"Cepat siapkan ruang operasi!"Terdengar suara teriakan yang dibarengi dengan suara derap langkah beberapa orang.Miranda yang nyaris tertidur di meja kerjanya dibuat terkejut. Ada apa ribut-ribut?Mereka melintas di depan pintu ruangannya. Miranda cuma bisa melihat punggung orang-orang itu setelah mereka cukup jauh.Dia kebingungan. Siapa pasien yang sedang dilarikan menuju ruang operasi?"Maaf, boleh aku tahu? Ada apa di sana?"Miranda bertanya kepada dua orang perawat yang sedang berjalan dengan tergesa-gesa menuju ruang operasi. "Pasien VIP akan segera di operasi. Kami harus bersiap-siap," ucap perawat itu.Miranda terkejut. "Pasien VIP?"Dua orang perawat tidak menghiraukan. Mereka segera pergi meninggalkan Miranda yang sedang kebingungan."Sepertinya aku menemukan Tuan Muda Fortman!"Setelah kembali ke ruangannya, Miranda segera menghubungi seseorang lewat sambungan ponselnya.Pasien VIP yang mereka maksud pasti Tuan Muda Fortman. Miranda sangat senang karena akhirnya ia bisa m
"Bajingan! Kau mau aku mati, kan? Maka sebelum itu aku yang akan menghabisi mu!"Bug!Marquez masih tercengang saat tubuhnya terpental cukup jauh. Gila! Itu pukulan yang luar biasa. Matanya terangkat guna menggapai wajah lawannya. Dilihatnya Aaron yang sudah berdiri di hadapannya.Laki-laki itu merobek baju steril yang melekat di tubuhnya. Marquez melotot melihat otot-otot Aaron yang seketika menyembul dari permukaan kulitnya. Ototnya sangat padat seperti seorang atlet tinju.Dia masih kesulitan untuk mempercayai semua itu. Marquez menggeleng dan ingin segera bangkit lalu kabur. Namun tangan kekar Aaron berhasil menyambar bagian punggung jasnya.Marquez menoleh kaget. Dan satu pukulan telak segera menghantam wajahnya."Shit!""Bangun kau, Bedebah!"Melihat lawannya kembali tersungkur, Aaron segera melangkah maju. Tangan dengan gambar tato itu langsung menyambar kerah kemeja Marquez.Dia menatapnya sudah seperti iblis yang ingin makan orang. Marquez dibuat gemetar ketakutan.Dan sebelu
["Untuk membuktikan semua itu maka kau harus mengambil resiko besar. Cari tahu kebenarannya."]Malam itu rumah sakit tampak sepi. Miranda segera meninggalkan ruangan kerjanya setelah menghubungi Jeremy.Berita panas yang sedang menjamur saat ini membuatnya penasaran. Benarkah jika Tuan Muda Fortman yang sudah menghajar Marquez sampai dia masuk ruang ICU?"Lewat sini, Dokter!"Shit!Miranda segera menyelinap ke balik dinding saat dua orang dokter muncul di ujung lorong.Fuuh ...Mereka sudah pergi. Maka dia kembali melanjutkan langkahnya. Ruang rawat VIP yang sedang Miranda tuju."Uh! Ah!"Suara yang terdengar sangat aneh. Apa yang sedang terjadi di ruang rawat VIP?Miranda coba mengintai dari dinding belakang kamar, sebab di depan pintu kamar tampak banyak para bodyguard yang sedang berjaga-jaga."Uh! Ah!"Shit!Suara itu semakin nyata terdengar. Miranda segera menyelinap ke dekat balkon kamar. Tangannya segera menggapai tepi pagar balkon. Dia melompat seketika.Brak!Laki-laki tinggi
Ruang rawat VIP pukul sembilan pagi."Kalian boleh pergi."Marisa mengibaskan tangannya dengan acuh. Lima orang pengawal segera membungkuk lantas mundur dari belakang punggung wanita tersebut.Setelah terdengar suara pintu yang ditutup dari luar, maka Marisa segera mengayunkan sepasang tungkainya menuju seorang laki-laki yang tengah terbaring di atas ranjang pasien.Marquez kukuh mengatakan jika mayat hidup ini yang sudah menganiaya dia kemarin malam. Setelah menghadiri rapat penting di Pusat Group Mecco Company Group, Marisa pun segera pergi ke rumah sakit jiwa.Langkah itu dihentikan di samping ranjang pasien. Dipandanginya seonggok tubuh seorang laki-laki yang terbaring di sana."Ck! Ck! Ck! Mustahil kau bangun lalu mengirim putraku ke ruang ICU. Bukankah itu tidak masuk akal? Bahkan, kau tidak merespon saat aku menyentuhmu."Sambil menikmati batang rokoknya, Marisa bicara sendiri. Dia benar-benar tidak habis pikir. Masa iya Marquez kebanyakan minum dan mabuk. Kemudian memukuli tub
