Kegugupan menyelimuti Syma. Hatinya berdebar, dia sangat khawatir jika dia tidak berhasil mengambil hak asuh anaknya. Syma tidak bisa membayangkan bagaimana jauh dari anaknya.
Hanya dengan Dzikir dan sholawat tidak hentinya dia rapalkan didalam hatinya. Memohon kepada sang Maha kuasa agar memudahkan segala urusannya.
Berbeda dengan Ersad yang duduk dengan tenang, seakan sudah dipastikan bahwa dia akan berhasil.
Tatapan mereka beralih pada kedatangan Refan yang menggendong Zea, diikuti oleh Mia dibelakangnya dengan tidak tahu malu malah sengaja bergelayut ditangan Refan. Syma tidak lagi memperdulikan kemesraan mereka, apalagi tatapan membunuh dari Refan yang seakan ingin menelannya hidup-hidup. Pandangan Syma hanya tertuju pada sosok putri kecilnya itu. Syma tidak kuasa menahan kerinduannya, dia ingin sekali berlari dan memeluk erat Zea. Namun dia harus menahannya, jika tidak ... semuanya akan kacau. Syma ingat bahwa sebelumnya Ersad telah memerintahkan dia untuk menjaga sikapnya.
Ketika Refan hampir mendekati mereka, pria itu menyerahkan Zea pada Mia untuk dibawa sedikit menjauh dari Syma. Tentu hal itu membuat Syma semakin gusar. Refan meneruskan langkahnya sampai berhenti tepat dihadapan Syma. Pria itu benar-benar terlihat geram dengannya. Syma sendiri memberanikan diri mengangkat wajahnya dihadapan mantan suaminya itu.
"Wanita munafik ! tidak tahu malu ! berani-beraninya kau menggugat hak asuh Zea. Kau tidak akan memenangkannya Syma." pandangan Refan beralih kearah Ersad dengan sengaja mencelanya. "Apa dia pelangganmu yang selanjutnya? hah ! tidak kusangka aku pernah menikahi wanita keji sepertimu ... apa kau tidak malu dengan jilbab yang kau kenakkan ! penampilan dan akhlakmu sangatlah berlawanan.
Aku bahkan malu mengakuimu sebagai mantan istriku !" sarkasnya dengan penghinaan dan cacian yang kental. Begitu sakit yang Syma rasakan. Namun sakit itu tidak seberapa dibandingkan harus terpisah jauh dari anaknya. Sekuat tenaga Syma menguasai dirinya agar tidak terlihat lemah.
"Jaga ucapan anda ! apa anda pikir, anda ini manusia suci yang jauh lebih baik dari Syma? kita ini sama-sama pendosa. Hanya saja ... cara kita melakukannya yang berbeda.
Dan lagi ... wanita yang anda anggap hina ini, belum tentu hina dihadapan orang lain. Anda hanya sedang dibutakan oleh amarah dan mempercayai orang yang salah !
Memang sulit meyakinkan lalat bahwa bunga jauh lebih harum dari pada sampah !" ucap Ersad sembari melirik kearah Mia. Refan mengikuti arah pandangan Ersad yang sengaja mencemooh mereka. Rupanya maksud Ersad dengan sebutan sampah adalah Mia. Tapi apa maksudnya? pikir Refan.
"Apa maksudmu !!" bentak Refan dengan geramnya. Sementara Ersad sendiri hanya tersenyum sinis dengan santainya.
"Anda akan segera mengetahuinya. Lebih baik sekarang anda duduk manis sembari mendengarkan hakim memberi keputusan siapa yang layak untuk mendapatkan hak asuh," ucap Ersad setenang mungkin. Namun Refan merasa ada nada ejekan disana.
"Jangan bermimpi untuk merebut Zea dariku !" ucap Refan sebelum pergi mengambil tempat duduk yang telah disediakan.
Tubuh Syma bergetar mendengar hal itu. Dia sangat takut kehilangan anaknya. Melihat raut wajah Syma yang berubah, secara refleks Ersad menyentuh bahu wanita itu agar sedikit tenang. Syma sendiri terkejut dengan Ersad yang tiba-tiba menyentuhnya.
Sadar akan perbuatannya, Ersad pun segera menjauhkan tangannya. "Em ... maaf," cicitnya.
Ketika Hakim telah memasuki ruangan persidangan, mereka semua berdiri untuk memberi hormat. Dan tidak menunggu waktu lama sidang pun dimulai.
Ersad membawa pengacara terbaik untuk segera membacakan gugatannya. Memberikan penjelasan bahwa hak asuh seorang anak yang berada dibawah umur adalah hak ibunya. Dan beberapa penjelasan lainnya bahwa ibunya lebih berhak mendapatkan hak asuh dibandingkan ayahnya.
