Beranda / Thriller / SANG PEWARIS PERKASA / Chapter 3 - Young Master Fortman

Share

Chapter 3 - Young Master Fortman

Penulis: Dewa Amour
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-22 08:29:18

Angin pagi bertiup dengan kencang. Daun-daun maple berjatuhan di tepi sungai beku.

Tiga tahun yang lalu, itu waktu yang begitu singkat baginya. Juga memiliki banyak kenangan.

Aaron membuka mata. Sepasang iris hijau terang memancar dengan sempurna. Dipandanginya dari balik langit-langit kaca yang buram. Hujan salju kembali turun.

"Aku sangat mencintaimu! Aku sudah tidak sabar menunggu hari pernikahan kita."

Hawa dingin yang ditimbulkan, juga salju putih yang lembut membuatnya teringat pada gadisnya.

"Aku pun sangat mencintaimu. Sama seperti mu, aku tidak sabaran menunggu hari pernikahan kita."

Jesica tersenyum membalas tatapannya kala itu. Senyuman yang begitu manis.

Siapa sangka di sela indahnya harapan dan mimpi mereka itu, hal yang mengerikan harus terjadi.

"Aaron, aku bukan milikmu lagi! Aku kehilangan segalanya! Aku tak mau hidup lagi!" Jesica bicara dengan suaranya yang serak. Juga matanya yang sembab.

Selama tiga tahun ia mengenal gadis itu, ini untuk pertama kalinya Aaron melihat Jesica yang begitu hancur. Namun, dia tidak sempat memahami situasinya.

"Jesica!"

Hanya teriakan yang terdengar paraw. Juga manik hijau yang basah dan hampa. Jesica, gadis itu mengakhiri hidupnya tepat di depan mata kepalanya sendiri.

Dan sayangnya Aaron tidak dapat berbuat banyak. Di hadapannya, cinta dan tujuan hidupnya telah hancur.

"Jesica!"

Kewarasannya mulai pulih. Aaron berteriak kencang. Napasnya tersengal-sengal. Peluh dingin bercucuran dari milyaran pori-pori.

"Hei, jangan berisik!"

"Dasar tidak waras!"

Dua orang laki-laki yang sedang tertidur turut terjaga karena suara teriakan Aaron. Mereka jadi kesal, lantas melempar seember air ke tubuh pria di dalam penjara.

Aaron basah kuyup. Dia menggigil kedinginan. Dua orang laki-laki itu cuma tertawa lantas pergi.

Aaron hanya bisa mendengus kesal sambil mengangkat sepasang matanya. Api dendam terlihat berkobar di dalam sana.

Orang-orang itu sudah memperlakukan dia lebih dari seekor binatang!

Begitulah hidup yang ia jalani saat ini. Tertindas dan disiksa secara fisik dan psikis. Mungkin dia akan benar-benar menjadi gila jika terus berada di tempat ini.

Manik-manik hijau Aaron melirik ke arah pergelangan tangan kirinya. Gambar tato kepala serigala itu masih terlihat nyata. Maka memorinya kembali berkelana ke masa tiga tahun silam.

"Tuan Muda Fortman akan tiba di kota pukul sembilan pagi. Ayo siap-siap semuanya!"

"Baik, Pak!"

Mecco Company Group, perusahaan teknologi terbesar di San Alexandria Baru. Dan satu-satunya perusahaan yang masih bersinar di tengah krisis moneter yang sedang melanda kota tersebut.

Para staf tampak sibuk pagi itu. Kabar kedatangan ahli waris kerajaan bisnis membuat mereka tergesa-gesa.

Anthony Robbins Fortman, pendiri perusahaan tersebut memiliki seorang putra. Dan hari ini ia akan kembali setelah meraih gelar dan lulus dari studi bisnisnya.

"Letakkan semua buah apel merah di tepi meja. Tuan Muda Fortman sangat menyukai apel!"

Tidak hanya di kantor pusat Mecco Company Group, tetapi di mansion kediaman Tuan Fortman pun sama sibuknya.

Semua asisten sedang bekerja keras untuk menyambut kepulangan Tuan Muda Fortman.

