Kejadian yang kemaren bagi aku trauma buat Mariam,aku tidak mau Mariam,jadi trauma,dimasa kecil nya.
Walapun Mariam bukan lahir dari rahim ku tapi aku sangat begitu menyayangi Mariam seperti anak kandung aku sendiri,aku sekarang tidak begitu terlalu untuk berfikir apakah aku bakal punya anak dari mas Bastian atau tidak ,itu aku gak mau berfikir jauh dulu.Karena rezeki,jodoh,maut,itu semua Allah yang memberikan ,kita hanya berusaha,berusaha sudah,tapi Allah belum memberikan aku keturunan,aku bisa apa?.Bastian menjelaskan ke istri nya ,bahwa Bastian akan pergi ke luar kota ,untuk menjalankan pembangunan mall di luar kota, zarianti sempat bingung,apakah di izinkan atau tidak,tapi ini semua demi perusahaan Bastian.Zarianti bisa aja,menyuruh anak buah zarianti untuk menjalankan tugas suami nya,tapi zarianti tidak mau Bastian merasa kecewa sama zarianti.****Zarianti mengintip dari jendela. Mobil suaminya sudah masuk ke halaman rumahnya. Gegas ia turun dan ingin menyambut kepulangan suaminya dengan suka cita. Seminggu sudah suaminya pergi ke luar kota untuk pembangunan proyek pekerjaannya. Zarianti pun senang karena akhirnya rindu itu terobati kala sang suami pulang tanpa mengabari.Suara bel pintu membuat zarianti berlari dan membuka dengan segera. "Assalamu_" zarianti tercekat kala mendapati suaminya pulang dengan membawa seorang wanita pingsan yang dibopongnya."Waalikumsalam. Siapkan kamar tamu, Ya," ujar Bastian.Zarianti gegas membuka pintu kamar tamu, tanpa ingin bertanya dahulu siapa wanita itu. Setelah memastikan wanita itu beristirahat di kamar, Bastian mengajak zarianti keluar."Maaf, Sayang. Kamu pasti kaget waktu Mas bawa Claudia ke rumah. Dia anak tetangga Ibu yang tinggal di kampung. Tadi Mas lihat dia mau bunuh diri dan melompat ke jembatan. Waktu Mas lihat, tadinya Mas kira dia mau ngapain. Tahu-tahu dia ternyata menyusul kekasihnya dan yang lebih menyakitkannya, dia hamil dan si lelakinya itu tidak mau bertanggung jawab.""Terus, kamu kasihan, Mas?" tanya zarianti tampak tidak habis pikir dengan apa yang suaminya lakukan. Dia bahkan belum sempat bertanya apa apa dan Bastian sudah lebih dulu bercerita."Ya kasihan lah, Ya. Dia ini gadis yang ditipu dan dihamili tanpa mau si lelakinya bertanggung jawab. Brengs*k banget kan?""Terus? Kamu mau ambil alih tanggung jawab itu?" Zarianti bersedekap sambil menatap lekat wajah suaminya yang terlihat salah tingkah.Kemaren aja masalah Silvi numpang tinggal sehari, Rianti dan Bastian berantem, apa lagi sekarang perempuan hamil di bawa pulang oleh Bastian."Eh, ya nggak begitu, Sayang. Gini gini. Jangan emosi dulu. Kita duduk dulu dan kita rundingkan berdua. Claudia ini gadis desa. Dia belum berpengalaman hidup di kota dan kamu nanti bisa lihat langsung kalau dia sudah siuman. Dia ini polos, Mas paham sekali sama Claudia ini. Dia anaknya pak Tarno,orang dusun yang kerjaannya hanya angon kambing. Bagaimana Mas nggak simpati dan kasihan. Kalau dia kembali ke desa, bukan hanya cibiran tetangga yang didapat. Malunya itu loh... kasihan kan? Bagaimana kalau kita adopsi anak dia yang ada dalam rahimnya, setelah itu kita biarkan dia pergi setelah memberikan anak itu pada kita. Anggap aja, ini pancingan biar kamu cepat hamil. Siapa tahu, dekat dengan Claudia kamu bisa ketularan."Manik mata zarianti memancarkan kemarahan nyata. Bastian harus memikirkan banyak cara agar istrinya mau memahami keinginannya."Maksud Mas apa?" teriak Rianti."Sayang. Mas itu sayang sama kamu, sama mama, sama ibu juga. Kita nikah