"Ketahuilah nak, ada empat syarat bagi wanita untuk masuk kedalam surga. Yang pertama, Menjaga sholatnya. Kedua berpuasa di bulan Ramadhan. Ketiga menjaga kehormatannya. Dan yang keempat taat pada suaminya. Jika seorang wanita sudah melakukan semua itu, maka dia berhak masuk kedalam surga melalui pintu mana saja.
Kelak disana, wanita yang meninggal dalam keadaan suaminya Ridho padanya. Dia akan menjadi Ratunya para bidadari surga.
Dan lagi...
Diakhirat kelak, tidak akan ada lagi yang namanya cemburu. Iri hati, atau prasangka buruk lainnya," ucap Alma dengan begitu lembut.
Syma yang mendengarnya cukup terhenyak. Batinnya seakan menjerit.
"Jika saja Jidah tahu bahwa semuanya telah kulakukan dengan baik. Malah suamiku sendirilah yang menciptakan sebuah neraka bagiku ! masih bisakah aku mengharapkan surga itu, Ya Robb?"
💕💕💕💕💕
Syma melepaskan apron yang masih melekat ditubuhnya. Lalu menghempaskan dirinya dikursi tempat para karyawan cafe beristirahat.
Ketika dikesendirian seperti ini, Syma selalu saja ingat dengan anaknya. Lagi-lagi air matanya menetes. Entah kapan dia bisa bertemu dengan Zea. Syma sadar bahwa gajinya masih jauh dari kata cukup untuk menyewa pengacara. Belum lagi dia harus membayar sewa kontrakan yang dia tempati saat ini.
Dia harus mencari uang dengan cara lain lagi.
"Hey ! kenapa kau tidak makan?"
Suara Mia yang juga bekerja sebagai pelayan dicafe itu membuyarkan lamunan Syma.
"Hay Mia, aku belum lapar," saut Syma dengan nada lemah.
Mia pun menyipitkan matanya menatap Syma dengan penuh awas. "Apa kau punya masalah?" tanya Mia beralih duduk disebelah Syma.
"Ya, aku butuh pekerjaan tambahan. Aku butuh banyak uang."
"Oh begitu ....
Aku tidak tahu ini bisa membantumu atau tidak. Tapi ...
Jika kau mau, ikutlah dengaku malam ini. Temanku punya sebuah Klab besar dikota ini. Kau bisa bekerja padanya dimalam hari sampai pagi,"
"Klab? apa yang kau maksud tempat hiburan malam itu?"
Mia mengangguk. "Iya, tapi tenanglah ... tempat itu cukup berkelas. Tidak sembarang orang bisa masuk kesana. Banyak pria kaya yang butuh hiburan mendatangi tempat itu. Tips dari merekapun cukup lumayan. Kau hanya perlu membersihkan toilet dan juga bekas muntahan para pengunjung."
Syma sempat berpikir sejenak. Penawaran dari Mia sepertinya tidaklah baik. Tempat itu adalah tempat yang sering dikatakan Alma sebagai tempat maksiat yang harus dihindari. Namun Syma juga berpikir jika dia hanya bekerja sebagai Cleaning Service, mungkin itu tidaklah masalah.
💕💕💕💕
Syma sudah sampai ditempat yang dimaksud oleh Mia. penampilannya yang masih mengenakan hijab, membuat banyak orang disana menatapnya heran. Untuk apa wanita alim sepertinya berada ditempat seperti itu?
"Hey Syma... sudah lama menungguku?" ucap Mia yang baru saja tiba dan menghampiri Syma. Penampilannya pun sudah berubah. Pakaian yang sexy dengan memperlihatkan lekukan tubuhnya. Serta rambut pendek yang terlihat menggoda.
"Tidak juga,"
"Baiklah ayo kita temui temanku," ucap Mia langsung mengajak Syma masuk kedalam sana.
Mia menuntun Syma sembari berjalan dengan berlenggak-lenggok. Sementara Syma hanya menunduk malu ketika banyak pasang mata menatapnya.
"Chito?" Mia memanggil seseorang yang sedang duduk diantara beberapa wanita sexy disana. Seorang pria yang memiliki banyak tato ditubuhnya itu datang menghampiri Mia.
"Hay Mia," sapa Chito sembari memeluk Mia dan mencubit pantat wanita itu. Perlakukannya itu membuat Syma terkejut. Apa Mia sudah biasa seperti ini? pikirnya.