"Aku dengar, Tuan Muda sangat tampan dan seorang yang punya selera tinggi. Kurasa, dia pria yang bersinar di San Alexandria sepanjang musim panas!"

"Ya, ya! Tuan Muda Aaron memang tampan! Dia juga cerdas dan memiliki selera yang bagus!"

"Dia bintang tahun ini!"

"Kau benar!"

Suara perbincangan para asisten di meja makan menyambangi indera pendengaran seorang pria yang baru saja turun dari undakan anak tangga.

Aaron de Fortman, si bodoh itu akan kembali ke kota setelah lulus kuliah bisnis dan dapat gelar. Ia berdecak jengah, lantas berjalan sambil melempar tatapan dingin saat para asisten menyapanya.

"Ada apa ini? Pagi-pagi buta sudah heboh saja seolah Presiden San Alexandria akan datang ke rumah ini! Aku benar-benar muak!"

Marquez, dia datang sambil marah-marah menemui seorang wanita yang sedang minum kopi di teras balkon.

Wanita itu menyeringai tipis mendengar semua keluhan putra kesayangannya. "Kau tahu sendiri bukan? Kita cuma menumpang di rumah ini, dan pemilik aslinya akan pulang pagi ini. Kenapa kau sangat tersinggung?"

Marquez menatap punggung wanita di depannya dengan menyipitkan mata. "Lantas, kenapa kau diam saja saat putramu ini sedang berada di ujung tanduk? Kenapa tidak kau ledakan jet yang akan membawanya ke kota?!"

Marisa, wanita itu tersenyum tipis mendengarnya. Ia lantas memutar tubuhnya sampai berhadapan dengan laki-laki berjas hitam di belakangnya. Marquez menatapnya dengan ekspresi jengah.

"Sudah banyak cara yang kita lakukan untuk menyingkirkan Aaron, bukan? Tapi apa? Dia masih hidup dan akan pulang hari ini."

Marquez memicingkan matanya. "Dan kau suka melihatnya pulang ke rumah ini?"

Marisa tersenyum miring menanggapi. Manik hitam Marquez mengikuti langkah kecil wanita itu yang sedang menuju pagar balkon. Dari sana Marisa bicara lagi.

"Sepuluh tahun sudah kita tinggal dan menikmati uang Keluarga Fortman, tapi tentu saja itu belum cukup," katanya sambil mencengkeram cangkir kopi dalam genggaman.

Marquez mengepalkan buku-buku jemarinya mendengar semua penuturan sang ibu.

Dengan tatapan lurus ke depan, Marisa melanjutkan, "Pergilah ke bandara dan sambut kepulangan Aaron layaknya kerabat yang baik."

Marquez tercengang.

Marisa segera memutar tubuhnya menghadap laki-laki di belakangnya tadi. Tatapan Marquez membuatnya tersenyum tipis.

~•~

Bandara Internasional San Alexandria pukul 9:30

"Itu dia!"

"Tuan Muda Fortman!"

"Wah, dia ganteng sekali!"

"Oh Tuhan!"

Suara ricuh itu bukan hanya berasal dari lisan para reporter yang sedang berlarian sambil membawa kameranya, tetapi juga para gadis muda yang turut datang ke gedung tersebut hanya untuk melihat seorang pria yang sedang bersinar tahun ini.

Kemunculan seorang laki-laki berkaki panjang di bandara menyita perhatian publik. Terutama para wanita.

Aaron de Fortman, putra tunggal keluarga Fortman dan satu-satunya pewaris kerajaan bisnis Mecco Company Group.

Dia berjalan dengan gagah diikuti sepuluh orang bodyguard. Gambar tato kepala serigala tercetak jelas di pergelangan tangan kirinya.

Kilat lampu kamera membuat laki-laki berusia 22 tahun itu tampak sangat memukau bak seorang selebriti.

Langkah panjang sepasang pantofel hitam mengkilat terayun begitu mantap. Stelan jas hitam dari brand ternama membalut tubuh yang atletis bak sebuah karya seni.

