Home / Thriller / SANG PEWARIS PERKASA / Chapter 10 - Pengepungan Di Bukit

Share

Chapter 10 - Pengepungan Di Bukit

Author: Dewa Amour
last update Last Updated: 2024-08-27 12:46:19

Kantor Pengacara Pusat Alexandria Baru pagi itu.

Jeremy sangat terkejut dan marah setelah menerima telepon dari salah satu penjaga yang bekerja di kediaman Tuan Fortman.

Para bajingan itu ternyata masih saja gemar menyiksa Aaron. Bahkan memperlakukan Tuan Muda sudah seperti binatang.

["Anda harus lakukan sesuatu, Tuan! Mereka akan membawa Tuan Muda ke tahanan khusus siang ini!"]

Dicengkeram gagang telepon dalam genggaman. Jeremy memejamkan matanya berat.

"Aku akan siapkan semuanya. Kau harus awasi di sana dan terus hubungi aku," kata Jeremy.

["Baik, Tuan!"]

Brak!

Diletakkan gagang telepon itu kembali ke tempatnya. Jeremy memijat pertengahan di antara kedua alisnya yang tebal. Ia sedang berpikir.

Sementara itu di kediaman Tuan Fortman. Tepatnya di lantai dua mansion.

Langkah anggun sepasang tungkai jenjang yang dipasangi heels warna merah terayun menuju suatu kamar. Itu kamar khusus di mana mereka menyimpan Tuan Fortman yang sedang koma.

Marisa berjalan sambil menikmati batang rokoknya
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 11 - Insiden Penembakan

    Jeremy menatap punggung seorang yang berdiri sambil mengangkat kedua tangannya ke atas. Kemudian dilihatnya laras panjang yang tergeletak di antara kedua tungkai orang tersebut. "Hei, siapa yang membayar mu?" Ekor mata sang sniper melirik. Dan saat Jeremy hendak maju, ia segera memutar dan langsung menendang revolver di tangan pria itu. Senjata api jatuh tak terelakan lagi. Jeremy dibuat terkejut saat satu pukulan menghantam wajahnya. Dia jatuh tersungkur. Dua orang yang melihatnya segera bersiap untuk menembak. Sementara sniper segera meraih senjata dengan kakinya. Duar! Duar! Baku tembak terjadi di antara mereka. Jeremy segera bangkit dan langsung menyambar pistolnya. Dia mengejar sniper yang bersembunyi di balik mobil. "Keluar kau atau kami akan menembak mu di sini!" Sniper sedang bersiaga dengan senjata di tangan. Ekor matanya mengintai dari balik mobil. Duar! Duar! Shit! Mereka terus menembak! Ia segera mengisi peluru dan mulai mengincar kepala musuh. Duar! Dua

    Last Updated : 2024-08-28
  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 12 - Dokter Miranda

    Pagi yang dingin di pertengahan bulan Juni. Sinar jingga menerobos dari sela-sela perbukitan yang diselimuti salju tebal.Seorang laki-laki terbaring di atas sebuah brangkar yang berada di ruang rawat khusus.Aaron de Fortman, ia membuka matanya perlahan-lahan. Samar-samar ia memindai ke sekitar ruangan tempat dirinya berada.Beragam alat medis terpampang di sekitar. Aroma obat-obatan membuat kepalanya pusing. Juga suara tetesan air infus yang terdengar lamban.Ini bukan penjara tempat ia disekap. Ruangan ini mengingatkan ia pada insiden tiga tahun yang lalu.'Cepat siapkan!''Lakukan!'"Tidak!"Aaron menjerit. Dan saat ia hendak bangkit, dia terkejut melihat kedua tangan dan kakinya sudah dipasangi borgol yang dikaitkan ke masing-masing tepi ranjang.Ini ruang terapi kejut. Dia trauma dengan situasi saat ini. Di mana para dokter akan melakukan tindakan padanya. Itu sebuah kejahatan."Dokter, pasien sudah sadar!"Perawat yang melihat Aaron segera berlari menuju ruang dokter untuk mela