Aaron melepaskan tangan Miranda saat mereka tiba di teras balkon ruang rawat VIP. Wanita itu dibuat keheranan melihatnya yang kemudian termenung."Aku tidak ingin kejadian tiga tahun itu kembali terulang. Oleh karena itu, aku tak ingin para bajingan itu sampai melihatmu."Miranda terkejut mendengar penuturan Aaron. Mungkin karena wajahnya yang teramat mirip dengan Jesica. Oleh karena itu Aaron mencemaskannya.Terdengar langkah kecil Miranda yang mendekat. Aaron dibuat terkejut saat kedua tangan putih melingkar di sekitar perutnya."Terima kasih sudah mencemaskan aku," bisik Miranda dari balik punggung Aaron.Laki-laki itu tersenyum. Ia lantas memutar tubuhnya dan menghadap pada Miranda. Sorot mata wanita itu membuatnya kagum.Seperti dirinya yang pernah sangat hancur karena kehilangan Jesica. Sampai mati Aaron akan melindungi Miranda."Kau tahu, jika aku tidak pernah merasakan hal seperti ini pada wanita lain sebelumnya. Kau maupun Jesica. Kalian sangatlah berarti bagiku."Miranda men
"Cepat siapkan ruang operasi!"Marquez meneriaki semua dokter di rumah sakit. Dia berjalan cepat mengikuti brangkar yang membawa Marisa.Sang ibu mengalami luka tembak di bahu kirinya. Kondisinya sedang kritis saat ini.Setelah pintu ruang operasi ditutup, Marquez segera memanggil beberapa orang penjaga."Periksa kamera pengawas di ruang rawat VIP! Cepat!"Para penjaga bergegas lari menuju ruang rawat VIP yang dimaksud oleh Marquez. "Shit! Aku butuh kalian sekarang. Cepatlah datang!"Klik!Usai menghubungi seseorang lewat sambungan ponselnya, laki-laki itu segera pergi bersama tiga orang bodyguard.Dari ujung lorong Aaron memperhatikan. Bibirnya menyeringai tipis.["Nyonya Marisa mengalami luka tembak sewaktu mengunjungi Tuan Muda Fortman di ruang rawat VIP. Pelaku penembakan masih sedang diselidiki."]Brak!Jeremy yang sedang menonton tayangan televisi pagi itu dibuat terkejut melihat kemunculan seorang wanita di ruangan kerjanya."Miranda?"Dengan wajah heran ia segera bangkit. Dil
Hujan peluru berjatuhan dari atas helikopter. Aaron tidak gentar sedikit pun. Pria itu terus berjalan menuju pada lawannya sambil memegang senapan laser."Kau ..."Marquez ketakutan melihat Aaron. Ia ingin segera kabur. Namun satu tembakan berhasil mengupas kulit bahunya. Lelaki itu menoleh kaget seraya mengerang kesakitan. Dilihatnya Aaron yang semakin mendekat."Matilah kau, Bajingan!"Duar!Duar!"Shit!"Baru saja Aaron mengincar kepala Marquez, tapi dari helikopter seseorang berhasil menjatuhkan senjata di tangannya dengan rentetan tembakan yang bertubi-tubi. Tak ingin mati konyol di sini, Aaron pun segera menyelinap ke balik sebuah drum."Tangkap dia!"Mereka terus berteriak dari atas helikopter. Aaron tidak mengenal mereka. Namun ini pasti kerjaan Marquez. Orang-orang itu datang untuk menangkapnya. Dia harus kabur sekarang juga.Suasana di atas gedung sangat kacau malam itu. Dua unit helikopter segera melakukan pendaratan.Masing-masing tiga orang unit satuan khusus melompat da
Aaron berjalan menyusuri pipa air yang berada di bawah tanah rumah sakit. Sambil memegangi lengannya yang terluka, ia berusaha menghentikan pendarahan itu.Punggung lelaki itu teramat asing baginya. Dia melihatnya saat Nacos menyeret Miranda dari ruang laboratorium. Aaron menyadari jika wanitanya dalam bahaya. Maka dia segera menghubungi Jeremy."Tuan Muda, bertahanlah! Kami akan segera tiba!"Brum!Mobil-mobil dinas melaju dengan kecepatan tinggi merajai jalan kota. Dari dalam mobil, Jeremy melihat Nacos yang mengemudikan mobilnya sambil makan permen karet.Shit!Orang itu yang sedang membawa Miranda!"Atur posisi! Selamatkan Tuan Muda Aaron dan sisanya kepung mobil yang membawa Miranda!""Baik, Pak!"Mobil-mobil dinas itu terbagi menjadi dua arah saat melintasi pertigaan jalan. Jeremy dan tiga orang detektif segera menacri Aaron. Sementara Luca dan dua orang unit mengejar mobil Nacos."Berhenti!"Duar!Duar!Shit!Nacos sangat terkejut saat mobilnya ditembaki dari arah belakang. Ap