Masih dia ingat, saat foto pernikahan itu terjatuh dan kaca figura itu pecah berhamburan. Hingga akhirnya, Zarianti terpaksa mengganti kembali figura itu, Tapi sekarang hanya kenangan semata dan sekejap.
"Sini, Bunda bawa saja foto itu. Bunda enggak mau kamu terus mengingatnya," ujar Bunda Maura. "Tidak apa apa Bunda aku, sudah terbiasa dengan semua ini kok, Bun? aku cuma hanya mengingat nya saja , Bunda jangan khawatir dengan diri ku, Bun." Zarianti meyakinkan mantan mertua nya itu, bahwa dirinya sudah lebih tenang Bunda Maura menyuruh Bi Santi untuk menyingkirkan foto itu dari hadapan Zarianti. Bunda Maura dan Bi Santi langsung memasukkan barang-barang milik Bastian ke dalam koper dan juga kantong plastik besar. "Coba Rianti kamu cek! Ada lagi enggak barang dia yang ketinggalan? Biar dia enggak usah masuk kesini lagi, dan enggak ada alasan untuk balik lagi kesini. Oh ya Bi, kalau besok-besok ada Pak Bastian kesini, kamu jan"Cek pembukuan selama Bastian memimpin perusahaan!" Titah Ayah Agus kepada orang suruhannya. Bastian pikir, dirinya akan aman. Dia bisa hidup tenang dengan harta yang masih dia miliki. Mungkin dirinya lupa, siapa ayahnya. Dia adalah seorang yang tegas, bahkan selama ini dia pun sangat takut dengan sang ayah. Tujuan Ayah Agus hanya satu, dia ingin membuat anaknya itu jatuh di titik paling terendah. Agar sang anak menyadari apa yang telah dia lakukan selama ini. Tak ada yang patut disombongin, karena selama ini anaknya hebat karena bantuannya, Ayah Agus benar benar ingin menghukum Bastian. "Berani berbuat, berani bertanggung jawab," ucap Ayah Agus. "Ayah ingin tahu, sekuat apakah kamu bisa bertumpu di kedua kakimu. Ayah juga tak rela, jika harta kekayaan ayah dinikmati wanita matre itu. Lebih baik harta ayah untuk cucu ayah," ucap Ayah Agus dalam hati. Hari yang dilalui Bastian begitu berat. Dia mencoba melama
Tiga tahun sudah aku menjalani pernikahan ini. Kupikir aku sudah bahagia. Suami tampan, kaya, berpendidikan, dengan pekerjaan yang 'wah'.Senyum merekah serta pakaian yang sederhana aku menghadiri reuni keluarga suamiku. Aku tidak sendirian, ada suami tercinta yang selalu siap menemani. Tapi sayangnya aku harus masuk lebih dulu, lantaran pria itu harus mengambil sesuatu yang tertinggal.Baru saja aku menginjakkan kaki ke dalam gerbang rumah mewah yang orang sebut sebagai kediaman Tuan Besar Agus Nugraha. Pernyataan tidak enak sudah menyapa telingaku.Kalau aku tidak memandang suami aku ,mungkin aku sudah pergi dari rumah Tuan besar Agus,tapi karena aku masih menghargai dan menghormati suami aku ,jadi aku tetap masih bertahan di rumah istana itu."Kamu siapa?" tanya seorang wanita yang terlihat seumuran denganku. Ada balita manis dalam gendongannya.Hatiku merasa gemas dengan bocah itu, tapi baru saja akan menjawab ucapannya, ia kembali me
Semua mata tertuju kepada pemilik suara yang begitu lantang sekali.mereka semua terkejut dan kaget bahwa yang datang adalah"SILVI"Semua orang terkejut atas kedatangan Silvi ke acara reunian keluarga Nugraha,padahal Silvi bukan keluarga Nugraha."Kenapa kalian,pada terkejut,kaya lagi melihat hantu saja."Dengan gaya Silvi yang sombong dan angkuh,yang selalu dia tunjukkan pada semua orang."Hai.""Bastian, apa kabar,sudah lama kita tidak berjumpa,apakah kamu masih ingat aku,yang selalu membuat diri mu tidak bisa jauh dari ku."Bastian terdiam, mendengar apa yang Silvi katakan barusan,ada tanda tanya besar dalam kedatangan silvi di acara reuni keluarga Nugraha."Mau apa,kamu kesini hai janda ja**ng,apakah kamu tidak cukup sudah menghancurkan anak saya waktu itu."ucap nyonya Mauria."Bukan saya yang menghancurkan anak,nyonya,tapi anak nyonya sendiri yang menghancurkan diri nya,kalau bukan karena ketulusan
Kejadian yang kemaren bagi aku trauma buat Mariam,aku tidak mau Mariam,jadi trauma,dimasa kecil nya.Walapun Mariam bukan lahir dari rahim ku tapi aku sangat begitu menyayangi Mariam seperti anak kandung aku sendiri,aku sekarang tidak begitu terlalu untuk berfikir apakah aku bakal punya anak dari mas Bastian atau tidak ,itu aku gak mau berfikir jauh dulu.Karena rezeki,jodoh,maut,itu semua Allah yang memberikan ,kita hanya berusaha,berusaha sudah,tapi Allah belum memberikan aku keturunan,aku bisa apa?.Bastian menjelaskan ke istri nya ,bahwa Bastian akan pergi ke luar kota ,untuk menjalankan pembangunan mall di luar kota, zarianti sempat bingung,apakah di izinkan atau tidak,tapi ini semua demi perusahaan Bastian.Zarianti bisa aja,menyuruh anak buah zarianti untuk menjalankan tugas suami nya,tapi zarianti tidak mau Bastian merasa kecewa sama zarianti.****Zarianti mengintip dari jendela. Mobil suaminya sudah masuk ke halaman rum
