakit sejenis kelainan darah, dimana ia tergantung dari obat obatan.Penyakit yang diagnosa sebagaigangguan produksi darah merah yang bisa meningkat ke kanker. Dalam istilah kedokteran Polysitemia vera.
Pulau Karimun di Kepulauan Riau berbatasan langsung dengan Negara Singapura dan Malaysia.Dapat ditempuh selama 1 jam dengan menggunakan kapal Ferry dari Batam dan dari Tanjung Pinang 3 jam lebih .Andika membutuhkan waktu menuju lokasi tambang tempat Meilana bekerja dengan mobil carteran selama 30 menit.Ia telah menyelesaikan beberapa tahap dari pekerjaannya, Beruntung ia mendapat daftar dari murid murid SD di pulau itu. Sepenuhnya ia mendapat data tentang Meilana.Itu adalah pulau kecil dan tidak susah mendapatkan alamat tempat ibunya bekerja.Andika menatap alamat kantor itu. Sebuah perusahaan kecil, namun sebenarnya besar yang berkantor pusat di Singapura .Menambang batugranit yang diekspor Singapura, untuk pembangunan gedung gedung bertingkat tinggi.Ia minta izin untuk bertemu dan segera mengetahui dengan siapa dia berbicara. Pimpinan kantor mengizinkan dan memberikan tempat yang tenang diruangan tamu.Palin
Meilana bingung. Andika juga. Mungkin kini ia harus membujuknya dengan cara lain dan menawarkan sesuatu."Maaf, mungkin anda dipihak lemah kalau tidak mau bekerjasama. Aku berjanji akan membantu anda.""Itu anakku." Meilana bersikeras. Andika kehilangan kesabaran."Kakak anda mengirimkan copy akte kelahiran, nama ibunya Meilani," tiba tiba saja Andika membuka rahasia itu.Mata Meilana membesar karena terkejut. Perasaannya mulai goyah ketika lelaki itu ternyata tahu banyak. Sesuatu yang tidak diduganya sama sekali."Anda menganggap itu bukan anakku," ia bertanya dan mengulangi dengan suara sedikit keras."Engkau Meilana, kamu adiknya. Mungkin engkau mirip, tapi kamu bukan ibunya," jawaban Andika mengecilkan hatinya membuat dia galau.Peluh memercik di dahi Meilana. Ketika kebohongannya terungkap, apakah dia akan kehilangan Adrian Syaputra, anak yang sudah dianggap anak kandungnya.?"Kamu bisa saja mengadopsinya. Tapi
Bertemu dengan seorang student dari Jakarta dan hura hura mungkin itu hidup yang dilakoninya. Dihamili dan lelaki itu diseretnya untuk bertanggungjawab. Mereka menikah di Singapura sebelum Jayadi Sanjaya pergi dengan suatu alasan yang hanya diketahui lelaki itu. Meilani pulang ke Bintan dan membesarkan anaknya. 3 Tahun yang lalu setelah kakaknya meninggal karena kecelakaan. Andri anaknya dibesarkan di bawah asuhan Meilana. Sekarang sudah 7 tahun umurnya. Ia mengira, lelaki itu penakut, Jayadi sangat takut menjadi seorang ayah. Jadi dia pergi karena masih kuliah. Atau mungkin juga dia sekolah dinegara lain. Inggris atau Amerika. Kakaknya terlalu gengsi untuk mencari minta bantuan; atau mungkin juga ada hal lain yang tidak diketahuinya. Meilana hanya dapat menduga duga. Meilani pintar kuliah dan membiayai hidupnya dari pekerjaan disebuah bar di Singapura. Tapi kuliah itu tidak selesai. Dalam keadaan mabu