    Last Updated : 2024-08-28
  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 13 - Misi Dimulai

    Hari berikutnya di rumah sakit jiwa. Miranda sedang berjalan di lorong sambil memegang catatan para pasien. Matanya mencari-cari ke sekitar.Di mana mereka menyekap Tuan Muda Fortman?"Dokter Miranda!"Deg!Suara itu membuatnya terkejut. Langkah sepasang tungkai jenjang itu segera dihentikan. Indera pendengaran Miranda menangkap suara ketukan sepatu yang mendekat dari arah belakang."Dokter Miranda, apa yang sedang Anda lakukan di sini? Bukankah ini lorong menuju pusat rumah sakit?"Pusat rumah sakit?Miranda keheranan sesaat. Ia mengerjapkan mata beberapa kali guna menetralisir serangan panik yang mendera jiwanya.Dokter Toni menatapnya dengan kedua alis hitam tebal yang nyaris menyatu. Gelagat Dokter Miranda membuatnya curiga."Ah, ya! Aku sedang menuju bangsal pasien kelas berat. Sepertinya aku tersesat sampai ke sini," ucap Miranda disertai senyuman yang tampak canggung.Dokter Toni memicingkan matanya. "Anda orang baru di rumah sakit ini, sebaiknya Anda baca dulu protokol rumah s

    Last Updated : 2024-08-29
  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 14 - Konspirasi Besar

    Lorong menuju ruang operasi cukup sepi. Miranda tampak gusar sambil berjalan di belakang Dokter Toni. Sesekali ia menatap punggung laki-laki di depannya itu.Aneh sekali. Kenapa tiba-tiba Dokter Toni ingin dia membantunya di ruang operasi. Namun, apakah mereka akan melakukan operasi terhadap Tuan Muda Fortman?Tanda tanya besar muncul di benak Miranda. Dia harus waspada. Terutama pada Dokter Toni. Begitu yang dikatakan oleh Jeremy.Pintu ruang operasi sudah kelihatan. Miranda menelan ludah kasar saat Dokter Toni tiba-tiba menoleh padanya."Dokter Miranda, ada pasien kelas berat yang akan menjalani operasi syaraf otak malam ini. Kami ingin kau turut melihatnya."Miranda mengangguk. "Baik, Dokter."Dokter Toni tersenyum tipis. Laki-laki itu segera melanjutkan langkahnya menuju pintu ruang operasi. Dua orang dokter yang sudah menunggunya segera mempersilakan mereka untuk masuk.Miranda berjalan mengikuti langkah Dokter Toni. Matanya memindai ke sekitar ruangan di mana dirinya berada saat

    Last Updated : 2024-08-30
  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 15 - Kegilaan Marisa

    Ruangan itu tampak pengap dengan pencahayaan yang remang-remang. Di tengah ruangan tampak seorang laki-laki yang terbaring di atas sebuah ranjang pasien.Beragam alat medis tampak mengelilingi ranjang di mana tubuh tinggi kekar itu terbaring dengan ringkih.Aaron de Fortman, ia belum membuka matanya sejak dua hari terakhir. Para dokter biadab itu sudah menyiksanya dengan terapi kejut dan traumatik.Otaknya nyaris mati. Beruntung fisiknya teramat kuat. Aaron masih bisa bertahan hingga saat ini.Seragam pasien warna biru muda membalut tubuhnya yang atletis. Marisa tersenyum saat ia menyentuh lengan dengan gambar tato di depannya."Aaron, kau sangat tampan. Tapi sayang, hidupmu sangat tragis! Dan semua itu karena kau menolak ku!"Wanita itu tersenyum miring. Kemudian dia mencondongkan sedikit tubuhnya ke depan laki-laki yang terbaring di hadapannya itu. Bibirnya menyeringai tipis."Aaron, bangunlah jika kau bisa."Laki-laki yang terbaring di atas ranjang pasien itu diam saja. Aaron belu