Kacamata hitam bertengger menutupi sebagian wajah yang tingkat sempurnanya tidak dapat dilukiskan hanya dengan kuas dan kanvas.

Sebagai seorang eksekutif muda, Aaron membuat para wanita di bandara terus menjerit-jerit saking kagumnya.

"Tuan Muda Aaron!"

"Aaaaa!"

"Aku ingin pingsan!"

"Tuan Muda Fortman, tolong lihat kesini!"

Langkah Aaron dihentikan saat ia nyaris tiba di samping Bugatti metalik yang menunggu di depan bandara. Pria itu menoleh ke arah sekumpulan wartawan dan para wanita yang terus mengejarnya.

Dibuka kacamata hitam yang menutupi sebagian wajah. Seulas senyuman yang begitu manis membuat orang-orang itu menjerit histeris.

Dan di saat mereka saling mendorong untuk mendekati Aaron, para bodyguard segera menahannya. Aaron hanya melempar senyum manis, lantas masuk mobil.

"Kurasa, besok wajahmu akan muncul di sampul majalah dewasa. Para jurnalis akan menulis artikel tentang mu asal-asalan!"

Aaron cuma tersenyum tipis mendengar celoteh laki-laki yang duduk di sampingnya.

Marquez de Fortman, kakak tirinya itu bicara dengan sinis. Aaron tahu, jika dia tidak suka. Hubungan mereka pun tidak harmonis selama ini.

"Jujur saja, aku sedikit merasa heran karena melihatmu di bandara. Apa kau datang dengan inisiatif sendiri, atau Daddy yang ..."

"Daddy sedang ada rapat penting, makanya aku yang menjemput mu."

Aaron manggut-manggut. Itu tidak begitu penting baginya. Hingga saat ponsel pintar di saku jasnya berdering, ia mulai sibuk sendiri.

"Ya, ya, Honey! Aku pasti datang! Aku sungguh merindukanmu, Sayang!"

Ekor mata Marques melirik ke arah pria di sampingnya. Aaron terlihat sibuk dengan panggilan ponsel. Dia tahu siapa orang yang menghubungi laki-laki itu.

Jesica.

Shit!

Kenapa si brengsek Aaron memiliki segalanya?

Uang, prestasi, koneksi, warisan dan juga Jesica! Ini sungguh tidak adil baginya yang cuma anak tiri di keluarga Fortman.

Marquez tidak terima. Tangannya mengepal kuat, dadanya sesak mendengar perbincangan mesra antara Aaron dan pacarnya.

"Aku mencintaimu, Jesica!"

"Awas!"

Ckiitttt!!!

Brak!

Aaron sangat terkejut. Ponsel pintar jatuh dari genggaman disebabkan guncangan yang teramat keras.

Entah apa yang terjadi. Mobil sport yang ia tumpangi tiba-tiba menerobos pembatas jalan. Mobil itu mencapai mulut jurang dengan kecepatan yang tidak terkendali.

'Habislah kau, Young Master Fortman!'

Bab terkait

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 4 - Kelicikan Marquez

    "Menyingkir kalian! Biarkan saya masuk!""Di mana Tuan Muda Fortman kalian sekap?!""Serahkan dia pada saya!"Suara ricuh di ujung lorong mengembalikan kewarasan Aaron. Ia tersadar dari semua bayangan masa lalunya.Iris biru terang itu mencari-cari ke sekitar. Sepertinya ia kenal dengan suara laki-laki yang berteriak pada para penjaga di ujung lorong. Bukankah dia Jeremy?Sementara itu di ujung lorong sedang terjadi perdebatan hebat antara seorang laki-laki dengan tiga orang penjaga. Laki-laki itu datang dengan membawa berkas-berkas penting dalam kopernya.Jeremy merupakan pria asal Selatan yang sudah bekerja puluhan tahun melayani keluarga Fortman sebagai sekretaris sekaligus pengacara Tuan Fortman. Setelah Tuan Besar Fortman meninggal, semua hak waris jatuh pada putra tunggalnya yaitu Aaron de Fortman. Sayangnya, di hari penyerahan hak waris di pengadilan pusat, Jeremy tidak melihat Aaron sama sekali.Dia curiga jika Marisa dan Marquez sudah melakukan sesuatu pada Tuan Muda Fortman