udah 8 tahun. Usaha dari yang herbal sampai medis sudah, nyatanya Tuhan belum juga kasih anak sama kita. Siapa tahu dengan membantu Claudia melahirkan anak tak diharapkan itu, hidup kita akan sempurna. Mas janji nggak akan macam-macam. Cinta Mas tulus sama kamu, serius dah. Swerr ... kan kamu tahu sendiri. Mama suka ngomel sama kamu kalau berkunjung dan nanyain anak. Mas nggak tega kalau harus ngeliat kamu dibentak atau dimarahi mama. Nanti Mas akan minta Claudia jadi asisten rumah tangga kita selama tinggal di sini. Biar kamu nggak curiga sama Mas dan menganggap Mas ada perasaan sama Claudia itu.""Nggak ada. Kagak jamin Mas nggak kegoda sama dia," tolak zarianti."Kok kagak jamin? Baiklah. Mas jamin, kagak tergoda. Lagian, Mas kan jarang pulang ke rumah. Nanti kamu bisa ngontrol sendiri pergerakan Claudia dan kamu pasti nggak akan curiga deh. Kasih kesempatan Claudia buat hidup dan merasa tidak sendiri. Ya?"Bastian menghiba. Bahkan matanya yang sangat mengharapkan keturunan, membuat zarianti tak tega. Ia memikirkan ulang kata-kata Bastian mengenai anak pancingan."Baiklah. Selama tinggal di sini, dia ini aku awasi. Awas aja kalau Mas macam-macam."Bastian segera memeluk tubuh zarianti yang sangat wangi. Sengaja zarianti menyambut kepulangan suaminya dengan cinta, walau ada sedikit rasa kecewa namun sikap Bastian yang lembut membuatnya luluh."Kamu tetap cantik dan mempesona, Sayang. Mas kangen banget," bisik Bastian saat merebahkan badan zarianti ke atas ranjang."Mas mandi dulu gih. Masa habis kerja nyosor aja," protes zarianti. Namun karena terlanjur berminat, Bastian langsung membawa Rianti dalam pelukannya."Mas udah kangen sama kamu. Mandinya nanti saja, kalau sudah mandi keringat sama kamu. Kamu cantik pake lingerine merah itu. Baru ya?" tanya Bastian lembut sembari memainkan jarinya di bagian tubuh zarianti yang terbuka."Nggak. Ini kan hadiah hantaran Mas waktu itu. Baru Rianti buka karena kasihan kalau kelamaan dianggurin," terang Rianti."Baiklah. Biar nggak lama nganggur, langsung dipake aja seisi-isinya."Bastian langsung tancap gas. Menyalurkan hasrat yang sengaja ia keluarkan pada sang istri, setelah ia membawa Claudia ke dalam rumahnya.Zarianti merasa suaminya begitu bergairah, hingga ia kewalahan dan tertidur pulas setelahnya. Bastian mencium kening sang istri dan menutupi tubuh yang sudah ia sentuh lalu ia beranjak pergi setelah memakai semua pakaiannya. Bastian pergi ke luar dan mengecek keadaan Claudia yang tadi sempat pingsan karena terlalu lama menangis di dalam mobil.Claudia Anggraini. Mantan kekasih Bastian yang kembali dekat setelah wanita itu dipertemukan dalam sebuah keadaan yang sulit dijelaskan. Claudia yang memintanya bertanggung jawab atas perbuatan khilafnya saat itu dengan Bastian. Bastian yang memang masih memiliki sedikit empati, tak tega melihat Claudia yang menangis tersedu di depannya dan Claudia yang memohon agar dia mau membawanya pulang. Bahkan Claudia berjanji tidak akan menyakiti keluarganya dan tidak akan meminta anaknya nanti jika dia sudah dilahirkan.Krek!Bastian melihat Claudia yang masih terpejam. Melihat selimut yang sudah tersingkap, Bastian membantu menutupnya kembali."Mas... jangan! Jangan!" racau Claudia.Claudia mimpi buruk dan bahkan sampai meracau. Bastian yang bingung, mencoba membangunkannya."Clau, hey. Kamu mimpi buruk, kah?"Bastian yang memang cenderung penyayang itu, tidak tega melihat kegelisahan Claudia meski sedang dalam keadaan terpejam. Claudia yang tersadar dan terbangun, segera