Andika tersenyum melihat itu. Melihat mata Andri si bocah yang berbinar binar.Hubungan mereka segera mencair . Meilana menyukai lelaki asing itu, meski ada perdebatan sengit diantara mereka, Meilana mengakui bahwa Andika itu seorang yang simpatik.Apakah dia akan menjadi Meilani dan menjadi ibu bocah itu?Meilana hampir tak dapat memikirkannya. Semuanya itu begitu tiba tiba. Ia hampir tak dapat mencernakannya."Untuk bocah ini, ia memerlukan permainan. Kita bisa berlibur."" Singapura," ujar Andika." Aku bekerja.""Itu tidak penting. Engkau bisa menggunakan uang berapa saja dan selesaikan semuanya. Surat pindah, pekerjaan baru, hidup baru, identitas baru.""Aku tidak punya pasport untuk ke Singapura." kata Meilana."Pasportku sudah kadaluarsa,""Jangan kawatir, semuanya akan diurus. Agen akan menyelesailannya.""Katakan saja, supaya semuanya dapat kita bereskan."Meilana m
Ya Tuhan, bagaimana dia bisa tinggal di apartemen yang sama dengan pria asing yang bukan suaminya ini?"Tapi apa bedanya?" dia bangkit, terus memeriksa kamar. Dia mengingatkan dirinya sendiri lagi bahwa dia berhak menikmati menjadi Konglomerat karena secara status dia adalah ibunya, menantu konglomerat tuan Sanjaya. Dia adalah Meilani kakak kandungnya yang tercinta.Mungkin dialam lain, kakaknya itu akan menyetujui hal ini karena dilekatkan dengan nama keluarga besarnya Sanjaya.Suara Andika, yang menjelaskan sesuatu padanya, mengalihkan perhatian dari pikiran ."Hotel ini memiliki gym dan kolam renang di lantai dasar dan juga diatas. Dekat taman, tempat yang indah dan anda bisa berjalan bersama Andri " kata Andika.Semuanya disediakan di sini, Anda dapat memesan makanan di restoran - seperti di hotel, dan jika Anda membutuhkan sesuatu dari toko, ada mall yang bersatu dengan hotel ini. Anda dapat me
Seluruh gaya yang dilakukan stylish itu adalah ujian baginya. Dia sudah menghabiskan dua jam dengan penata rias dan penata rambut, agak lelah dengan prosedur berturut-turut, dan sekarang saatnya memilih pakaian.Gaun yang dijahit indah itu meluncur dengan mudah ke seluruh tubuh, pegawai salon itu menutup ritsleting bagian belakang, berjalan mengelilingi Meilana dan mundur selangkah untuk melihat hasilnya.Meilana berdiri dengan kepala tertunduk, tidak berani melihat dirinya di cermin. Dia masih berpikir bahwa dengan pakaian mahal ini dia akan terlihat konyol."Dan sekarang, sepatu. "Stylish itu mengambil sepasang yang cocok dari kotak, gadis penata gaya memasangkannya dan memadu ke gaun itu ." Desain ini mebuat kamu cantik sekali," ujarnya yakin .Dan dia segera membantu memakainya, meskipun kliennya memandangnya dengan ngeri.Sepatu itu dengan hak tinggi yang tidak biasa, tetapi sangat nyaman di kaki yang
Dan untuk dilihat seperti itu. Tidak hanya Andika , tapi juga hampir semua pengunjung resto tersebut.Sama sekali bukan karena mereka datang ke tempat yang begitu mewah dengan seorang anak kecil. Semua orang menatapnya dengan penuh perhatian, ini membuat Meilana merasa sangat canggung..“Kamu tidak terbiasa menjadi cantik,” kata Andika sedikit tertawa." Saya tidak mau menarik perhatian orang." balas Meilana ." Kamu lembut dan anggun." Andika masih ingin terus menatap dan memujinya ." Bersenang senang lah..'" ujar Andika lagi .Tapi itu membuatnya malu. Dia berusaha dan membuang muka.Setidak tidaknya bukan sekarang. Dia hanya ingin merasa nyaman dan menikmati makan yang enak dengan perutnya yang lapar ."Jadi, kamu mau makan siang apa?"" Aku tidak memilih, ini adalah yang terbaik ." ujar Meilana ketika masuk kerestoran yang dipilih Andika. Lelaki itu yang memilih makanan.Makana