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22
  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 5 - Hewan Buas

    Terik sang mentari petang itu cukup panas. Sinar jingganya menerobos dari sela-sela daun pinus yang tipis. Perlahan Aaron membuka matanya. Ia terkejut mendapati tubuhnya yang sedang tergolek di antara semak-semak jurang."Ah, di mana aku?"Berangsur-angsur laki-laki itu menyeret tubuh ringkihnya guna berusaha bangkit. Di sela rasa haus dan kepayahan, Aaron mengingat insiden yang baru saja terjadi padanya.Marquez, di mana laki-laki itu?Bukankah mereka menaiki mobil yang sama?Aaron tak mampu mengingat banyak hal. Termasuk ledakan dahsyat yang terjadi. Dia hanya ingat saat mobil itu terperosok lalu terjun ke jurang.Dalam hati, Aaron mencemaskan Marquez. Meski mereka hanya saudara tiri dan tidak pernah akur, tapi dia masih punya nurani terhadap laki-laki menyebalkan itu."Marquez, aku harus mencarinya!"Aaron berusaha bangkit sambil bertumpu ke pepohonan di sekitar. Ia berjalan dengan terpincang-pincang. Matanya memindai ke sekitar hutan."Marquez!"Dari balik sebuah pohon besar, Marq

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22
  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 6 - Warisan Keluarga Fortman

    Suara baling-baling helikoter masih terdengar di telinga Aaron. Juga situasinya saat itu. Kilas balik masa lalu membuatnya mengantuk.Salju putih berjatuhan di langit memenuhi atap kaca. Hawa dingin menusuk ke tulang di sela pakaian basah yang berbau busuk. Dari ujung lorong yang remang terlihat langkah seorang laki-laki."Dasar gila! Dia bahkan masih bisa tidur pulas di dalam penjara busuk ini," desis Marquez sambil menutupi hidungnya menggunakan sapu tangan.Cuaca yang lembab membuat aroma busuk yang tercium dari dalam penjara itu semakin menyengat. Sementara laki-laki yang dikurung di dalam sana malah sedang enak tidur. Jelas saja dia jadi kesal.Dua orang penjaga segera menghampiri laki-laki dengan mantel bulu tebal yang sedang berdiri memandangi si tahanan."Selamat malam, Tuan Marquez." Mereka menyapa dengan sopan.Marquez cuma melirik sesaat ke arah dua orang penjaga itu, lantas matanya kembali menatap pada laki-laki lusuh yang terikat rantai berkarat di dalam penjara."Apa kal

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22
  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 7 - Obat Halusinasi

    Hari mulai siang saat mobil hitam menepi di pelataran kediaman keluarga Fortman. Marisa baru saja tiba usai bertemu pengacara di Pusat Group Mecco Company."Selamat siang, Nyonya!""Menyingkir kalian!"Para asiten keheranan melihat wajah Marisa yang tampak sangat kesal. Wanita itu marah-marah seperti iblis yang sedang kelaparan. Tidak ada satu orang pun yang berani mendekatinya."Ursula, apa Dokter Federic datang kesini?""Belum, Nyonya."Shit!Marisa mendengus kesal. Kapan dokter itu akan datang? Ia sudah tidak sabar ingin segera menjalankan rencananya. Dengan emosi yang sesak di dada, wanita itu menggeleng lalu membentak para pekerja tanpa alasan yang jelas."Sepertinya Nyonya lupa minum obat.""Ya, kau benar. Dia harus minum obat."Para pekerja segera pergi setelah Marisa memaki mereka habis-habisan. Wanita itu memang tidak waras. Mentalnya terganggu sejak Tuan Fortman koma. Sementara itu di ruang bawah tanah di mana Aaron disekap. Tiga bayangan panjang memnatul saat pintu sebuah

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-26
  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 8 - Kembali Di Sekap

