Ersad Destara, seorang pengusaha yang kaya raya itu sedang menatap Syma dengan penuh kerutan didahinya.
"Dijebak?
Bagaimana bisa?"
Ersad memang suka memesan wanita untuk menuntaskan hasratnya yang tidak pernah tersalurkan pada istrinya. Namun dia melakukannya atas persetujuan orang itu sendiri. Dan tidak sembarang wanita yang bisa tidur dengannya.
Melihat Syma yang memelas dan terlihat begitu ketakutan. Membuat Ersad menjadi luluh dan merasakan sesuatu didalam dirinya agar melindungi wanita yang ada dihadapannya ini.
"Seseorang yang bernama Chito mengurungku disini. Dia memerintahkan seseorang untuk mengubah penampilanku. Aku tidak pernah memakai pakaian seperti ini sebelumnya, aku mohon tuan ... selamatkan aku dari sini," ucap Syma disela isakkanya.
Tidak ada kata yang keluar dari mulut Ersad. Pria itu kemudian mengambil benda pipih disaku celananya dan menghubungi seseorang.
Syma tidak bisa mendengar jelas apa yang dikatakan oleh pria itu, namun entah mengapa Syma merasa bahwa pria yang ada dihadapannya ini bukanlah orang jahat.
"Ayo ikut aku," ucap Ersad mengulurkan tangannya. Syma hanya menatap tangan itu. Bukannya dia tidak ingin ikut, hanya saja dia tidak bisa menyentuh tangan yang bukan mahromnya.
"Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu. Ikutlah denganku ... kau akan keluar dari sini," ucap Ersad meyakinkannya.
"Em ... aku akan mengiring dari belakang. Bisakah aku mencari hijabku dulu. Aku tidak bisa keluar dalam keadaan seperti ini," cicitnya.
Akhirnya Ersad mengerti kenapa Syma tidak mau menyambut uluran tangannya. Ersad yakin, Syma adalah wanita baik-baik yang dipaksa memasuki tempat itu.
"Sepertinya pakaianmu tidak ada disini,"
"Kau benar. Aku tidak tahu dimana Chito menyembunyikan pakaianku," ucap Syma nyaris putus asa.
Tanpa Syma sadari, Ersad sudah berada dihadapannya. Dan menyentuh selimut yang terbalut ditubuh Syma.
Jantung Syma berdebar cukup keras. Entah apa yang akan dilakukan oleh Ersad. Hal itu membuat nafas Syma terasa sesak, karena jaraknya begitu dekat.
Tanpa diduga, rupanya Ersad membetulkan selimut itu agar menutup sampai kepalanya. Membuat rambut Syma tidak terlihat lagi.
Syma cukup terperangah. Mata mereka sejenak bersibobrok, saling mengagumi satu sama lain. Menatap manik Ersad yang berwarna hitam legam. Dihiasi dengan bulu mata lentik. Serta hidung mancung yang terukir indah. Dalam hatinya memuji begitu indah ciptaan Tuhan yang satu ini.
Sadar atas perbuatannya, Syma langsung menundukkan kembali pandangannya. Lalu ber istighfar sebanyak-banyaknya. Ampuni mataku yang telah berbuat zina ini Ya Robb.
Ersad sendiri berdehem untuk menghilangkan kegugupannya. "Sekarang kau sudah bisa keluar kan ! ayo,"
Syma mengangguk sampai akhirnya mereka keluar dari kamar itu.
💕💕💕💕💕
Sementara itu, Chito mendapatkan laporan dari anak buahnya bahwa Syma dibawa kabur oleh salah satu pelanggannya. Tentu hal itu membuat Chito marah besar. Dia kehilangan berlian berharganya. Syma yang sangat cantik bisa menjadi sumber uang baginya. Namun semua itu harus gagal karena ada yang telah membawanya.
"Katakan padaku siapa yang telah membawanya kabur?"
"Ersad Destara ... kami tidak sanggup melawannya. Kami masih sayang nyawa kami, Tuan."
"Bedebah ! aku pikir dia hanya akan meniduri wanita lalu pergi. Seperti biasa yang dia lakukan. Tapi kenapa sekarang dia malah membawa wanita itu. Aku bahkan belum sempat mencicipinya ! Bodoh!" maki Chito dengan kesal. Dia tidak bisa berbuat apapun, ketika mengetahui bahwa Ersad lah pelakunya.
Ersad yang telah menjadi pelanggan setia itu, memiliki kartu As usahanya. Jika Ersad membocorkannya, maka tamatlah sudah. Bukan hanya usahanya yang bangkrut. Tapi juga dirinya yang terancam penjara seumur hidup.