Ketika pembacaan gugatan selesai. Hakim memberi perintah pada Pengacara Refan untuk memberikan jawaban sebagai pembelaan terhadap Refan. Dengan menyatakan bahwa Syma sebagai ibu tidaklah pantas mendapatkan hak asuh anaknya karena dinilai memiliki perilaku yang tidak baik. Tidak lupa pula pengacara Refan dengan sengaja menambah-nambahi kesalahan Syma agar memberatkannya. Tentu hal itu membuat Syma semakin cemas.
Namun dengan keahliannya, pengacara Ersad tidak tinggal diam. Dia memberikan beberapa pernyataan pembelaan terhadap Syma dengan cukup logis dan membuat semua yang hadir disana tercengang. Termasuk Refan sendiri yang mulai terlihat tegang.
Sampailah pada akhirnya Hakim memutuskan
bahwa hak asuh Zea Almira jatuh ke tangan Syma.Syma sangat terkejut. Wanita itu tidak kuasa membendung air mata bahagia karena telah berhasil mendapatkan kembali putrinya.
ALLAHHU AKBAR
ALLAHHU AKBAR
ALHAMDULILLAH ....
Gema takbir selalu Syma ucapkan sebagai rasa syukurnya.
Sementara Refan ...
Sudah pasti pria itu sangat syok. Tidak terima dengan keputusan Hakim yang dengan mudah memenangkan Syma. Meski berkali-kali Refan berusaha mengajukan banding, namun ditolak mentah-mentah. Refan yakin, bahwa Ersad bukanlah orang sembarangan. Pria itu pasti memiliki kedudukan tinggi hingga Syma bisa memenangkan kasus ini dengan mudah, batinnya.
Meski begitu, Refan tidak bisa melakukan apapun. Syma telah berhasil membawa pergi Zea darinya. Mia sendiri langsung memeluk Refan. Mencoba menenangkan pria yang sedang dilanda kekalutan itu.
"Sudahlah Mas .... kamu yang sabar. Ikhlaskan Zea bersama Syma. Aku bisa memberikan anak yang banyak untukmu," ucap Mia dengan entengnya.
"Zea adalah anakku, Mia. Bagaimana bisa aku mengikhlaskannya ! aku sangat menyayanginya."
"Mau bagaimana lagi? Syma berhasil merebutnya ! lebih baik kita pulang dulu sekarang. Aku yakin Mas pasti lelah," ucap Mia dengan lembutnya.
Refan tidak menolak. Pria itu mengikuti Mia, namun ketidakrelaan masih menyelimutinya. Refan benar-benar tidak menduga bahwa Syma berhasil mengalahkannya.
*******
Ersad tersenyum samar, melihat kebahagiaan menyelimuti Syma dari pantulan kaca mobilnya. Kali ini wanita itu terlihat lebih hidup. Dan entah mengapa semua kebahagiaan Syma seakan ditransferkan padanya. Sehingga Ersad juga bisa merasakan kebahagiaan itu.
Meski Zea telah tertidur karena kelelahan. Namun Syma seakan tidak ingin jauh-jauh dari putrinya itu. Mungkin karena kerinduan yang meluap-luap yang selama ini terpendam. Sehingga Syma tanpa ada rasa pegal sedikitpun membiarkan Zea tidur dipelukannya. Padahal bangku dimobil itu masih cukup luas untuk membaringkan Zea.
"Kita sudah sampai," ucap Ersad menghentikan mobilnya.
Karena terlalu senang, Syma sampai tidak sadar bahwa dia telah dibawa ketempat yang asing baginya. Bukan kontrakan yang biasa dia tempati.
"Kita dimana?" ucap Syma menatap bangunan besar yang ada dihadapannya.
"Mulai sekarang kalian akan tinggal di apartemen ini."
"Tapi kenapa?" tanya Syma tidak terima dengan keputusan Ersad tanpa membicarakannya dulu.
"Karena mantan suamimu pastinya tidak akan terima dengan kekalahannya. Aku hanya khawatir dia akan menyakiti kalian. Jadi akan lebih baik kalian tinggal disini.
Dan aku harap ... kau tidak lupa dengan perjanjian kita. Tidak ada yang gratis didunia ini, Syma." bisik Ersad ditelinga Syma. Membuat sekujur tubuh Syma menegang. Sadar bahwa sebentar lagi hidupnya akan berubah. Menjadi wanita simpanan yang tentunya akan menyakiti hati wanita lainnya.
AMPUNI AKU YA ROBB
To be continue.....