Lalu tatapan Chito beralih kearah Syma yang masih menatap mereka dengan heran. "Siapa yang kau bawa ini Mia?" tanya Chito memperhatikan Syma dengan penuh kekaguman. Wajah cantik Syma seakan bersinar diantara kerlip lampu disana.
"Ini temanku Syma. Dia ingin bekerja sebagai Cleaning service disini. Dia butuh banyak uang Chito, kau mau membantunya kan?" ucap Mia dengan tatapan aneh. sesekali alisnya naik turun seolah memberi sebuah isyarat pada Chito.
"Tentu, aku akan membantunya. Ayo ikut aku,"
Mia langsung memberi isyarat pada Syma untuk mengikuti Chito. Sementara dia sendiri duduk dimeja bar untuk menemui teman yang lainnya.
"Masuklah," ucap Chito membukakan pintu dan menyuruhnya masuk kedalam ruangan khsusus.
Syma masuk kedalam sana dengan penuh kebingungan. Lalu Syma sempat mendengar percakapan Chito pada seorang wanita paruh baya untuk merias dirinya.
"Kenapa aku harus berdandan? bukankah aku hanya akan menjadi seorang pelayan?"
"Ck, jangan banyak tanya. Sebaiknya kau menurut jika kau ingin selamat !" ucap Chito yang merubah nada suaranya dan langsung mengunci pintu dari luar.
Syma mendekati pintu dan berteriak agar Chito membukakan pintu untuknya. Namun wanita paruh baya yang melihat tingkah Syma itu langsung mendekati Syma dan menyuntikan obat bius padanya. Hal seperti itu biasa dia lakukan ketika ada yang memberontak seperti Syma sekarang.
"Huh, selalu saja seperti ini. Merepotkan !" ucap wanita itu ketika melihat Syma tidak sadarkan diri akibat obat biusnya.
💕💕💕💕
Syma membuka matanya. Kepalanya masih terasa pusing. Secara perlahan, Syma langsung duduk dengan memegang kepalanya.
Syma terbelalak ketika sadar bahwa pakaiannya telah berubah. Begitu minim, nyaris memperlihatkan seluruh tubuhnya. Dia segera berdiri dan melihat kearah cermin. Rupanya bukan hanya bajunya yang berubah. Namun juga wajahnya yang telah dirias dengan begitu mempesona. Hijab yang biasa melekat dikepalanya juga telah dilepas.
"Siapa yang melakukan ini? dimana pakaianku? Astaghfirullah ... ini bahkan tidak pantas disebut sebagai pakaian !"
Syma bergegas mencari-cari keberadaan pakaiannya. Namun tidak ada apapun disana. Hanya ada meja rias dan juga ranjang. Matanya beralih melihat kearah selimut tebal yang ada disana, lalu segera menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut itu.
Syma berjalan kearah pintu, berharap tidak ada yang mengurungnya. Namun sayangnya pintu itu terkunci. Syma berteriak meminta pertolongan. Berharap siapapun yang ada diluar membukakan pintu untuknya. Dan tidak lama kemudian. handle pintu itu bergerak. Syma mundur beberapa langkah untuk membiarkan seseorang masuk kedalam sana.
Ketika pintu itu terbuka. Seorang pria berdiri tegap dihadapannya. Sorot matanya yang tajam menatap Syma dengan heran. Meski wajah Syma telah basah oleh air matanya. Namun tetap saja tidak mengurangi kadar kecantikan nya sedikitpun. Apalagi melihat rambutnya yang tergerai indah. Sehingga pria itu terpaku cukup lama menatapnya.
"Kenapa kau menutupi tubuhmu dengan selimut?" ucap pria itu membuka suaranya sembari menutup pintu secara perlahan.
"Aku .... pakaianku sangat tidak pantas untuk dilihat," ucap Syma dengan bergetar.
Hal itu semakin membuatnya semakin berkerut heran. Ada apa dengan wanita ini? tidak pantas? bukankah wanita seperti dirinya ini malah banyak yang tiba-tiba tidak berpakaian sama sekali. Atau dia telah salah kamar?
Lalu suara Syma tiba-tiba membuyarkan semua pemikirannya.
"Tuan ... tolong aku ! sepertinya aku dijebak. Bisakah kau membawaku keluar dari sini, aku mohon !"
to be continue.....