    "Jesica!""Tidak! Jesica!"Aaron histeris dan ingin mengamuk. Entah apa yang terjadi. Marisa segera menoleh ke arah Dokter Federic. Sang dokter cuma memasang wajah heran menanggapi."Apa yang terjadi? Kenapa dia tidak mau diam?" tanya Marisa.Marquez menimpali, "Jika dia terus mengamuk begitu, bagaimana kita bisa membuatnya menandatangani berkas-berkas itu?"Kedua orang itu tampak pusing dan bingung. Dokter Federic segera angkat bicara."Sepertinya obat halusinasi sudah tidak mempan padanya. Malam ini juga sebaiknya dia segera dibawa ke rumah sakit! Ada banyak alat di sana yang bisa merusak mentalnya."Marquez menoleh ke arah ibunya usai mendengar semua ucapan Dokter Federic.Marisa mengangguk. "Lakukan apa saja yang penting dia mau tanda tangan!" putusnya.Dokter Federic tersenyum tipis. Maka malam itu juga ia segera mengatur keberangkatan Aaron menuju rumah sakit jiwa."Lepaskan aku!""Jesica!"Aaron terus berontak dan berteriak saat beberapa petugas rumah sakit membawanya keluar d

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-26
  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 9 - Siksaan Keji

    Marquez memejamkan mata seraya mencengkeram gelas wine dalam genggaman.Prang!Marisa yang terkejut segera menoleh ke arah sang putra yang sedang duduk di sofa. Ia menjerit melihat tangan Marquez mengucurkan darah segar. Gila! Dia mencengkeram gelas sampai pecah?"Cepat panggilkan dokter!" teriak Marisa pada para asisten.Semua orang dibuat ricuh. Sementara Marquez tetap diam meski pendarahan di tangannya tak juga berhenti.Darah ini adalah bukti jika api yang berkobar di matanya tidak akan pernah padam sebelum melihat mayat Aaron."Marquez Sayangku!"Marisa merangkul kepala Marquez hingga bersandar ke bahunya. Wanita itu menangis melihat tangan putranya terluka.Para dokter segera berdatangan. Marquez langsung mendapatkan penanganan medis. Marisa cemas melihat sang putra diam saja."Kau pasti kesal karena kita gagal lagi menghabisi Aaron."Marquez cuma menarik nafas panjang lalu membuang pandangan ke luar jendela. Salju mulai turun menjelang malam tiba.Butiran putih itu mengingatka

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 10 - Pengepungan Di Bukit

    Kantor Pengacara Pusat Alexandria Baru pagi itu.Jeremy sangat terkejut dan marah setelah menerima telepon dari salah satu penjaga yang bekerja di kediaman Tuan Fortman.Para bajingan itu ternyata masih saja gemar menyiksa Aaron. Bahkan memperlakukan Tuan Muda sudah seperti binatang.["Anda harus lakukan sesuatu, Tuan! Mereka akan membawa Tuan Muda ke tahanan khusus siang ini!"]Dicengkeram gagang telepon dalam genggaman. Jeremy memejamkan matanya berat."Aku akan siapkan semuanya. Kau harus awasi di sana dan terus hubungi aku," kata Jeremy.["Baik, Tuan!"]Brak!Diletakkan gagang telepon itu kembali ke tempatnya. Jeremy memijat pertengahan di antara kedua alisnya yang tebal. Ia sedang berpikir.Sementara itu di kediaman Tuan Fortman. Tepatnya di lantai dua mansion.Langkah anggun sepasang tungkai jenjang yang dipasangi heels warna merah terayun menuju suatu kamar. Itu kamar khusus di mana mereka menyimpan Tuan Fortman yang sedang koma.Marisa berjalan sambil menikmati batang rokoknya