SIAL !!
💕💕💕💕💕
"Terimakasih telah membantuku," ucap Syma membuka suaranya. Mencairkan suasana yang terasa canggung berada disebelah Ersad yang sedang mengemudi untuk mengantarnya pulang.
"Tidak masalah. Lain kali hati-hati. Jangan mudah mempercayai seseorang,"
Syma mengangguk. Dia tidak menyela ucapan Ersad. Syma sangat bersyukur. Jika saja bukan pria ini yang dia temui, mungkin dia sudah benar-benar menjadi wanita murahan yang menjajakan tubuhnya pada lelaki hidung belang.
"Aku hanya heran kenapa kau bisa ada disana? apa ada seseorang yang menyeretmu?"
Syma menggeleng. "Tidak. Aku sendiri yang ingin kesana untuk bekerja," ucapnya lemah.
"Kau sendiri?
Apa kau tidak tahu tempat seperti apa itu. Dan pekerjaan seperti apa yang kau harapkan selain menjadi pemuas nafsu !"
"Cleaning service.
Temanku menyarankan agar aku menjadi Cleaning service disana. Tapi tidak kusangka bahwa Chito membohongi kami. Dia malah membuatku seperti wanita murahan,"
Mendengar hal itu, membuat Ersad menghela nafasnya. Tidak menyangka bahwa masih ada wanita se naif dirinya.
"Kenapa memilih tempat seperti itu. Bukankah masih banyak pekerjaan ditempat lain. Sebagai pegawai resto misalnya."
"Aku sudah bekerja sebagai pelayan disalah satu cafe. Tapi gajinya tidak cukup. Aku butuh banyak uang,"
"Apa kau punya hutang?"
"Tidak.
Aku punya masalah yang lebih besar dari sekedar hutang. Aku harus menyewa pengacara untuk merebut kembali hak asuh atas anakku. Dan aku tidak punya cukup uang untuk itu ..."
Ersad tertegun mendengarnya. Merebut hak asuh? itu artinya wanita ini sudah bercerai dari suaminya.
"Disebelah sana," ucap Syma menunjuk sebuah bangunan kecil yang menjadi tempat tinggalnya itu.
Ersad menghentikan mobilnya.
"Em ... kenapa kau begitu ingin merebut hak asuh anakmu? bukankah suamimu juga punya hak untuk itu?" tanya Ersad menuntaskan rasa penasarannya. Menggali lebih dalam tentang Syma yang baginya cukup misterius.
"Aku seorang ibu. Tidak ada ibu yang tahan terlalu lama jauh dari anaknya. Dan lagi ... tidak akan ada yang mampu menyayangi anakku melebihi aku !"
Ersad menatapnya begitu dalam. Begitu banyak wanita cantik yang telah dia temui didunia ini. Tapi tidak ada yang seperti Syma. Bukan hanya cantik dari segi wajah namun juga dari hatinya. Bahkan Ersad sendiri tidak menemukan hal itu selama dengan istrinya. Syma sangat berbeda baginya.
"Terimakasih untuk hari ini. Kau telah banyak membantuku. Semoga Allah subhanahuata'ala membalas semua kebaikanmu. Saya permisi," ucap Syma ingin membuka pintu mobil dan segera turun.
Tanpa dia duga, Ersad juga ikut turun dan mendekatinya.
"Namaku Ersad Destara," ucap Ersad mengulurkan tangannya. Syma hanya menatap tangan itu lalu tersenyum kearahnya.
"Aku Syma Alimah," ucapnya sembari mengatup kedua telapak tangannya. Ersad pun melakukan hal yang sama.
Ketika Syma melangkah memasuki kontrakannya. Suara Ersad kembali menghentikan langkahnya.
"Em ... Syma?
Aku bisa membantumu untuk merebut hak asuh anakmu !"
Mata Syma terbuka lebar. Dadanya bergemuruh. Entah bagaimana cara dia menanggapi hal itu, apakah dia harus senang atau apa? tapi yang jelas, ucapan itu cukup menarik perhatian Syma. Dan segera melangkah mendekati Ersad yang masih bergeming disana.
"Apa? bagaimana caranya?" Syma bertanya sembari menatap matanya nanar. Penuh antusias, berharap pria itu benar-benar bisa membantunya.
to be continue.....
KALO PARA READERS SUKA. KOMENTARIN DONG ! MASUKIN FAVORIT DAN KASIH LIKE.