Ersad Destara, seorang pengusaha yang kaya raya itu sedang menatap Syma dengan penuh kerutan didahinya."Dijebak?Bagaimana bisa?"Ersad memang suka memesan wanita untuk menuntaskan hasratnya yang tidak pernah tersalurkan pada istrinya. Namun dia melakukannya atas persetujuan orang itu sendiri. Dan tidak sembarang wanita yang bisa tidur dengannya.Melihat Syma yang memelas dan terlihat begitu ketakutan. Membuat Ersad menjadi luluh dan merasakan sesuatu didalam dirinya agar melindungi wanita yang ada dihadapannya ini."Seseorang yang bernama Chito mengurungku disini. Dia memerintahkan seseorang untuk mengubah penampilanku. Aku tidak pernah memakai pakaian seperti ini sebelumnya, aku mohon tuan ... selamatkan aku dari sini," ucap Syma disela isakkanya.Tidak ada kata yang keluar dari mulut Ersad. Pria itu kemudian mengambil benda pipih disaku celananya dan menghubungi seseorang.Syma tidak bisa mendengar jelas apa yang dikatakan oleh pria itu,
Syma menatap kartu nama yang saat ini berada digenggamannya. Segala macam pertimbangan ada didalam benaknya.Syma ingat bagaimana ketika Ersad tiba-tiba memberikan kartu nama itu sebelum pergi.Saat itu ... Syma menatap Ersad penuh dengan pertanyaan. "Bagaimana caranya?""Jadilah simpananku, maka aku akan membuatmu mendapatkan hak asuh atas anakmu !"Syma tercengang mendengarnya. Mulutnya terbuka hendak mengutarakan penolakan. Namun Ersad menghentikannya."Itupun jika kau setuju. Aku rasa ... kau butuh waktu untuk mempertimbangkannya. Ini kartu namaku, datanglah jika kau tertarik," ucap Ersad menyerahkan lembaran kartu yang bertuliskan alamatnya.Karena begitu terkejut, Syma hanya bisa menerima sembari menatap kepergian Ersad dari kejauhan.Dan sekarang ... Syma benar-benar bingung. Tawaran Ersad cukup menggiurkan baginya. Namun Syma juga tidak ingin menghancurkan rumah tangga orang lain. Dia bukanlah wanita seperti itu.("Tidak !
"Nora "Terlihat raut kekecewaan di wajah Ersad. Dia pikir tadinya yang datang adalah Syma. tapi ternyata yang datang adalah Nora. adik Erika yang berarti adik iparnya sendiri."Apa yang kau lakukan disini Nora? bukankah seharusnya kau menyelesaikan pendidikan di luar negeri?" tanya Ersad, yang melampiaskan kekesalannya pada Nora."Kakak ipar, kenapa kau terlihat tidak senang melihatku ! aku datang hanya ingin melihat keadaan kak Erika yang masih sakit," ucap Nora dengan mengerucutkan bibirnya."Lalu apa yang kau lakukan disini? ini kantor, bukan rumah sakit !""Em ... ayolah kak, temani aku kerumah sakit," ucap Nora bergelayut manja padanya. Sementara Ersad malah begitu risih dengan tingkahnya yang selalu saja seperti itu."Maaf aku sibuk ! biar Kevin saja yang menemanimu," jawab Ersad selembut mungkin, namun bukan berarti dia melunak dengan gadis itu.Nora sendiri hanya melirik Kevin sekilas dengan malas, lalu beralih lagi ke Ersad.