    Last Updated : 2024-08-31
  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 16 - Kekuatan Besar

    "Cepat siapkan ruang operasi!"Terdengar suara teriakan yang dibarengi dengan suara derap langkah beberapa orang.Miranda yang nyaris tertidur di meja kerjanya dibuat terkejut. Ada apa ribut-ribut?Mereka melintas di depan pintu ruangannya. Miranda cuma bisa melihat punggung orang-orang itu setelah mereka cukup jauh.Dia kebingungan. Siapa pasien yang sedang dilarikan menuju ruang operasi?"Maaf, boleh aku tahu? Ada apa di sana?"Miranda bertanya kepada dua orang perawat yang sedang berjalan dengan tergesa-gesa menuju ruang operasi. "Pasien VIP akan segera di operasi. Kami harus bersiap-siap," ucap perawat itu.Miranda terkejut. "Pasien VIP?"Dua orang perawat tidak menghiraukan. Mereka segera pergi meninggalkan Miranda yang sedang kebingungan."Sepertinya aku menemukan Tuan Muda Fortman!"Setelah kembali ke ruangannya, Miranda segera menghubungi seseorang lewat sambungan ponselnya.Pasien VIP yang mereka maksud pasti Tuan Muda Fortman. Miranda sangat senang karena akhirnya ia bisa m

    Last Updated : 2024-08-31
  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 17 - Berita Panas

    "Bajingan! Kau mau aku mati, kan? Maka sebelum itu aku yang akan menghabisi mu!"Bug!Marquez masih tercengang saat tubuhnya terpental cukup jauh. Gila! Itu pukulan yang luar biasa. Matanya terangkat guna menggapai wajah lawannya. Dilihatnya Aaron yang sudah berdiri di hadapannya.Laki-laki itu merobek baju steril yang melekat di tubuhnya. Marquez melotot melihat otot-otot Aaron yang seketika menyembul dari permukaan kulitnya. Ototnya sangat padat seperti seorang atlet tinju.Dia masih kesulitan untuk mempercayai semua itu. Marquez menggeleng dan ingin segera bangkit lalu kabur. Namun tangan kekar Aaron berhasil menyambar bagian punggung jasnya.Marquez menoleh kaget. Dan satu pukulan telak segera menghantam wajahnya."Shit!""Bangun kau, Bedebah!"Melihat lawannya kembali tersungkur, Aaron segera melangkah maju. Tangan dengan gambar tato itu langsung menyambar kerah kemeja Marquez.Dia menatapnya sudah seperti iblis yang ingin makan orang. Marquez dibuat gemetar ketakutan.Dan sebelu

    Last Updated : 2024-08-31
  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 18 - Menemukan Aaron

    ["Untuk membuktikan semua itu maka kau harus mengambil resiko besar. Cari tahu kebenarannya."]Malam itu rumah sakit tampak sepi. Miranda segera meninggalkan ruangan kerjanya setelah menghubungi Jeremy.Berita panas yang sedang menjamur saat ini membuatnya penasaran. Benarkah jika Tuan Muda Fortman yang sudah menghajar Marquez sampai dia masuk ruang ICU?"Lewat sini, Dokter!"Shit!Miranda segera menyelinap ke balik dinding saat dua orang dokter muncul di ujung lorong.Fuuh ...Mereka sudah pergi. Maka dia kembali melanjutkan langkahnya. Ruang rawat VIP yang sedang Miranda tuju."Uh! Ah!"Suara yang terdengar sangat aneh. Apa yang sedang terjadi di ruang rawat VIP?Miranda coba mengintai dari dinding belakang kamar, sebab di depan pintu kamar tampak banyak para bodyguard yang sedang berjaga-jaga."Uh! Ah!"Shit!Suara itu semakin nyata terdengar. Miranda segera menyelinap ke dekat balkon kamar. Tangannya segera menggapai tepi pagar balkon. Dia melompat seketika.Brak!Laki-laki tinggi