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 11 - Insiden Penembakan

    Jeremy menatap punggung seorang yang berdiri sambil mengangkat kedua tangannya ke atas. Kemudian dilihatnya laras panjang yang tergeletak di antara kedua tungkai orang tersebut. "Hei, siapa yang membayar mu?" Ekor mata sang sniper melirik. Dan saat Jeremy hendak maju, ia segera memutar dan langsung menendang revolver di tangan pria itu. Senjata api jatuh tak terelakan lagi. Jeremy dibuat terkejut saat satu pukulan menghantam wajahnya. Dia jatuh tersungkur. Dua orang yang melihatnya segera bersiap untuk menembak. Sementara sniper segera meraih senjata dengan kakinya. Duar! Duar! Baku tembak terjadi di antara mereka. Jeremy segera bangkit dan langsung menyambar pistolnya. Dia mengejar sniper yang bersembunyi di balik mobil. "Keluar kau atau kami akan menembak mu di sini!" Sniper sedang bersiaga dengan senjata di tangan. Ekor matanya mengintai dari balik mobil. Duar! Duar! Shit! Mereka terus menembak! Ia segera mengisi peluru dan mulai mengincar kepala musuh. Duar! Dua

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28

Bab terbaru

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 72 - Kabar Pernikahan

    Brak!"Apa ini?!"Tuan Hernandez yang sedang berada di ruang kerja dibuat terkejut saat seseorang melempar selembar surat kabar ke depannya. Dihentikan aktifitas tangannya pada tumpukan berkas di meja. Matanya terangkat ke wajah orang yang sedang berdiri di depan meja.Tuan Dakosta sedang menatap dengan penuh tanya dan heran. Apa yang membuat rekannya itu tampak marah?Tuan Hernandez kembali menurunkan pandangan. Kali ini selembar surat kabar di depannya yang ia lihat. Matanya terbelalak lebar saat melihat gambar yang terpampang pada halaman depan surat kabar."Kau berbohong padaku dan Laura? Ternyata laki-laki itu bukan putramu, melainkan seorang pewaris keluarga Fortman? Aaron de Fortman! Namanya ditulis dengan font hitam yang tebal di situ."Tuan Hernandez menelan ludah kasar melihat kemarahan di wajah Tuan Dakosta. Maka segera ia meraih surat kabar di depannya.'Aaron de Fortman, dia menghilang selama satu bulan. Pihak kepolisian akhinya menghentikan pencarian.'Begitu tulisan ya

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 71 - Tangan Kotor Para Iblis

    Angin bertiup cukup kencang petang itu. Dahan-dahan maple bergesekan halus karena embusan angin. Satu per satu daun-daunnya berjatuhan ke tanah berbatu.Kelab malam di pusat kota tampak ramai sore itu. Eve terlihat berdiri di depan seorang wanita paruh baya yang berpenampilan glamour.Madan Julie, wanita berusia 50 tahun itu pemilik tunggal kelab di mana Eve bekerja setiap harinya. Bukan hanya sebuah kelab biasa yang menyajikan minuman, wanita dan musik. Akan tetapi, Kelab Madam Julie juga menyediakan pria bayaran yang disiapkan untuk para wanita kesepian.Sudah dua tahun Eve bekerja di tempat kotor itu. Tadinya dia hanya bekerja sebagai bartender. Namun suatu hari ia mendatangi Madam Julie untuk meminjam uang.Saat itu kondisi Eli sedang kritis di rumah sakit. Adik perempuannya akan menjalani proses operasi, tapi dia tidak punya cukup uang yang diminta oleh pihak rumah sakit.'Kau datang ke orang yang tepat. Aku bisa berikan sejumlah uang yang kau butuhkan, tapi ...'Wanita itu berk

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 70 - Bom Waktu

    Rumah kecil di bawah kolong jembatan menjelang sore. Suara pecahan kaca memecah keheningan. Miranda yang sedang termenung dibuat tersentak. Segera ia melirik ke arah belakang.Apa yang terjadi di dalam rumah?Apa Eli sudah bangun?Tak ada jawaban untuk pertanyaan di benaknya itu. Hanya tirai dengan motif bunga daisy yang melambai karena embusan angin, itu yang dia lihat."Di mana kakakmu?!"Plaak!Brug!Prang!Astaga, apa yang terjadi?Kenapa ribut-ribut begitu?Miranda segera beranjak dari bangku kayu yang ia duduki. Dengan langkah yang cepat ia menerobos tirai motif daisy. Hatinya mencemaskan Eli. Dan saat langkahnya tiba di dalam rumah, Miranda terbelalak dengan apa yang dilihatnya. Tiga orang laki-laki dengan tampang preman sedang mengintimidasi Eli."Di mana kakakmu atau aku akan menculikmu lalu aku jual ke seorang muncikari?!"Laki-laki bertubuh kekar dengan gambar tato ular naga di lengan kiri sedang menjambak rambut Eli. Dia menodong wajah gadis cilik itu dengan ujung revolv