Kegugupan menyelimuti Syma. Hatinya berdebar, dia sangat khawatir jika dia tidak berhasil mengambil hak asuh anaknya. Syma tidak bisa membayangkan bagaimana jauh dari anaknya.Hanya dengan Dzikir dan sholawat tidak hentinya dia rapalkan didalam hatinya. Memohon kepada sang Maha kuasa agar memudahkan segala urusannya.Berbeda dengan Ersad yang duduk dengan tenang, seakan sudah dipastikan bahwa dia akan berhasil.Tatapan mereka beralih pada kedatangan Refan yang menggendong Zea, diikuti oleh Mia dibelakangnya dengan tidak tahu malu malah sengaja bergelayut ditangan Refan. Syma tidak lagi memperdulikan kemesraan mereka, apalagi tatapan membunuh dari Refan yang seakan ingin menelannya hidup-hidup. Pandangan Syma hanya tertuju pada sosok putri kecilnya itu. Syma tidak kuasa menahan kerinduannya, dia ingin sekali berlari dan memeluk erat Zea. Namun dia harus menahannya, jika tidak ... semuanya akan kacau. Syma ingat bahwa sebelumnya Ersad telah memerintahkan dia untuk me
Malam sudah semakin larut. Ketika Zea sudah tertidur dengan lelap. Syma pun segera beranjak dari sana. Rasanya tidak ingin meninggalkan Zea tertidur sendirian. Namun kenyataannya Ersad telah menunggunya dikamar yang lain. Syma sempat berpikir apa yang harus dilakukan. Ersad pastinya ingin menagih perjanjiannya. Sementara Syma sangat belum siap untuk hal itu. Ditambah lagi, Syma sangat tidak ingin melakukan perzinahan.Langkahnya pelan, namun tanpa terasa tiba-tiba sudah berada didepan kamar Ersad. Jantungnya berdegup kencang. Dengan sekali tarikan nafas, Syma memberanikan diri membuka pintunya.Ketika masuk kedalam sana, Ersad langsung menghentikan kegiatannya yang sedang berkutat dengan handphonenya. Wajahnya terlihat segar, pastinya Ersad telah membersihkan dirinya terlebih dulu.Kegugupan semakin melanda diri Syma, seperti pengantin baru yang baru akan melakukan malam pertama mereka."Kau datang juga akhirnya," ucap Ersad menatap Syma begitu dalam. E
Kini Kevin hanya menatap anak kecil yang sedang makan es krim itu. Tidak pernah terbayangkan olehnya, selama beberapa tahun bekerja dengan Ersad. Baru kali ini dia mengerjakan tugas yang diluar kemampuannya."Pelan-pelan makannya," ucap Kevin mengambil tissue dan mengelap mulut Zea. Kevin ingat, betapa sulitnya dia membujuk Zea yang tidak hentinya menangis dan bertanya tentang ibunya. Salah satu hal yang melintas dipikirannya hanyalah es krim yang pastinya disukai anak-anak. Dan benar saja .... Zea langsung diam, ketika Kevin mengajaknya makan es krim."Paman Ze pup ....""APAA !! Ya Tuhan bagaimana ini," Kevin langsung berdiri begitu kaget dengan yang dikatakan oleh Zea. Seolah itu adalah ucapan yang paling mengerikan yang pernah dia dengar. Kevin merasa gusar, sampai mondar-mandir karena kebingungan harus bagaimana. Padahal Zea sudah memakai Pampers. Hanya tinggal membuang dan membersihkan. Namun kepintaran Kevin sirna sudah ketika menghadapi hal seperti in
Ketika sudah selesai membersihkan dirinya. Ersad terkejut melihat Syma yang ternyata belum juga tidur."Kenapa kau belum tidur?""Aku masih menunggumu. Aku pikir mungkin kau butuh sesuatu. Makan, atau apa?"Ersad diam sejenak. Menatap Syma sembari mendekat kearahnya secara perlahan. Lalu berdiri tepat dihadapannya dengan tatapan yang tidak lepas sedikitpun dari wanita itu. Ersad baru sadar, bahwa kecantikan Syma semakin bertambah, ketika melepaskan jilbabnya. Wajahnya yang begitu mulus serta bibir kecil namun tebal. Membuat naluri kelelakiannya semakin menyeruak."Jika aku meminta hakku. Apa kau akan memberikannya malam ini.Aku sudah melakukan semua yang kau inginkan. Termasuk menikah siri denganmu. Apa masih ada alasan bagimu untuk menolakku kali ini?"Sontak hal itu membuat Syma melebarkan matanya. Bukannya Syma tidak siap. Hanya saja dia masih begitu gugup, belum terbiasa dengan pria lain selain Revan. Namun Syma segera menguasai dirinya
'Terimaksih? bagaimana bisa Syma justru mengatakan terimakasih. Padahal ucapanku tidak ada satupun yang membuatnya senang. Wanita macam apa Syma ini ....' batin Ersad dikala air sedang mengguyur tubuhnya dengan deras.Ersad keluar dari kamar mandinya. Pandangan yang pertama kali dia lihat, adalah sebuah setelan pakaian yang berada diatas tempat tidur. Bahkan sampai pakaian dalam yang seharusnya dia kenakan, sudah ada disana. Tidak pernah dia duga sebelumnya. Syma sudah menyiapkan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Erika sekalipun.Tentu hal itu terasa asing baginya. Namun dia juga senang, karena ada yang memperhatikan kebutuhannya.Ersad segera memakainya. Bahkan warna kemeja yang Syma pilihkan sesuai dengan seleranya.Ersad segera keluar ketika semuanya sudah selesai.Samar-samar dia mendengarkan suara canda dan tawa seorang anak kecil yang dia yakini adalah suara dari Zea. Sesekali terdengar suara lantunan ayat-ayat pendek terdengar dari mulut k