Malam sudah semakin larut. Ketika Zea sudah tertidur dengan lelap. Syma pun segera beranjak dari sana. Rasanya tidak ingin meninggalkan Zea tertidur sendirian. Namun kenyataannya Ersad telah menunggunya dikamar yang lain. Syma sempat berpikir apa yang harus dilakukan. Ersad pastinya ingin menagih perjanjiannya. Sementara Syma sangat belum siap untuk hal itu. Ditambah lagi, Syma sangat tidak ingin melakukan perzinahan.Langkahnya pelan, namun tanpa terasa tiba-tiba sudah berada didepan kamar Ersad. Jantungnya berdegup kencang. Dengan sekali tarikan nafas, Syma memberanikan diri membuka pintunya.Ketika masuk kedalam sana, Ersad langsung menghentikan kegiatannya yang sedang berkutat dengan handphonenya. Wajahnya terlihat segar, pastinya Ersad telah membersihkan dirinya terlebih dulu.Kegugupan semakin melanda diri Syma, seperti pengantin baru yang baru akan melakukan malam pertama mereka."Kau datang juga akhirnya," ucap Ersad menatap Syma begitu dalam. E
Kini Kevin hanya menatap anak kecil yang sedang makan es krim itu. Tidak pernah terbayangkan olehnya, selama beberapa tahun bekerja dengan Ersad. Baru kali ini dia mengerjakan tugas yang diluar kemampuannya."Pelan-pelan makannya," ucap Kevin mengambil tissue dan mengelap mulut Zea. Kevin ingat, betapa sulitnya dia membujuk Zea yang tidak hentinya menangis dan bertanya tentang ibunya. Salah satu hal yang melintas dipikirannya hanyalah es krim yang pastinya disukai anak-anak. Dan benar saja .... Zea langsung diam, ketika Kevin mengajaknya makan es krim."Paman Ze pup ....""APAA !! Ya Tuhan bagaimana ini," Kevin langsung berdiri begitu kaget dengan yang dikatakan oleh Zea. Seolah itu adalah ucapan yang paling mengerikan yang pernah dia dengar. Kevin merasa gusar, sampai mondar-mandir karena kebingungan harus bagaimana. Padahal Zea sudah memakai Pampers. Hanya tinggal membuang dan membersihkan. Namun kepintaran Kevin sirna sudah ketika menghadapi hal seperti in
Ketika sudah selesai membersihkan dirinya. Ersad terkejut melihat Syma yang ternyata belum juga tidur."Kenapa kau belum tidur?""Aku masih menunggumu. Aku pikir mungkin kau butuh sesuatu. Makan, atau apa?"Ersad diam sejenak. Menatap Syma sembari mendekat kearahnya secara perlahan. Lalu berdiri tepat dihadapannya dengan tatapan yang tidak lepas sedikitpun dari wanita itu. Ersad baru sadar, bahwa kecantikan Syma semakin bertambah, ketika melepaskan jilbabnya. Wajahnya yang begitu mulus serta bibir kecil namun tebal. Membuat naluri kelelakiannya semakin menyeruak."Jika aku meminta hakku. Apa kau akan memberikannya malam ini.Aku sudah melakukan semua yang kau inginkan. Termasuk menikah siri denganmu. Apa masih ada alasan bagimu untuk menolakku kali ini?"Sontak hal itu membuat Syma melebarkan matanya. Bukannya Syma tidak siap. Hanya saja dia masih begitu gugup, belum terbiasa dengan pria lain selain Revan. Namun Syma segera menguasai dirinya
'Terimaksih? bagaimana bisa Syma justru mengatakan terimakasih. Padahal ucapanku tidak ada satupun yang membuatnya senang. Wanita macam apa Syma ini ....' batin Ersad dikala air sedang mengguyur tubuhnya dengan deras.Ersad keluar dari kamar mandinya. Pandangan yang pertama kali dia lihat, adalah sebuah setelan pakaian yang berada diatas tempat tidur. Bahkan sampai pakaian dalam yang seharusnya dia kenakan, sudah ada disana. Tidak pernah dia duga sebelumnya. Syma sudah menyiapkan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Erika sekalipun.Tentu hal itu terasa asing baginya. Namun dia juga senang, karena ada yang memperhatikan kebutuhannya.Ersad segera memakainya. Bahkan warna kemeja yang Syma pilihkan sesuai dengan seleranya.Ersad segera keluar ketika semuanya sudah selesai.Samar-samar dia mendengarkan suara canda dan tawa seorang anak kecil yang dia yakini adalah suara dari Zea. Sesekali terdengar suara lantunan ayat-ayat pendek terdengar dari mulut k
"Ternyata kau masih punya cukup nyali untuk datang kesini," Ersad mendesis ketika mengatakannya."Aku datang bukan untuk mencari masalah denganmu. Aku hanya ingin bertanya dimana keberadaan Syma dan anakku?Karena aku yakin kau pasti tahu keberadaan mereka," ucapannya tanpa rasa takut sedikitpun.Ersad terkekeh mendengarnya. Namun seringai ejekan terlihat jelas disana."Setelah semua yang kau lakukan padanya, kau ingin mencarinya ! untuk apa? jika datang hanya untuk menyakiti, lebih baik pergi dan jangan pernah ganggu dia lagi."Seketika Ersad sadar dengan ucapan yang baru saja dia lontarkan. Ternyata bukan hanya untuk Revan, melainkan untuk dirinya juga yang kerapkali mengeluarkan kata pedas pada Syma. Namun wanita itu tidak pernah tersinggung sedikitpun."Semua yang terjadi diantara kami hanyalah kesalah pahaman.""Cih .... salah paham? aku dengar Syma sudah berusaha menjelaskan padamu. Tapi kau tidak percaya dan malah menceraikannya.