    Last Updated : 2024-09-01

Latest chapter

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 72 - Kabar Pernikahan

    Brak!"Apa ini?!"Tuan Hernandez yang sedang berada di ruang kerja dibuat terkejut saat seseorang melempar selembar surat kabar ke depannya. Dihentikan aktifitas tangannya pada tumpukan berkas di meja. Matanya terangkat ke wajah orang yang sedang berdiri di depan meja.Tuan Dakosta sedang menatap dengan penuh tanya dan heran. Apa yang membuat rekannya itu tampak marah?Tuan Hernandez kembali menurunkan pandangan. Kali ini selembar surat kabar di depannya yang ia lihat. Matanya terbelalak lebar saat melihat gambar yang terpampang pada halaman depan surat kabar."Kau berbohong padaku dan Laura? Ternyata laki-laki itu bukan putramu, melainkan seorang pewaris keluarga Fortman? Aaron de Fortman! Namanya ditulis dengan font hitam yang tebal di situ."Tuan Hernandez menelan ludah kasar melihat kemarahan di wajah Tuan Dakosta. Maka segera ia meraih surat kabar di depannya.'Aaron de Fortman, dia menghilang selama satu bulan. Pihak kepolisian akhinya menghentikan pencarian.'Begitu tulisan ya

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 71 - Tangan Kotor Para Iblis

    Angin bertiup cukup kencang petang itu. Dahan-dahan maple bergesekan halus karena embusan angin. Satu per satu daun-daunnya berjatuhan ke tanah berbatu.Kelab malam di pusat kota tampak ramai sore itu. Eve terlihat berdiri di depan seorang wanita paruh baya yang berpenampilan glamour.Madan Julie, wanita berusia 50 tahun itu pemilik tunggal kelab di mana Eve bekerja setiap harinya. Bukan hanya sebuah kelab biasa yang menyajikan minuman, wanita dan musik. Akan tetapi, Kelab Madam Julie juga menyediakan pria bayaran yang disiapkan untuk para wanita kesepian.Sudah dua tahun Eve bekerja di tempat kotor itu. Tadinya dia hanya bekerja sebagai bartender. Namun suatu hari ia mendatangi Madam Julie untuk meminjam uang.Saat itu kondisi Eli sedang kritis di rumah sakit. Adik perempuannya akan menjalani proses operasi, tapi dia tidak punya cukup uang yang diminta oleh pihak rumah sakit.'Kau datang ke orang yang tepat. Aku bisa berikan sejumlah uang yang kau butuhkan, tapi ...'Wanita itu berk

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 70 - Bom Waktu

    Rumah kecil di bawah kolong jembatan menjelang sore. Suara pecahan kaca memecah keheningan. Miranda yang sedang termenung dibuat tersentak. Segera ia melirik ke arah belakang.Apa yang terjadi di dalam rumah?Apa Eli sudah bangun?Tak ada jawaban untuk pertanyaan di benaknya itu. Hanya tirai dengan motif bunga daisy yang melambai karena embusan angin, itu yang dia lihat."Di mana kakakmu?!"Plaak!Brug!Prang!Astaga, apa yang terjadi?Kenapa ribut-ribut begitu?Miranda segera beranjak dari bangku kayu yang ia duduki. Dengan langkah yang cepat ia menerobos tirai motif daisy. Hatinya mencemaskan Eli. Dan saat langkahnya tiba di dalam rumah, Miranda terbelalak dengan apa yang dilihatnya. Tiga orang laki-laki dengan tampang preman sedang mengintimidasi Eli."Di mana kakakmu atau aku akan menculikmu lalu aku jual ke seorang muncikari?!"Laki-laki bertubuh kekar dengan gambar tato ular naga di lengan kiri sedang menjambak rambut Eli. Dia menodong wajah gadis cilik itu dengan ujung revolv

