Beranda / Fiksi Remaja / Ry & Ruu / Bab 61. Tempat Baru

Share

Bab 61. Tempat Baru

Penulis: Fitri_alpha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Seruan dengan nada tanya itu tak hanya keluar dari mulut Ry, tetapi Rin juga menanyakannya. Mereka akan pindah? Astaga! Ini pasti tidak benar, 'kan? Pasti hanya pendengaran mereka saja yang bermasalah, 'kan? Mama tidak mengatakan akan pindah, atau memang mengatakannya?

"Pindah, Ma?" ulang Ry bertanya. Suaranya bergetar, seperti lututnya. Perutnya kembali mual. "Maksud Mama pindah rumah?" Ry tak ingin berpikir yang tidak-tidak, tapi melihat anggukan Mama membuatnya menahan napas. Dunianya seolah berhenti, udara di sekelilingnya seperti tersedot ke satu tempat, pada tubuh wanita dewasa yang berdiri dalam jarak dua meter di depannya. Ry mengepalkan kedua tangannya yang berkeringat, kepalanya mulia menggeleng. Awalnya gelengan pelan, kemudian berubah menjadi gelengan kuat. "Kenapa kita harus pindah, Mama?" tanyanya memprotes. "Kita juga nggak lama di sini, baru satu tahun, 'kan?"

Tatapan Rei menajam. Ry berubah menjadi sosok yang membangkang, di matanya. Semua ini pasti karena pengaruh R
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ry & Ruu   Bab 62. Ada Apa.Dengan Ry?

    Ruu mengerutkan keningnya, ia tengah kebingungan. Sejak beberapa menit yang lalu ia berusaha menghubungi Ry, tapi nomornya selalu tidak aktif. Pesan yang dikirimkan pun hanya bertanda centang satu, yang tandanya Ry sedang tidak mengaktifkan data ponselnya. Ini sesuatu yang langka bagi Ruu, Ry tidak mungkin tidak menonaktifkan ponsel sampai selama ini. Sebenarnya, sudah sejak tadi malam ia berusaha menghubungi, dan tidak ada sahutan. Ponsel Ry mati. Pesan yang sejak kemarin dikirimkannya pun masih bertanda centang satu. Entah apa yang terjadi pada Ry sehingga ponselnya tidak aktif sampai selama ini. Padahal biasanya ponsel Ry selalu aktif. Ruu melangkah keluar rumah menuju teras. Dari teras rumahnya, ia dapat melihat rumah Ry. Rumah mereka hanya berjarak dua buah rumah –mereka benar-benar bertetangga– ia dapat melihat Ry hanya dengan duduk di teras rumahnya. Kerutan alis Ruu semakin tajam, rumah Ry sepi. Pintu rumah tertutup rapat, begitu juga dengan pintu pagarnya. Biasanya, setiap p

  • Ry & Ruu   Bab 63. Semoga Hanya Mimpi

    Sudah siang, tapi ponsel Ry masih belum aktif juga. Keadaan rumahnya masih tetap seperti tadi pagi, rumah itu seolah kosong. Tak ada seorang pun yang terlihat keluar atau masuk ke rumah itu, bahkan para pelayan di rumah Ry yang berjumlah dua orang juga tidak terlihat. Beberapa kali ia memeriksa keadaan rumah itu dari teras rumahnya, dan tetap tidak ada perubahan. Sebenarnya ia inginkan n ke sana, tapi belum menemukan alasan yang tepat seandainya Bibi Rei bertanya kenapa ia berkunjung. Lagipula, ia tak ingin menunjukkan wajah memarnya pada Ry, ia tak ingin ceweknya khawatir. Ry tak perlu tahu soal perkelahian itu, tak perlu tahu ancamnya Ikki yang memuakkan. "Kenapa, Ruu? Kok, kayaknya dari tadi Mama perhatiin Ruu manyun terus?" Shu duduk di samping Ruu, memeriksa keadaan wajah putranya. Kepalanya mengheelng melihat lebam di wajah itu belum juga hilang. Ruu terlihat beberapa kali menarik dan mengembuskan napas berat dan panjang. Sebagai seorang Ibu, dia merasakan jika putranya sedang