Syma menatap kartu nama yang saat ini berada digenggamannya. Segala macam pertimbangan ada didalam benaknya.Syma ingat bagaimana ketika Ersad tiba-tiba memberikan kartu nama itu sebelum pergi.Saat itu ... Syma menatap Ersad penuh dengan pertanyaan. "Bagaimana caranya?""Jadilah simpananku, maka aku akan membuatmu mendapatkan hak asuh atas anakmu !"Syma tercengang mendengarnya. Mulutnya terbuka hendak mengutarakan penolakan. Namun Ersad menghentikannya."Itupun jika kau setuju. Aku rasa ... kau butuh waktu untuk mempertimbangkannya. Ini kartu namaku, datanglah jika kau tertarik," ucap Ersad menyerahkan lembaran kartu yang bertuliskan alamatnya.Karena begitu terkejut, Syma hanya bisa menerima sembari menatap kepergian Ersad dari kejauhan.Dan sekarang ... Syma benar-benar bingung. Tawaran Ersad cukup menggiurkan baginya. Namun Syma juga tidak ingin menghancurkan rumah tangga orang lain. Dia bukanlah wanita seperti itu.("Tidak !
"Nora "Terlihat raut kekecewaan di wajah Ersad. Dia pikir tadinya yang datang adalah Syma. tapi ternyata yang datang adalah Nora. adik Erika yang berarti adik iparnya sendiri."Apa yang kau lakukan disini Nora? bukankah seharusnya kau menyelesaikan pendidikan di luar negeri?" tanya Ersad, yang melampiaskan kekesalannya pada Nora."Kakak ipar, kenapa kau terlihat tidak senang melihatku ! aku datang hanya ingin melihat keadaan kak Erika yang masih sakit," ucap Nora dengan mengerucutkan bibirnya."Lalu apa yang kau lakukan disini? ini kantor, bukan rumah sakit !""Em ... ayolah kak, temani aku kerumah sakit," ucap Nora bergelayut manja padanya. Sementara Ersad malah begitu risih dengan tingkahnya yang selalu saja seperti itu."Maaf aku sibuk ! biar Kevin saja yang menemanimu," jawab Ersad selembut mungkin, namun bukan berarti dia melunak dengan gadis itu.Nora sendiri hanya melirik Kevin sekilas dengan malas, lalu beralih lagi ke Ersad.
Kegugupan menyelimuti Syma. Hatinya berdebar, dia sangat khawatir jika dia tidak berhasil mengambil hak asuh anaknya. Syma tidak bisa membayangkan bagaimana jauh dari anaknya.Hanya dengan Dzikir dan sholawat tidak hentinya dia rapalkan didalam hatinya. Memohon kepada sang Maha kuasa agar memudahkan segala urusannya.Berbeda dengan Ersad yang duduk dengan tenang, seakan sudah dipastikan bahwa dia akan berhasil.Tatapan mereka beralih pada kedatangan Refan yang menggendong Zea, diikuti oleh Mia dibelakangnya dengan tidak tahu malu malah sengaja bergelayut ditangan Refan. Syma tidak lagi memperdulikan kemesraan mereka, apalagi tatapan membunuh dari Refan yang seakan ingin menelannya hidup-hidup. Pandangan Syma hanya tertuju pada sosok putri kecilnya itu. Syma tidak kuasa menahan kerinduannya, dia ingin sekali berlari dan memeluk erat Zea. Namun dia harus menahannya, jika tidak ... semuanya akan kacau. Syma ingat bahwa sebelumnya Ersad telah memerintahkan dia untuk me
Malam sudah semakin larut. Ketika Zea sudah tertidur dengan lelap. Syma pun segera beranjak dari sana. Rasanya tidak ingin meninggalkan Zea tertidur sendirian. Namun kenyataannya Ersad telah menunggunya dikamar yang lain. Syma sempat berpikir apa yang harus dilakukan. Ersad pastinya ingin menagih perjanjiannya. Sementara Syma sangat belum siap untuk hal itu. Ditambah lagi, Syma sangat tidak ingin melakukan perzinahan.Langkahnya pelan, namun tanpa terasa tiba-tiba sudah berada didepan kamar Ersad. Jantungnya berdegup kencang. Dengan sekali tarikan nafas, Syma memberanikan diri membuka pintunya.Ketika masuk kedalam sana, Ersad langsung menghentikan kegiatannya yang sedang berkutat dengan handphonenya. Wajahnya terlihat segar, pastinya Ersad telah membersihkan dirinya terlebih dulu.Kegugupan semakin melanda diri Syma, seperti pengantin baru yang baru akan melakukan malam pertama mereka."Kau datang juga akhirnya," ucap Ersad menatap Syma begitu dalam. E