bangkit dan langsung memeluk Bastian."Kamu mimpi buruk?" tanya Bastian.Claudia mengangguk sambil meneteskan air mata."Sudahlah. Itu hanya mimpi. Lupakan mimpi burukmu itu dan jangan lupa berdoa sebelum tidur. Ya?"Bastian hendak beranjak namun tangan Claudia mencegatnya."Jangan pergi. Aku takut sendiri. Please...""Baiklah. Aku tunggu kamu terpejam tapi jangan lama-lama. Istriku ada di kamarnya," ucap Bastian pasrah.Claudia menyeka air matanya dan tersenyum. Dia memikirkan cara agar Bastian mau menemaninya lebih lama. Sungguh kehamilannya ini, membuat ia kehabisan akal dan memilih menggunakan simpati mantan kekasihnya itu demi bisa membuatnya bernasib lebih baik."Mas, kepalaku pusing," keluh Claudia."Kayak ada pakunya di sini," tunjuk Claudia dan berdrama seperti memijat kepalanya."Sini, aku bantu pijatkan."Bastian duduk agak mendekat dan memijat dengan pelan kepala Claudia. Claudia membuat suara seperti sedang keenakan saat dipijat dan itu membuat Bastian sedikit merasa terpacu. Terlebih tangan Claudia yang mulai nakal dan sekilas menyentuh bagian Bastian yang tampak menegang.Mereka tidak tahu ada sepasang mata sedang memperhatikan mereka berdua, Rianti hanya menangis,melihat adegan suami nya dengan wanita itu."Kata nya hanya tetangga,tapi kenapa seolah olah mereka sudah dekat dan akrab."Rianti bermonolog sendiri."Apa salah aku mas,kenapa kamu tega menduakan aku mas,apakah cuma karena aku belum di kasih keturunan sampai sampai kamu menduakan aku,mas,kamu yega mas,kamu mempermainkan perasaan aku mas,kamu menodai cinta kita mas,barusan kamu bilang ,aku lah segala buat kamu,tapi bukti nya ,semua itu hanya ucapan palsu mu saja mas.""AKU BENCI KAMU MAS BASTIAN."Zarianti benar benar sangat kecewa atas perlakuan bastian terhadap diri nya.Akhir nya zarianti pergi meninggalkan manusia yang sedang bermesraan di dalam kamar, Rianti tidak mau melihat nya kembali, Rianti merasa jijik melihat prilaku mereka berdua."Maaf," ucap Claudia sengaja."O-h, nggak apa. Sudah enakkan?" tanya Bastian."Belum. Malah kayak masuk angin. Mungkin minta dikerok. Mas ada minyak angin? Claudia minta gosokkan ke punggung. Nanti bagian depan Claudia yang balurin. Nggak enak banget badannya," rintih Claudia.Bastian sedikit ragu. Namun, lagi-lagi wajah memelas Claudia membuatnya tak tega. la mengambil minyak kayu putih dan Claudia bangkit dengan membuka baju dressnya. Punggung putih bak susu tanpa noda, membuat jakun Bastian naik turun. Terlebih Claudia membuka seluruh baju bagian atas dan sengaja hanya menutupi tubuhnya dengan selimut."Mau dikerok apa dibalurin aja?""Balurin aja."Lagi-lagi Claudia mengeluarkan suara desahan khas, yang membuat Bastian merasa meremang.Bastian bingung dengan ini semua,disisi lain Bastian takut zarianti terbangun dari tidur nya dan melihat kelakuan dirinya bersama claudia.di sisi lain Bastian kasihan melihat claudia yang melakukan nya sendirian tanpa ada yang membantuin,sedangkan claudia sedang hamil anak Bastian."Udah?" tanya Bastian memastikan."Perutnya sekalian biar enakan," ucapnya."Biar claudia sendiri. Bisa kok," kilah Claudia."Biar Mas sekalian."Bastian melihat ke arah bagian tubuh Claudia yang hendak dibalurkan. Ia sengaja tidak melihat ke arah wajah Sivia, takut khilaf mendera. Tangan claudia mengulur ke panggul bastian dan tersenyum.Masyaallah Claudia benar benar menggoda iman aku,mudah mudahan iman aku kuat ,ya Allah jangan sampai tergoda."Makasih ya. Maaf merepotkan." Bastian hanya mengangguk dan meletakkan kembali minyak kayu