Zarianti duduk dimeja rias miliknya, hatinya penuh kegusaran karena la harus menghadapi cobaan terberat dalam hidupnya,'Rupanya diriku tak muda lagi, tapi sampai saat ini aku belum bisa memberikan anak kepada mas Bastian,' gumam zarianti didalam hati sambil mentap wajahnya di cermin.Zarianti menatap wajah Bastian dibalik cermin, yang selalu tersenyum menatapnya, menunggu pujaan hatinya selesai berdandan, karena Bastian sudah tahu kebiasaan istrinya yang suka berdandan sebelum tidur,sedang Zarianti hanya bisa membalas senyuman Bastian, meski didalam hatinya sedang berkecamuk, tekanan batin yang la rasakan membuatnya sakit, saking sakit yang la rasakan, la berusaha menenangkan dirinya dengan meremas kuat dadanya.'Sampai kapan mas kamu akan menyimpan kekasih mu itu di rumah kita mas, apakah kamu ga bisa menjaga perasaan hati istri kamu mas,walupun sakit,tapi aku tetap tersenyum di depan mu dan kekasih gelap mu itu mas.' Rianti berkata dalam hati.Namun semua itu tidak menghalangi ren
Bastian langsung memeluk tubuh Zarianti yang terguncang karena menangis, hingga akhirnya Bastian pun ikut menangis.'Aku tidak tahu kalau istri sudah mengetahui ini semua,dan aku juga tidka tahu kalau setiap malam istri ku,melihat ini semua,begitu terpukul nya perasaan dan hati Rianti, melihat itu semua,apakah aku suami yang sangat kejam dan tega,terhadap Rianti.' Bastian berkelana dengan hati dan pikiran nya sendiri."Kamu tahu Rianti, hampir 8 tahun kita bersama, tak sedikitpun aku mempunyai pikiran untuk menghianatimu Rianti, dan sekarang kamu tega menyuruhku untuk menduakanmu" bisik Bastian ditelinga Zarianti."Maafkan aku, Mas" ucap Zarianti memeluk erat Bastian.Kemudian Bastian melepaskan pelukannya lalu menatap Istrinya yang sesenggukan menangis."Baiklah Rianti kalau itu memang kemauanmu, akan aku turuti, tapi ingat aku tidak akan memperlakukan dia sepertimu,aku memp
sesampainya dirumah aku melihat Zarianti sedang memasak hidangan untuk makan malam."dari mana saja kamu ini, masa beli garam aja lama?" tanya Zarianti dengan penasaran."maaf mbak, tadi Clau ngantri diwarung bu Rima, jadi lama banget" jawabku sedikit kebingungan."oh gitu, ya sudah kamu bantu mbak masak dulu ya, Clau." kata Zarianti lagi.'Sebenar nya aku males mau bantuin Zarianti masak, emang tidak ada asisten rumah tangga gitu yang bantuin Rianti,masak, enak banget tinggal nyuruh nyuruh,mentang mentang aku nanti akan menjadi istri muda mas Bastian jadi segampang itu dia nyuruh nyuruh aku'.ucap Claudia dalam hatiuntunglah Zarianti gak curiga dengan aku, soalnya Rianti dan Bastian itu orangnya keras, mereka gak pernah ngijinin aku untuk bertemu laki laki lain, sebelum aku menikah dan melahirkan dan, setelah melahirkan aku pengen mencari kerja,aku tidak mau hanya menjadi ibu rumah tangga saja.Selesai makan malam, aku segera m
Zarianti mulai keluar dari Penginapan dengan membawakan sebuah seserahan kecil untuk dihadiahkan kepada Claudia, sedang Bastian menyusul Zarianti keluar dari penginapan, Segera Bastian memencet tombol yang berada di kunci mobil, agar Zarianti bisa segera masuk mobil, tampa harus menunggunya,Bastian pun ikut masuk ke mobil, lalu mulai menyetir, kemudian melajukan mobilnya menuju rumah ibu Pratiwi.Sampai dirumah Ibu Pratiwi, Zarianti mulai menuruni mobil dengan membawa seserahan, disana sudah terlihat beberapa orang sedang menunggu, termasuk pak penghulu, perlahan Zarianti dan Bastian masuk ke dalam rumah, lalu memberikan seserahan itu kepada Ibu pratiwi.Bastian mulai duduk dilantai kayu beralaskan tikar yang mulai usang menghadap pak penghulu, sedang Zarianti sibuk mencari keberadaan Claudia."Bu, Claudia mana?" tanya Zarianti."Claudia ada di dalam kamarnya nak""Boleh saya masuk Bu?""Boleh sekali nak, Silahkan"