Kini Kevin hanya menatap anak kecil yang sedang makan es krim itu. Tidak pernah terbayangkan olehnya, selama beberapa tahun bekerja dengan Ersad. Baru kali ini dia mengerjakan tugas yang diluar kemampuannya."Pelan-pelan makannya," ucap Kevin mengambil tissue dan mengelap mulut Zea. Kevin ingat, betapa sulitnya dia membujuk Zea yang tidak hentinya menangis dan bertanya tentang ibunya. Salah satu hal yang melintas dipikirannya hanyalah es krim yang pastinya disukai anak-anak. Dan benar saja .... Zea langsung diam, ketika Kevin mengajaknya makan es krim."Paman Ze pup ....""APAA !! Ya Tuhan bagaimana ini," Kevin langsung berdiri begitu kaget dengan yang dikatakan oleh Zea. Seolah itu adalah ucapan yang paling mengerikan yang pernah dia dengar. Kevin merasa gusar, sampai mondar-mandir karena kebingungan harus bagaimana. Padahal Zea sudah memakai Pampers. Hanya tinggal membuang dan membersihkan. Namun kepintaran Kevin sirna sudah ketika menghadapi hal seperti in
Ketika sudah selesai membersihkan dirinya. Ersad terkejut melihat Syma yang ternyata belum juga tidur."Kenapa kau belum tidur?""Aku masih menunggumu. Aku pikir mungkin kau butuh sesuatu. Makan, atau apa?"Ersad diam sejenak. Menatap Syma sembari mendekat kearahnya secara perlahan. Lalu berdiri tepat dihadapannya dengan tatapan yang tidak lepas sedikitpun dari wanita itu. Ersad baru sadar, bahwa kecantikan Syma semakin bertambah, ketika melepaskan jilbabnya. Wajahnya yang begitu mulus serta bibir kecil namun tebal. Membuat naluri kelelakiannya semakin menyeruak."Jika aku meminta hakku. Apa kau akan memberikannya malam ini.Aku sudah melakukan semua yang kau inginkan. Termasuk menikah siri denganmu. Apa masih ada alasan bagimu untuk menolakku kali ini?"Sontak hal itu membuat Syma melebarkan matanya. Bukannya Syma tidak siap. Hanya saja dia masih begitu gugup, belum terbiasa dengan pria lain selain Revan. Namun Syma segera menguasai dirinya
'Terimaksih? bagaimana bisa Syma justru mengatakan terimakasih. Padahal ucapanku tidak ada satupun yang membuatnya senang. Wanita macam apa Syma ini ....' batin Ersad dikala air sedang mengguyur tubuhnya dengan deras.Ersad keluar dari kamar mandinya. Pandangan yang pertama kali dia lihat, adalah sebuah setelan pakaian yang berada diatas tempat tidur. Bahkan sampai pakaian dalam yang seharusnya dia kenakan, sudah ada disana. Tidak pernah dia duga sebelumnya. Syma sudah menyiapkan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Erika sekalipun.Tentu hal itu terasa asing baginya. Namun dia juga senang, karena ada yang memperhatikan kebutuhannya.Ersad segera memakainya. Bahkan warna kemeja yang Syma pilihkan sesuai dengan seleranya.Ersad segera keluar ketika semuanya sudah selesai.Samar-samar dia mendengarkan suara canda dan tawa seorang anak kecil yang dia yakini adalah suara dari Zea. Sesekali terdengar suara lantunan ayat-ayat pendek terdengar dari mulut k
"Ternyata kau masih punya cukup nyali untuk datang kesini," Ersad mendesis ketika mengatakannya."Aku datang bukan untuk mencari masalah denganmu. Aku hanya ingin bertanya dimana keberadaan Syma dan anakku?Karena aku yakin kau pasti tahu keberadaan mereka," ucapannya tanpa rasa takut sedikitpun.Ersad terkekeh mendengarnya. Namun seringai ejekan terlihat jelas disana."Setelah semua yang kau lakukan padanya, kau ingin mencarinya ! untuk apa? jika datang hanya untuk menyakiti, lebih baik pergi dan jangan pernah ganggu dia lagi."Seketika Ersad sadar dengan ucapan yang baru saja dia lontarkan. Ternyata bukan hanya untuk Revan, melainkan untuk dirinya juga yang kerapkali mengeluarkan kata pedas pada Syma. Namun wanita itu tidak pernah tersinggung sedikitpun."Semua yang terjadi diantara kami hanyalah kesalah pahaman.""Cih .... salah paham? aku dengar Syma sudah berusaha menjelaskan padamu. Tapi kau tidak percaya dan malah menceraikannya.