putih itu. "Mas, tolong kancingkan BH-nya," ucap Claudia mendayu."O-h. Oke."Tangan Bastian terulur, hendak mengaitkan kancing BH yang Claudia minta. Tangan Claudia mencekal tangan Bastian dan membawa kedua tangannya untuk bisa menyentuh kedua gunung kembar miliknya."Mas, maafkan aku yang dulu pernah menyakitimu. Sungguh, aku merasa jika ini adalah karma karena sudah pernah meninggalkanmu. Maafkan aku, ya?"Claudia menatap manik Bastian lekat dan seperti terbius dengan ucapan dan tatapan mantan kekasihnya itu."Tak masalah. Aku sudah melupakan."Namun, bukan Claudia namanya jika ia tidak memiliki trik menjerat Bastian. Dia mendekatkan bibirnya dan menciumnya dalam. Meresapi nikmatnya cinta sesaat yang sudah membius akal nuraninya. Bastian pun tak kuasa menolak. Ia menikmati serangan cinta Claudia dan keduanya melakukan hubungan yang tidak semestinya yang sudah pernah ia lakukan sebelumnya.***Zarianti meraba ke sekeliling. Melihat suaminya yang sudah tidak ada di kamarnya. Namun ia kembali tersenyum saat mendengar suara percikan air dari arah kamar mandi. Lima menit Zarianti duduk di atas ranjang,menunggu suaminya selesai mandi dan mengedarkan pandangan melihat jam pukul 4 pagi.'kamu sudah pulang ke kamar kita mas,kamu pasti habis melakukan kembali dengan mantan pacar kamu itu mas,kamu benar benar pinter bermain sandiwara di depan aku mas,kamu bilang dia perempuan yang di campakkan oleh pacar nya dan tidak tanggung jawab,ternyata pacar nya adalah kamu mas,pantesan kamu sering sekali minta izin ke luar kota mas.' Rianti bermonolog sendiri,tidak sadar air mata Rianti akhir nya jatuh juga."Sudah bangun?" tanya Bastian saat mendapati istrinya yang tersenyum saat ia baru keluar kamar mandi."Sudah dong. Masa dah senyum gini, belum bangun. Tumben awal? Biasanya kalau habis olahraga malam, bangunnya kesiangan," ucap Zarianti."Itu kan biasanya. Malam tadi, luar biasa. Pelayananmu memuaskan. Mas suka dan makanya Mas bisa bangun lebih awal karena menginginkannya lagi," rayu Bastian."Dih. Nggak capek apa? Rianti aja belum mandi," protesnya."Hahaha, nggak, Sayang. Bercanda. Dah sana mandi. Hari ini Mas mau ajak kamu liburan ke Ancol.""Iyakah? Yee..."Sorakan Zarianti membuat Bastian merasa lega. Beruntung setelah melakukannya dengan Claudia, ia buru-buru kembali ke kamar Zarianti dan tidak ketiduran di sana. Ia akan membuat istrinya senang agar kelakuannya tidak dicurigai sang istri.'mas...mas...kamu pinter sekali memutarkan kata kata mas,ingat mas,aku bisa saja menjatuhkan perusahaan kamu sejatuh jatuh nya mas,tapi aku masih bisa terdiam saat ini mas,aku mau lihat sejauh mana kamu akan mempermainkan dan ngebohongi aku mas.'ujar zarianti melihat bastian sambil tersenyum kecut.'setiap kamu berbuat menyakitkan di belakang aku mas,setiap hari juga aku merasa sakit hati ini,aku merasa kecewa dengan mu,mas,tapi aku tidak bisa berbuat pa-pa lagi mas,karena emang kamu menginginkan seorang anak hadir dalam hidup mu mas,apakah aku akan menikahi mu saja mas,dengan mantan pacar mu itu yang sekarang lagi hami anak kamu mas.' Zarianti berpacu dengan pikiran nya sendiri.Zarianti duduk dimeja rias miliknya, hatinya penuh kegusaran karena la harus menghadapi cobaan terberat dalam hidupnya,'Rupanya diriku tak muda lagi, tapi sampai saat ini aku belum bisa memberikan anak kepada mas Bastian,' gumam zarianti didalam hati sambil mentap wajahnya di cermin.Zarianti menatap wajah Bastian dibalik cermin, yang selalu tersenyum menatapnya, menunggu pujaan hatinya selesai