"Apa maksud dari ucapanmu !" Revan berucap sembari menggertakkan giginya karena begitu geram.
"Wanita yang kau jadikan istri ini adalah penyebab hancurnya rumah tangga kalian. Dia sengaja menyuruh orang untuk melecehkan Syma dan memanipulasi seolah Syma berselingkuh.
Belum puas membuat Syma menderita, dia malah bekerja sama dengan temannya untuk menjual Syma. Wanita yang kau jadikan istri ini adalah wanita mengerikan!" ucap Ersad dengan penghinaan yang kental. Membuat Mia terdiam karena semua perbuatannya telah terbongkar.
"Omong kosong apa yang kau bicarakan. Apa kau tidak tahu Mia adalah orang yang paling berjasa dalam hidupku! setiap kali kami ada masalah dan merasa terpuruk, dialah orang yang pertama kali ada untukku."
"Memang itulah tujuannya. Dia berusaha membuat Syma terkesan jahat dimatamu, sementara dia sendiri berusaha bagaimana caranya agar terlihat baik seperti malaikat..."
Revan diam sejenak. Mengalihkan pandangannya kearah Mia yang terliha
Langkah kaki seorang wanita yang berjalan tergesa-gesa membuat Alma merasa terganggu. "Siapa yang datang kepanti selarut ini?" pikir Alma memicingkan matanya. Menatap sosok wanita yang pernah dia lihat waktu itu."Bukankah wanita itu Mia? teman Syma. Apa yang ingin dia lakukan disini."Alma mendekati wanita itu dengan langkahnya yang tersaruk-saruk. Mencoba menanyai apa tujuan wanita itu kesini."Mia? apa yang membuatmu datang kemari?""Katakan padaku dimana Syma tinggal sekarang !" tukas Mia tanpa adanya rasa hormat sedikitpun pada orang yang lebih tua. Ucapannya begitu ketus dan terkesan kurang ajar."Kenapa kau bertanya padaku? sudah jelas dia pasti berada bersama suaminya, Revan."Mendengar hal itu, membuat Mia mendengus. "Apa Syma belum memberitahumu sesuatu? wanita itu telah bercerai. Dan mas Revan sekarang sudah menjadi suamiku. Aku ingin menemuinya, karena aku harus membuat perhitungan padanya. Gara-gara dia, mas Revan meneduhkan hal
Syma menggigit kuku-kukunya. Didalam perjalanan dia tidak henti-hentinya berdoa agar Alma diberi keselamatan dan umur yang panjang.Dia ingat ketika Aina tiba-tiba menelponnya untuk memberitahu kabar bahwa Alma mengalami koma.Ponselnya langsung terlepas dari genggamannya. Syma langsung bergegas ingin menemuinya, namun Ersad tiba-tiba muncul dan menahannya."Tunggu dulu, Syma. Kau mau kemana? kenapa wajahmu terlihat panik seperti itu?""Jidah Mas....Jidah mengalami koma. Aku harus kerumah sakit sekarang, aku ingin menemuinya. Aku harus kesana sekarang juga, Mas... " ucap Syma begitu frustasi."Apa? baiklah... aku akan menemanimu sekarang," ucap Ersad mengambil kunci mobilnya. Zea yang sedang tertidur pulas langsung diangkat dan diajak bersama mereka.Dalam perjalanan, Ersad menghubungi Kevin untuk menjaga Zea. Untungnya Kevin begitu sigap dan menunggu kedatangan mereka dirumah sakit itu."Tenanglah Syma....Jidah pasti bai
Hari itu, Mia berhasil ditahan oleh polisi.Kondisinya begitu memprihatinkan. Wajah yang tadinya selalu dilapisi make up yang selalu membuatnya agar percaya diri. Kini nampak begitu kusut dan kusam. Bahkan lingkar hitam diarea matanya terlihat jelas.Revan menatap Mia begitu simpati. Wanita yang kini menjadi istrinya, yang dia anggap jauh lebih baik dari Syma, telah mendekam dipenjara."Apa yang kau lakukan sampai jadi seperti ini, Mia?" Revan tidak bisa menyembunyikan kerisauan dalam hatinya. Melihat Mia ditahan seperti ini.Mia sendiri bingung, jawaban apa yang harusnya dia katakan pada Revan. Revan pasti akan kecewa jika tahu yang sebenarnya."Aku memang datang kesana malam itu. Aku mencari Syma untuk memberi perhitungan padanya. Aku sendiri tidak tahu kenapa wanita tua itu tiba-tiba sakit."Tentu saja Revan percaya dengan semua yang dikatakan oleh Mia. Tidak ada satu hal pun yang membuat Revan mencurigainya."Mas... tolong aku ! ak
Ersad senantiasa tersenyum, kala menyadari bahwa Syma telah melepaskan pria itu dan lebih memilihnya. Hatinya mengembang bagaikan bunga yang sedang bermekaran di musim semi. Perasaan cinta yang berbeda dengan Erika. Perasaan ini lebih murni, dan tak terhingga. Seakan rasa cintanya menyeruak keluar tanpa bisa dicegah.Bahkan saat ini....Sesuatu yang berat sedang menimpa tubuhnya. Syma tertidur diatas tubuhnya setelah melakukan percintaan panas mereka semalam. Ersad menumpahkan semua perasaannya pada Syma tanpa berpikir bahwa wanita itu masih dalam keadaan duka, karena baru saja kehilangan orang tua asuhnya.Ersad memperhatikan wajah Syma yang lebih terlihat santai. Wajah sembab karena terlalu banyak menangis sudah tidak ada lagi. Dalam keadaan dekat seperti ini. Ersad menyadari bahwa Syma begitu cantik. Dia masih terlihat sangat muda dan segar. Meski sudah memiliki seorang anak. Wajahnya terlihat bercahaya dan bibirnya... dimana tempat yang menjadi favoritnya