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 69 - Obsesi Marquez

    Mansion Keluarga Fortman menjelang siang. Para penjaga tampak berdiri di sepanjang teras menuju pelataran. Dua mobil dinas baru saja menepi. Dengan sigap mereka segera maju dan menyambut seorang pria yang baru saja keluar dar mobil.Marquez de Fortman, sambil menghembuskan asap cerutunya ia menatap bangunan megah di depannya saat ini. Tak ada yang berubah dari bangunan tiga lantai dengan cat dindingnya yang putih itu.Semuanya masih tampak sama seperti dua puluh tahun yang lalu, saat Marisa membawanya ke rumah ini. Persis seperti saat ini ia lakukan, dia berdiri di pelataran sambil memandangi ibunya berciuman dengan seorang pria.Itu kali pertama ia melihat Tuan Fortman.Anthony de Fortman, dia bukan hanya seorang pebisnis tapi juga pohon uang dan peti-peti harta karun yang selama ini dia cari. Begitu kata ibunya.'Mulai saat ini, kita akan tinggal di rumah ini.'Marisa berbisik seiring lirih angin yang bertiup sore itu. Bersamaan dengan gugurnya daun-daun maple, ia melihat seorang a

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 68 - Memori Bunga Daisy

    Sore hari yang cerah. Sinar jingga dari ufuk timur tampak begitu memukau. Cahayanya menerpa ladang bunga daisy yang terhampar luas di sekitar pegunungan Salvador."Kau tahu, Dave. Aku selalu ingin bertemu denganmu. Aku selalu menunggu saat seperti ini. Kau mungkin tidak bisa mengira seperti apa perasaan bahagia yang aku rasakan saat ini."Dave melirik ke arah gadis cantik di sampingnya. Dia dan Laura sedang berjalan-jalan di sekitar pegunungan. Mendengar semua perkataan Laura, dia merasa sedikit tak nyaman.Laura tersenyum manis menanggapi tatapan Dave. Apa yang dirinya katakan memang benar. Dia sangat senang bisa bertemu lagi dengan teman kecil sekaligus cinta pertamanya itu."Laura, aku tidak bisa mengingat apa pun saat ini. Andaikan aku bisa mengingat semuanya, mungkin rasanya akan sangat bahagia seperti mu."Dave bicara dengan suara yang lembut dan manik mata yang dipalingkan dari tatapan Laura. Ladang bunga daisy yang sedang berkembang. Mereka saling bersentuhan saat angin menerp

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 67 - Cerita Eve

    "Jadi, kau bekerja sebagai pria bayaran?"Miranda geleng-geleng sambil tersenyum remeh. Dia dan Eve sedang berada di suatu kafe yang cukup jauh dari area pemakaman.Miranda yang mengajak Eve meninggalkan lokasi terjadinya kebakaran mobil. Kemunculan beberapa mobil polisi membuatnya sangat panik. Dia tak mau sampai mereka melihatnya.Eve tampak kesal melihat sikap Miranda menilainya. Dia memang bekerja sebagai gigolo, tapi dia bukan laki-laki murahan seperti yang wanita itu pikirkan."Aku butuh uang untuk pengobatan adikku."Senyuman di wajah itu memudar kala mendengar ucapan Eve. Miranda mengangkat kedua matanya menatap wajah pria di depannya. Eve memasang wajah jengah. Ia lantas melanjutkan, "Adikku baru berusia delapan tahun. Dia mengidap kanker otak.""Apa?" Miranda sangat terkejut. Eve hanya menagguk pelan menanggapi."Hm, maafkan aku." Miranda berkata lagi. Ia merasa tak enak hati pada Eve.Pria itu tersenyum tipis. "Maaf untuk apa? Orang sepertiku sudah terbiasa direndahkan."

