"Aku ikut senang mendengar kabar baik ini. Semoga Erika segera pulih.
Dan mengenai aku. Aku tidak memusingkan rencana Allah tentang hidupku, maupun jodohku. karena aku yakin, Allah lebih tahu kapan waktu terbaik bagiku untuk mendapatkannya.
Karena jika memang kami berjodoh. Allah pastinya akan semakin mendekatkan, bukan menjauhkan," ucap Syma begitu tenang. Wajahnya terangkat, seakan memberi tahu Nora bahwa dia tidak takut dengan apa yang akan terjadi nanti.
"Dasar ja*ang tidak tahu malu ! bisa-bisanya kau berbicara seakan kau wanita baik-baik. Padahal kau hanya sampah, yang telah merusak rumah tangga orang." hardik Nora dengan tajam.
"Kau benar. Aku memang bukan wanita baik. Aku sadar perbuatan burukku mungkin jauh lebih banyak dari pada kebaikanku yang hanya bisa dihitung dengan jari.
Dan jikalau bukan karena Allah yang menutup aibku, maka sudah dipastikan bahwa aku begitu hina. Aku memang bukan manusia baik, tapi aku selalu berusaha agar menjad
Sudah nyaris satu tahun aku mencoba mengobati luka hati yang tak kunjung sembuh karena sebuah pengkhianatan. Kejadian sialan itu membawaku dalam dunia baru yang membosankan. Aku mencoba melupakan dengan selalu pergi ke tempat hiburan malam, namun yang terjadi bukannya melupakan malah membuatku selalu dalam masalah. Seperti saat ini contohnya. Lagi, Aku menabrak pengendara lain karena mabuk dan pikiran melayang. Suara bising sirine seolah membuatku terbiasa. Suara klakson dan makian orang-orang yang merutuki kelalaianku sudah tak Kuperdulikan. Aku hanya diam. Di tepi jalan sembari merasakan dinginnya hembusan angin malam yang menerpa kulit halusku. Dengan pikiran yang selalu saja sama. Menyalahkan masa lalu yang merenggut kebahagiaanku. Suamiku.... Dia mengkhianatiku. Dering ponsel kembali terdengar. Aku menatap layar pipih itu dan mengangkatnya dengan santai. "Ya, Ayah." Suaraku terdengar malas. Seperti biasa, pria paruh baya di seberang sana yang merupakan ayah kandungku saat ini
Di ruangan ini, suasana selalu hening. Biasanya hanya aroma kopi yang menemani setiap aktifitas pagiku di kantor ini. Namun saat ini berbeda. Ada sosok pria yang duduk tegap dengan sorot mata tajam namun terlihat datar. Dia berasal dari desa. Namun Aku cukup salut karena dia bisa mengendarai mobil mahal keluaran terbaruku dengan baik. Yah, dia layak di jadikan supir pribadi. Pria ini hanya duduk diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun sejak tadi. Dia bahkan tidak menggubris tatapanku yang mengamati keseluruhan tubuhnya dengan detail. Dia bahkan tidak terlihat gugup sama sekali saat berhadapan denganku. Sementara Aku duduk di hadapannya, menyilangkan kaki dengan tatapan tak luput dari wajah datar ini. "Apa Tuan Mahesa memaksamu?" Aku bertanya datar. "Tidak, Nyonya." "Lantas bagaimana bisa kau terhubung denganya?" "Saya mantan pekerjanya sewaktu di desa. Kebetulan saya sangat membutuhkan pekerjaan ini, Nyonya." Hening, aku mengamatinya dengan tatapan lekat. "Aku tidak suka peke
Tidak ada yang bisa Syma lakukan untuk mengambil kembali Zea dari Revan. Ingin menuntut sekalipun akan sangat percuma. Revan pasti akan membayar pengacara untuk memenangkan hak asuhnya.Sementara Syma...Dia tidak punya banyak uang untuk melakukan hal itu.Namun Syma juga tidak akan bisa tenang jika jauh dari putri kecilnya itu.Yang hanya bisa Syma lakukan hanyalah menangisi nasibnya yang begitu menyedihkan. Syma begitu terpuruk, bahkan kehilangan sosok suami yang begitu dicintainya saja sudah membuatnya cukup kalut, apalagi kehilangan anak satu-satunya.Karena tidak tahu harus kemana dia melangkah, Syma akhirnya memutuskan untuk menemui Mia dirumahnya."Syma?Apa yang kau lakukan disini? Ya Tuhan, apa yang terjadi padamu," ucap Mia yang melihat Syma sudah berada didepan rumahnya. Namun tidak mengetuk pintu sama sekali. Bahkan tanpa bertanyapun, Mia sudah mengetahuinya dari penampilan Syma yang sangat kusut dan berantakan. Wajah sembabnya k