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 69 - Obsesi Marquez

    Mansion Keluarga Fortman menjelang siang. Para penjaga tampak berdiri di sepanjang teras menuju pelataran. Dua mobil dinas baru saja menepi. Dengan sigap mereka segera maju dan menyambut seorang pria yang baru saja keluar dar mobil.Marquez de Fortman, sambil menghembuskan asap cerutunya ia menatap bangunan megah di depannya saat ini. Tak ada yang berubah dari bangunan tiga lantai dengan cat dindingnya yang putih itu.Semuanya masih tampak sama seperti dua puluh tahun yang lalu, saat Marisa membawanya ke rumah ini. Persis seperti saat ini ia lakukan, dia berdiri di pelataran sambil memandangi ibunya berciuman dengan seorang pria.Itu kali pertama ia melihat Tuan Fortman.Anthony de Fortman, dia bukan hanya seorang pebisnis tapi juga pohon uang dan peti-peti harta karun yang selama ini dia cari. Begitu kata ibunya.'Mulai saat ini, kita akan tinggal di rumah ini.'Marisa berbisik seiring lirih angin yang bertiup sore itu. Bersamaan dengan gugurnya daun-daun maple, ia melihat seorang a

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 68 - Memori Bunga Daisy

    Sore hari yang cerah. Sinar jingga dari ufuk timur tampak begitu memukau. Cahayanya menerpa ladang bunga daisy yang terhampar luas di sekitar pegunungan Salvador."Kau tahu, Dave. Aku selalu ingin bertemu denganmu. Aku selalu menunggu saat seperti ini. Kau mungkin tidak bisa mengira seperti apa perasaan bahagia yang aku rasakan saat ini."Dave melirik ke arah gadis cantik di sampingnya. Dia dan Laura sedang berjalan-jalan di sekitar pegunungan. Mendengar semua perkataan Laura, dia merasa sedikit tak nyaman.Laura tersenyum manis menanggapi tatapan Dave. Apa yang dirinya katakan memang benar. Dia sangat senang bisa bertemu lagi dengan teman kecil sekaligus cinta pertamanya itu."Laura, aku tidak bisa mengingat apa pun saat ini. Andaikan aku bisa mengingat semuanya, mungkin rasanya akan sangat bahagia seperti mu."Dave bicara dengan suara yang lembut dan manik mata yang dipalingkan dari tatapan Laura. Ladang bunga daisy yang sedang berkembang. Mereka saling bersentuhan saat angin menerp

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 67 - Cerita Eve

    "Jadi, kau bekerja sebagai pria bayaran?"Miranda geleng-geleng sambil tersenyum remeh. Dia dan Eve sedang berada di suatu kafe yang cukup jauh dari area pemakaman.Miranda yang mengajak Eve meninggalkan lokasi terjadinya kebakaran mobil. Kemunculan beberapa mobil polisi membuatnya sangat panik. Dia tak mau sampai mereka melihatnya.Eve tampak kesal melihat sikap Miranda menilainya. Dia memang bekerja sebagai gigolo, tapi dia bukan laki-laki murahan seperti yang wanita itu pikirkan."Aku butuh uang untuk pengobatan adikku."Senyuman di wajah itu memudar kala mendengar ucapan Eve. Miranda mengangkat kedua matanya menatap wajah pria di depannya. Eve memasang wajah jengah. Ia lantas melanjutkan, "Adikku baru berusia delapan tahun. Dia mengidap kanker otak.""Apa?" Miranda sangat terkejut. Eve hanya menagguk pelan menanggapi."Hm, maafkan aku." Miranda berkata lagi. Ia merasa tak enak hati pada Eve.Pria itu tersenyum tipis. "Maaf untuk apa? Orang sepertiku sudah terbiasa direndahkan."