Kata mereka...Pernikahan itu indah. Aku juga sebelumnya berpikir seperti itu. Menikah karena mencintai laki-laki yang baru dua tahun aku kenal. Namanya Ahkam.Namun dari segi penglihatan ku. Pernikahan adalah hal yang paling mengerikan.Bagaimana tidak?Apapun permasalahan yang terjadi, perempuan adalah oknum yang selalu disalahkan. Seorang istri dituntut sempurna. Dan hal yang paling menyebalkan, seorang istri selalu di paksa sabar atas segala ketidak adilan.Pernikahan yang seperti apa, yang mereka sebut indah?Dan setelah menginjak dua tahun pernikahan, barulah aku sadar bahwa semua yang terjadi hanyalah ujian dalam rumah tangga.Ya.Bukan rumah tangga namanya jika tidak ada ujian. Aku menikah dengan Laki-laki baik, soleh, bertanggung jawab dan tampan. Sekilas nampak sempurna, bukan? Namun kesempurnaan itu di nodai dengan ahklak mertua dan ipar.Mereka tidak bisa menerima kehadiran ku hanya karena aku wanita yang berasal dari keluarga miskin.Mereka pikir bisa mengalahkan aku?Tent
Kata mereka...Pernikahan itu indah. Aku juga sebelumnya berpikir seperti itu. Menikah karena mencintai laki-laki yang baru dua tahun aku kenal. Namanya Ahkam.Namun dari segi penglihatan ku. Pernikahan adalah hal yang paling mengerikan.Bagaimana tidak?Apapun permasalahan yang terjadi, perempuan adalah oknum yang selalu disalahkan. Seorang istri dituntut sempurna. Dan hal yang paling menyebalkan, seorang istri selalu di paksa sabar atas segala ketidak adilan.Pernikahan yang seperti apa, yang mereka sebut indah?Dan setelah menginjak dua tahun pernikahan, barulah aku sadar bahwa semua yang terjadi hanyalah ujian dalam rumah tangga.Ya.Bukan rumah tangga namanya jika tidak ada ujian. Aku menikah dengan Laki-laki baik, soleh, bertanggung jawab dan tampan. Sekilas nampak sempurna, bukan? Namun kesempurnaan itu di nodai dengan ahklak mertua dan ipar.Mereka tidak bisa menerima kehadiran ku hanya karena aku wanita yang berasal dari keluarga miskin.Mereka pikir bisa mengalahkan aku?Tent
"Nora ... aku ingin bicara padamu," suara Ersad membuat Nora langsung memalingkan wajahnya. Menunjukan bahwa dia masih begitu kesal dengan pria itu."Bicaralah," sautnya acuh.Ersad menghela nafasnya. Mengambil tempat duduk berada didekat Nora."Aku tidak bermaksud menyingkirkan posisi Erika. Dia tetap akan menjadi wanita pertama dalam hidupku, karena aku sangat mencintainya. Aku menikahi Syma hanya saat Erika masih koma. Ketika dia siuman nanti, aku akan segera menceraikan Syma.Yang harus kau tahu, Syma hanya menggantikan posisi Erika sementara waktu. Tidak lebih dari itu," ujarnya bersikap selembut mungkin. Jika saja bukan karena permintaan Syma, Ersad tidak akan pernah mau melakukan hal ini.Dan dia sendiripun bingung, kenapa begitu tidak berdaya menolak keinginan Syma.Sementara Nora, justru semakin besar kepala akibat perbuatannya ini."Bagaimana jika Kak Erika tidak bangun lagi? apa itu artinya Kakak akan bersama wanita itu selamanya?