"Aku ikut senang mendengar kabar baik ini. Semoga Erika segera pulih.Dan mengenai aku. Aku tidak memusingkan rencana Allah tentang hidupku, maupun jodohku. karena aku yakin, Allah lebih tahu kapan waktu terbaik bagiku untuk mendapatkannya.Karena jika memang kami berjodoh. Allah pastinya akan semakin mendekatkan, bukan menjauhkan," ucap Syma begitu tenang. Wajahnya terangkat, seakan memberi tahu Nora bahwa dia tidak takut dengan apa yang akan terjadi nanti."Dasar ja*ang tidak tahu malu ! bisa-bisanya kau berbicara seakan kau wanita baik-baik. Padahal kau hanya sampah, yang telah merusak rumah tangga orang." hardik Nora dengan tajam."Kau benar. Aku memang bukan wanita baik. Aku sadar perbuatan burukku mungkin jauh lebih banyak dari pada kebaikanku yang hanya bisa dihitung dengan jari.Dan jikalau bukan karena Allah yang menutup aibku, maka sudah dipastikan bahwa aku begitu hina. Aku memang bukan manusia baik, tapi aku selalu berusaha agar menjad
Sudah nyaris satu tahun aku mencoba mengobati luka hati yang tak kunjung sembuh karena sebuah pengkhianatan. Kejadian sialan itu membawaku dalam dunia baru yang membosankan. Aku mencoba melupakan dengan selalu pergi ke tempat hiburan malam, namun yang terjadi bukannya melupakan malah membuatku selalu dalam masalah. Seperti saat ini contohnya. Lagi, Aku menabrak pengendara lain karena mabuk dan pikiran melayang. Suara bising sirine seolah membuatku terbiasa. Suara klakson dan makian orang-orang yang merutuki kelalaianku sudah tak Kuperdulikan. Aku hanya diam. Di tepi jalan sembari merasakan dinginnya hembusan angin malam yang menerpa kulit halusku. Dengan pikiran yang selalu saja sama. Menyalahkan masa lalu yang merenggut kebahagiaanku. Suamiku.... Dia mengkhianatiku. Dering ponsel kembali terdengar. Aku menatap layar pipih itu dan mengangkatnya dengan santai. "Ya, Ayah." Suaraku terdengar malas. Seperti biasa, pria paruh baya di seberang sana yang merupakan ayah kandungku saat ini
Di ruangan ini, suasana selalu hening. Biasanya hanya aroma kopi yang menemani setiap aktifitas pagiku di kantor ini. Namun saat ini berbeda. Ada sosok pria yang duduk tegap dengan sorot mata tajam namun terlihat datar. Dia berasal dari desa. Namun Aku cukup salut karena dia bisa mengendarai mobil mahal keluaran terbaruku dengan baik. Yah, dia layak di jadikan supir pribadi. Pria ini hanya duduk diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun sejak tadi. Dia bahkan tidak menggubris tatapanku yang mengamati keseluruhan tubuhnya dengan detail. Dia bahkan tidak terlihat gugup sama sekali saat berhadapan denganku. Sementara Aku duduk di hadapannya, menyilangkan kaki dengan tatapan tak luput dari wajah datar ini. "Apa Tuan Mahesa memaksamu?" Aku bertanya datar. "Tidak, Nyonya." "Lantas bagaimana bisa kau terhubung denganya?" "Saya mantan pekerjanya sewaktu di desa. Kebetulan saya sangat membutuhkan pekerjaan ini, Nyonya." Hening, aku mengamatinya dengan tatapan lekat. "Aku tidak suka peke
Tidak ada yang bisa Syma lakukan untuk mengambil kembali Zea dari Revan. Ingin menuntut sekalipun akan sangat percuma. Revan pasti akan membayar pengacara untuk memenangkan hak asuhnya.Sementara Syma...Dia tidak punya banyak uang untuk melakukan hal itu.Namun Syma juga tidak akan bisa tenang jika jauh dari putri kecilnya itu.Yang hanya bisa Syma lakukan hanyalah menangisi nasibnya yang begitu menyedihkan. Syma begitu terpuruk, bahkan kehilangan sosok suami yang begitu dicintainya saja sudah membuatnya cukup kalut, apalagi kehilangan anak satu-satunya.Karena tidak tahu harus kemana dia melangkah, Syma akhirnya memutuskan untuk menemui Mia dirumahnya."Syma?Apa yang kau lakukan disini? Ya Tuhan, apa yang terjadi padamu," ucap Mia yang melihat Syma sudah berada didepan rumahnya. Namun tidak mengetuk pintu sama sekali. Bahkan tanpa bertanyapun, Mia sudah mengetahuinya dari penampilan Syma yang sangat kusut dan berantakan. Wajah sembabnya k