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 66 - Kemelut Amnesia

    "Jadi, kau bekerja sebagai pria bayaran?"Miranda geleng-geleng sambil tersenyum remeh. Dia dan Eve sedang berada di suatu kafe yang cukup jauh dari area pemakaman.Miranda yang mengajak Eve meninggalkan lokasi terjadinya kebakaran mobil. Kemunculan beberapa mobil polisi membuatnya sangat panik. Dia tak mau sampai mereka melihatnya.Eve tampak kesal melihat sikap Miranda menilainya. Dia memang bekerja sebagai gigolo, tapi dia bukan laki-laki murahan seperti yang wanita itu pikirkan."Aku butuh uang untuk pengobatan adikku."Senyuman di wajah itu memudar kala mendengar ucapan Eve. Miranda mengangkat kedua matanya menatap wajah pria di depannya. Eve memasang wajah jengah. Ia lantas melanjutkan, "Adikku baru berusia delapan tahun. Dia mengidap kanker otak.""Apa?" Miranda sangat terkejut. Eve hanya menagguk pelan menanggapi."Hm, maafkan aku." Miranda berkata lagi. Ia merasa tak enak hati pada Eve.Pria itu tersenyum tipis. "Maaf untuk apa? Orang sepertiku sudah terbiasa direndahkan."

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 65 - Mencari Miranda

    "Tuan Foster memiliki aset kekayaan sekitar 780 Triliun dolar. Diantaranya tiga pulau di Provinsi Salvador dan sepuluh rumah sakit di San Alexandria Baru. Selebihnya beberapa perusahaan yang bergerak di bidang properti dan Farmasi. Juga beberapa bungalow di Swedia Baru."Marisa dan Marquez saling pandang mendengar penuturan Louis tentang kekayaan Tuan Foster. Gila! Harta sebanyak itu, entah bagaimana cara mengelolanya.Melihat tampang dua orang di depannya itu, Louis tersenyum tipis lalu melanjutkan, "Setelah Tuan Foster tiada, mungkin semua aset kekayaannya akan disumbangkan ke panti-panti sosial karena tak ada yang mengelola.""Apa?"Marisa dan Marquez terkejut bersamaan mendengar ucapan Louis. Warisan sebanyak itu mau disumbangkan? Enak saja!"Hei, bukankah Tuan Foster masih punya seorang pawaris?" Marisa segera mengajukan pertanyaan yang memang sudah bersarang di benaknya dan juga Marquez. Dia tak sabaran menunggu tanggapan Louis. Dia harus segera tahu siapa pewaris Tuan Foster.

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 64 - Maut Yang Mengincar

    Eve berusaha memecahkan kaca depan mobil dengan sebuah batu yang cukup besar. Usahanya tak sia-sia. Kaca mobil pecah setelah ia menghantam dengan batu tersebut."Cepat keluar!"Pria itu berteriak sambil mengulurkan tangan pada wanita yang masih terjebak di dalam mobil. Miranda menatapnya dengan sendu. Eve tak peduli. Setelah ia berhasil menggapai lengan wanita itu, dia langsung menarik Miranda keluar dari mobil.Duar!Ledakan besar membuat Eve dan Miranda terpental cukup jauh. Keduanya berguling-guling di rerumputan. "Kau baik-baik saja?" Eve bertanya pada wanita yang berada di bawahnya saat ini. Matanya mengincar wajah cantik yang juga sedang menatapnya. Ini pertemuan mereka kedua kalinya. Eve terpana akan kecantikan Miranda."Menyingkirlah!"Perkataan Miranda sungguh di luar perkiraan. Dengan kasar wanita itu menepis Eve darinya. Miranda bergegas bangkit dan segera melihat ke arah semak-semak di mana mobil Luca berada.Oh, tidak!Off-road putih itu sudah dilahap oleh api. Mirand

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status