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 66 - Kemelut Amnesia

    "Jadi, kau bekerja sebagai pria bayaran?"Miranda geleng-geleng sambil tersenyum remeh. Dia dan Eve sedang berada di suatu kafe yang cukup jauh dari area pemakaman.Miranda yang mengajak Eve meninggalkan lokasi terjadinya kebakaran mobil. Kemunculan beberapa mobil polisi membuatnya sangat panik. Dia tak mau sampai mereka melihatnya.Eve tampak kesal melihat sikap Miranda menilainya. Dia memang bekerja sebagai gigolo, tapi dia bukan laki-laki murahan seperti yang wanita itu pikirkan."Aku butuh uang untuk pengobatan adikku."Senyuman di wajah itu memudar kala mendengar ucapan Eve. Miranda mengangkat kedua matanya menatap wajah pria di depannya. Eve memasang wajah jengah. Ia lantas melanjutkan, "Adikku baru berusia delapan tahun. Dia mengidap kanker otak.""Apa?" Miranda sangat terkejut. Eve hanya menagguk pelan menanggapi."Hm, maafkan aku." Miranda berkata lagi. Ia merasa tak enak hati pada Eve.Pria itu tersenyum tipis. "Maaf untuk apa? Orang sepertiku sudah terbiasa direndahkan."

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 65 - Mencari Miranda

    "Tuan Foster memiliki aset kekayaan sekitar 780 Triliun dolar. Diantaranya tiga pulau di Provinsi Salvador dan sepuluh rumah sakit di San Alexandria Baru. Selebihnya beberapa perusahaan yang bergerak di bidang properti dan Farmasi. Juga beberapa bungalow di Swedia Baru."Marisa dan Marquez saling pandang mendengar penuturan Louis tentang kekayaan Tuan Foster. Gila! Harta sebanyak itu, entah bagaimana cara mengelolanya.Melihat tampang dua orang di depannya itu, Louis tersenyum tipis lalu melanjutkan, "Setelah Tuan Foster tiada, mungkin semua aset kekayaannya akan disumbangkan ke panti-panti sosial karena tak ada yang mengelola.""Apa?"Marisa dan Marquez terkejut bersamaan mendengar ucapan Louis. Warisan sebanyak itu mau disumbangkan? Enak saja!"Hei, bukankah Tuan Foster masih punya seorang pawaris?" Marisa segera mengajukan pertanyaan yang memang sudah bersarang di benaknya dan juga Marquez. Dia tak sabaran menunggu tanggapan Louis. Dia harus segera tahu siapa pewaris Tuan Foster.

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 64 - Maut Yang Mengincar

    Eve berusaha memecahkan kaca depan mobil dengan sebuah batu yang cukup besar. Usahanya tak sia-sia. Kaca mobil pecah setelah ia menghantam dengan batu tersebut."Cepat keluar!"Pria itu berteriak sambil mengulurkan tangan pada wanita yang masih terjebak di dalam mobil. Miranda menatapnya dengan sendu. Eve tak peduli. Setelah ia berhasil menggapai lengan wanita itu, dia langsung menarik Miranda keluar dari mobil.Duar!Ledakan besar membuat Eve dan Miranda terpental cukup jauh. Keduanya berguling-guling di rerumputan. "Kau baik-baik saja?" Eve bertanya pada wanita yang berada di bawahnya saat ini. Matanya mengincar wajah cantik yang juga sedang menatapnya. Ini pertemuan mereka kedua kalinya. Eve terpana akan kecantikan Miranda."Menyingkirlah!"Perkataan Miranda sungguh di luar perkiraan. Dengan kasar wanita itu menepis Eve darinya. Miranda bergegas bangkit dan segera melihat ke arah semak-semak di mana mobil Luca berada.Oh, tidak!Off-road putih itu sudah dilahap oleh api. Mirand

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status