berdandan, karena Bastian sudah tahu kebiasaan istrinya yang suka berdandan sebelum tidur,sedang Zarianti hanya bisa membalas senyuman Bastian, meski didalam hatinya sedang berkecamuk, tekanan batin yang la rasakan membuatnya sakit, saking sakit yang la rasakan, la berusaha menenangkan dirinya dengan meremas kuat dadanya.'Sampai kapan mas kamu akan menyimpan kekasih mu itu di rumah kita mas, apakah kamu ga bisa menjaga perasaan hati istri kamu mas,walupun sakit,tapi aku tetap tersenyum di depan mu dan kekasih gelap mu itu mas.' Rianti berkata dalam hati.Namun semua itu tidak menghalangi ren
Bastian langsung memeluk tubuh Zarianti yang terguncang karena menangis, hingga akhirnya Bastian pun ikut menangis.'Aku tidak tahu kalau istri sudah mengetahui ini semua,dan aku juga tidka tahu kalau setiap malam istri ku,melihat ini semua,begitu terpukul nya perasaan dan hati Rianti, melihat itu semua,apakah aku suami yang sangat kejam dan tega,terhadap Rianti.' Bastian berkelana dengan hati dan pikiran nya sendiri."Kamu tahu Rianti, hampir 8 tahun kita bersama, tak sedikitpun aku mempunyai pikiran untuk menghianatimu Rianti, dan sekarang kamu tega menyuruhku untuk menduakanmu" bisik Bastian ditelinga Zarianti."Maafkan aku, Mas" ucap Zarianti memeluk erat Bastian.Kemudian Bastian melepaskan pelukannya lalu menatap Istrinya yang sesenggukan menangis."Baiklah Rianti kalau itu memang kemauanmu, akan aku turuti, tapi ingat aku tidak akan memperlakukan dia sepertimu,aku memp
sesampainya dirumah aku melihat Zarianti sedang memasak hidangan untuk makan malam."dari mana saja kamu ini, masa beli garam aja lama?" tanya Zarianti dengan penasaran."maaf mbak, tadi Clau ngantri diwarung bu Rima, jadi lama banget" jawabku sedikit kebingungan."oh gitu, ya sudah kamu bantu mbak masak dulu ya, Clau." kata Zarianti lagi.'Sebenar nya aku males mau bantuin Zarianti masak, emang tidak ada asisten rumah tangga gitu yang bantuin Rianti,masak, enak banget tinggal nyuruh nyuruh,mentang mentang aku nanti akan menjadi istri muda mas Bastian jadi segampang itu dia nyuruh nyuruh aku'.ucap Claudia dalam hatiuntunglah Zarianti gak curiga dengan aku, soalnya Rianti dan Bastian itu orangnya keras, mereka gak pernah ngijinin aku untuk bertemu laki laki lain, sebelum aku menikah dan melahirkan dan, setelah melahirkan aku pengen mencari kerja,aku tidak mau hanya menjadi ibu rumah tangga saja.Selesai makan malam, aku segera m
Zarianti mulai keluar dari Penginapan dengan membawakan sebuah seserahan kecil untuk dihadiahkan kepada Claudia, sedang Bastian menyusul Zarianti keluar dari penginapan, Segera Bastian memencet tombol yang berada di kunci mobil, agar Zarianti bisa segera masuk mobil, tampa harus menunggunya,Bastian pun ikut masuk ke mobil, lalu mulai menyetir, kemudian melajukan mobilnya menuju rumah ibu Pratiwi.Sampai dirumah Ibu Pratiwi, Zarianti mulai menuruni mobil dengan membawa seserahan, disana sudah terlihat beberapa orang sedang menunggu, termasuk pak penghulu, perlahan Zarianti dan Bastian masuk ke dalam rumah, lalu memberikan seserahan itu kepada Ibu pratiwi.Bastian mulai duduk dilantai kayu beralaskan tikar yang mulai usang menghadap pak penghulu, sedang Zarianti sibuk mencari keberadaan Claudia."Bu, Claudia mana?" tanya Zarianti."Claudia ada di dalam kamarnya nak""Boleh saya masuk Bu?""Boleh sekali nak, Silahkan"