"Ketahuilah nak, ada empat syarat bagi wanita untuk masuk kedalam surga. Yang pertama, Menjaga sholatnya. Kedua berpuasa di bulan Ramadhan. Ketiga menjaga kehormatannya. Dan yang keempat taat pada suaminya. Jika seorang wanita sudah melakukan semua itu, maka dia berhak masuk kedalam surga melalui pintu mana saja.Kelak disana, wanita yang meninggal dalam keadaan suaminya Ridho padanya. Dia akan menjadi Ratunya para bidadari surga.Dan lagi...Diakhirat kelak, tidak akan ada lagi yang namanya cemburu. Iri hati, atau prasangka buruk lainnya," ucap Alma dengan begitu lembut.Syma yang mendengarnya cukup terhenyak. Batinnya seakan menjerit."Jika saja Jidah tahu bahwa semuanya telah kulakukan dengan baik. Malah suamiku sendirilah yang menciptakan sebuah neraka bagiku ! masih bisakah aku mengharapkan surga itu, Ya Robb?"💕💕💕💕💕Syma melepaskan apron yang masih melekat ditubuhnya. Lalu menghempaskan dirinya dikursi tempat para karyawan cafe be
Ersad Destara, seorang pengusaha yang kaya raya itu sedang menatap Syma dengan penuh kerutan didahinya."Dijebak?Bagaimana bisa?"Ersad memang suka memesan wanita untuk menuntaskan hasratnya yang tidak pernah tersalurkan pada istrinya. Namun dia melakukannya atas persetujuan orang itu sendiri. Dan tidak sembarang wanita yang bisa tidur dengannya.Melihat Syma yang memelas dan terlihat begitu ketakutan. Membuat Ersad menjadi luluh dan merasakan sesuatu didalam dirinya agar melindungi wanita yang ada dihadapannya ini."Seseorang yang bernama Chito mengurungku disini. Dia memerintahkan seseorang untuk mengubah penampilanku. Aku tidak pernah memakai pakaian seperti ini sebelumnya, aku mohon tuan ... selamatkan aku dari sini," ucap Syma disela isakkanya.Tidak ada kata yang keluar dari mulut Ersad. Pria itu kemudian mengambil benda pipih disaku celananya dan menghubungi seseorang.Syma tidak bisa mendengar jelas apa yang dikatakan oleh pria itu,
Syma menatap kartu nama yang saat ini berada digenggamannya. Segala macam pertimbangan ada didalam benaknya.Syma ingat bagaimana ketika Ersad tiba-tiba memberikan kartu nama itu sebelum pergi.Saat itu ... Syma menatap Ersad penuh dengan pertanyaan. "Bagaimana caranya?""Jadilah simpananku, maka aku akan membuatmu mendapatkan hak asuh atas anakmu !"Syma tercengang mendengarnya. Mulutnya terbuka hendak mengutarakan penolakan. Namun Ersad menghentikannya."Itupun jika kau setuju. Aku rasa ... kau butuh waktu untuk mempertimbangkannya. Ini kartu namaku, datanglah jika kau tertarik," ucap Ersad menyerahkan lembaran kartu yang bertuliskan alamatnya.Karena begitu terkejut, Syma hanya bisa menerima sembari menatap kepergian Ersad dari kejauhan.Dan sekarang ... Syma benar-benar bingung. Tawaran Ersad cukup menggiurkan baginya. Namun Syma juga tidak ingin menghancurkan rumah tangga orang lain. Dia bukanlah wanita seperti itu.("Tidak !
"Nora "Terlihat raut kekecewaan di wajah Ersad. Dia pikir tadinya yang datang adalah Syma. tapi ternyata yang datang adalah Nora. adik Erika yang berarti adik iparnya sendiri."Apa yang kau lakukan disini Nora? bukankah seharusnya kau menyelesaikan pendidikan di luar negeri?" tanya Ersad, yang melampiaskan kekesalannya pada Nora."Kakak ipar, kenapa kau terlihat tidak senang melihatku ! aku datang hanya ingin melihat keadaan kak Erika yang masih sakit," ucap Nora dengan mengerucutkan bibirnya."Lalu apa yang kau lakukan disini? ini kantor, bukan rumah sakit !""Em ... ayolah kak, temani aku kerumah sakit," ucap Nora bergelayut manja padanya. Sementara Ersad malah begitu risih dengan tingkahnya yang selalu saja seperti itu."Maaf aku sibuk ! biar Kevin saja yang menemanimu," jawab Ersad selembut mungkin, namun bukan berarti dia melunak dengan gadis itu.Nora sendiri hanya melirik Kevin sekilas dengan malas, lalu beralih lagi ke Ersad.
Kegugupan menyelimuti Syma. Hatinya berdebar, dia sangat khawatir jika dia tidak berhasil mengambil hak asuh anaknya. Syma tidak bisa membayangkan bagaimana jauh dari anaknya.Hanya dengan Dzikir dan sholawat tidak hentinya dia rapalkan didalam hatinya. Memohon kepada sang Maha kuasa agar memudahkan segala urusannya.Berbeda dengan Ersad yang duduk dengan tenang, seakan sudah dipastikan bahwa dia akan berhasil.Tatapan mereka beralih pada kedatangan Refan yang menggendong Zea, diikuti oleh Mia dibelakangnya dengan tidak tahu malu malah sengaja bergelayut ditangan Refan. Syma tidak lagi memperdulikan kemesraan mereka, apalagi tatapan membunuh dari Refan yang seakan ingin menelannya hidup-hidup. Pandangan Syma hanya tertuju pada sosok putri kecilnya itu. Syma tidak kuasa menahan kerinduannya, dia ingin sekali berlari dan memeluk erat Zea. Namun dia harus menahannya, jika tidak ... semuanya akan kacau. Syma ingat bahwa sebelumnya Ersad telah memerintahkan dia untuk me