"Jadi bagaimana nanti jika Claudia dirumah? nanti apa yang akan kita katakan kepada orang tua kita, jika mereka tanya tentang Claudia?" tanya Bastian sambil menyetir mobilnya."Hmm lya juga Mas, aku juga belum memikirkan soal itu" Sejenak Bastian menghela napasnya lalu mengatakan sesuatu kepada Zarianti."Bagaimana kalau dia berpura-pura sebagai pembantu kita disana? hanya untuk sementara waktu saja""Bener juga idemu mas""Bagaimana Claudia, kamu mau kan pura pura jadi pembantu kita""Hmm iya Mbak, saya mau" ucap Claudia mengiyakan pendapat Bastian dan Zarianti.Mendengar claudia yang setuju membuat Zarianti merasa lega dan senang.Walaupun keluarga Bastian jarang main kerumah tapi ini hanya berjaga jaga saja,supaya kalau keluarga nya menanyakan itu.Tapi bagaimana dengan Mariam,yang tidaj menyukai Bastian menikah lagi dan mempunyai ibu dua, Zarianti jadi bingung untuk menjelaskan ke Mariam."Makasih
"Kenapa kamu terkejut,melihat saya dan Rianti, bermesraan?" tanya Bastian.."Aku juga istri kamu mas,! Mengapa kita tak tidur satu kamar? Pernikahan macam apa ini?" protes Claudia."Jangan pernah bermimpi pernikahan yang indah! Karena aku tak akan pernah mencintai kamu. Sudahlah tak perlu protes! Paling tidak, hal ini lebih baik daripada kamu hidup sebatang kara. Paham?" cerocos Bastian."Aku lebih baik menjadi janda, daripada harus menikah seperti ini. Lebih baik sekarang kamu talak aku, daripada kamu menyiksa aku secara perlahan. Aku hanya tinggal bilang sama ibu, kita ingin bercerai. Selesai!" Ucapan Claudia membuat Bastian menelan salivanya.Claudia marah sama Bastian karena pakaian Claudia tidak bareng dengan Bastian, Claudia di tempatkan di kamar bawah,sedangkan Bastian di kamar atas bersama Zarianti, Claudia sangat kecewa,dengan semua ini.Ternyata istrinya ini bukanlah istri yang lemah. Justru dirinya yan
"Nggak juga. Rasanya sakit tapi juga enak." Claudia mulai memejamkan matanya. "Kalau begini?" Bastian mengubah posisi kaki Claudia, kalau tadi ada di pahanya, kini ia menaikan sedikit, menggantung di udara sambil dipegang oleh salah satu tangannya. "Ya begitu mas. Aku suka posisinya kayak gini, ...agak pelan, jangan terlalu cepat." Ujar Claudia saat dirasakan kalau Bastian kembali menusuk kakinya dengan kayu. Posisi seperti ini sebenarnya kurang nyaman karena kini Bastian bisa melihat dalaman Claudia yang berwarna hitam. Bastian merasakan matanya menjadi berat. Apakah dia kelelahan disaat tubuhnya justru merasa bergairah karena melihat Claudia? Ponsel Claudia kembali berbunyi. Gadis itu tahu kalau Zarianti sudah tak ada. "Sebentar Mas, aku angkat ponselku dulu." Claudia langsung berdiri dan meraih ponselnya. la pura-pura mengangkatnya. Pada hal itu dari bi Rini. "Hallo, Ricky..how are you?" "Nona Zarianti sudah ke
"Kenapa lehel Ayah? Di gigit nyamuk ya? Apakah kamar Ayah sama Bunda ada nyamuknya?" Tanya Mariam lagi. Bastian yang sedang menguyah makanan menatap Mariam tak mengerti. Ia melepaskan sendok dan garpu yang ada di ditangannya lalu menatap Mariam. "Maksudnya?" "Leher Ayah melah. Ada dua." Perasaan Bastian mulai tak enak. Apalagi bi Rini yang ada di belakang Mariam tersenyum malu-malu. Claudia yang menunduk di sampingnya berusaha menahan tawanya. la memang tadi yang membuatnya saat Bastian masih terlelap dalam tidurnya.Raihana nampak juga menahan senyum namun Zarianti menatapnya tajam dengan menahan rasa kesabaran dalam diri Zarianti,karena demi keluarga Bastian yang ingin mempunyai anak dari Bastian. "Leher Ayah merah?" Tanya Bastian semakin bingung. "Riam punya kaca. Nih...!" Mariam memberikan mainannya yang ada kaca. "Riam, jangan ganggu Ayah!" terdengar suara Zarianti menegur putrinya. "Tolong