  • Ry & Ruu   Bab 64. Demi Mama

    "Gimana?" Shu datang dan duduk di kursi sebelah Ruu. Ada sebuah meja yang terbuat dari kayu yang memisahkan duduk mereka. "Ada keliatan nggak?" tanyanya khawatir. "Tadi Mama telepon ke nomor rumahnya nggak diangkat, telepon ke ponselnya nggak aktif. Ten juga sama kayak gitu, nggak aktif juga."Dada Ruu bergemuruh mendengarnya, jantungnya berdegup kencang. Bulir-bulir keringat mulai bermunculan di pelipisnya, tubuhnya bergetar, perutnya mendadak mual. Jangan sampai apa yang ditakutkannya terjadi. Jangan sampai Ry dan keluarganya sudah tidak menempati rumah mereka lagi. Ruu berdiri dengan panik, berlari cepat menuju rumah Ry, dan menemukan pagar rumah itu yang digembok. Sekelilingnya tiba-tiba berputar. Debaran jantungnya semakin kencang, sampai-sampai rasanya ia sedikit kesulitan menarik napas. Kepalanya berdenyut, awalnya hanya denyutan kecil, tapi semakin lama semakin kuat. Ruu menekan kepalanya menggunakan kedua tangan, menggeleng kuat, berharap apa yang dilihatnya bukanlah sebuah

  • Ry & Ruu   Bab 65. Pasrah

    Suara ketukan di pintu terdengar tak sabaran. Dengan malas Ikki bangkit dari sofa panjang yang direbahinya. Sungguh, seluruh tubuhnya terasa sangat sakit, Ruu memukulnya terlalu keras. Tendangannya juga, bahkan lebih keras dari pukulannya. Meskipun perkelahian mereka imbang tetap saja ia merasa kesakitan. Ketukan di pintu semakin merajalela, sekarang disertai gedoran, dan sesekali tendangan. Mau tak mau Ikki harus membukakan pintu, ia tak mau menerima protes dari para tetangganya hanya karena keributan kecil ini. Lagipula, ia ingin tahu siapa orangnya yang tidak sabaran bertamu ke unitnya. Ikki membuka pintu, sebuah pukulan langsung mendarat di rahangnya bersamaan dengan itu. Ikki tersentak, terhuyung ke belakang karena serangan yang tiba-tiba. Belum sempat ia bernapas dengan lega, atau setidaknya mengusap rahangnya yang terasa sangat nyeri dan panas, sepertinya rahangnya patah atau paling tidak bergeser, ia sudah mendapatkan serangan lainnya. Cekikan di lehernya masih terasa sanga

  • Ry & Ruu   Bab 66. Rumah Siapa?

    "Sekarang Ikki liat, 'kan? Masih bilang kalo aku cuman omong kosong, aku membual?" Ikki menatap rantai dan gembok yang mengunci pintu pagar rumah Ry dengan nanar. Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ruu ternyata tidak berbohong. Padahal ia mengira Ruu hanya membohonginya untuk semakin membuatnya cemburu, tidak menduga jika semua yang dikatakannya adalah kenyataan. Ikki mengusap wajah kasar, lupa jika masih banyak terdapat memar dan luka di wajahnya. Ia meringis, nyeri terasa di bagian tulang pipi. Di sudut bibirnya juga terdapat luka dan memar baru, Ruu tadi benar-benar menghajarnya habis-habisan. Beruntung ia masih bisa berjalan, itu pun karena terpaksa. Ia ingin membuktika apa yang dikatakan Ruu. "Ry sama keluarganya udah nggak menempati rumah ini lagi." Ruu mengerang. "Biasanya nggak digembok kayak gini, pintu pagarnya nggak pernah dikunci malahan." Ia menendang pintu pagar beberapa kali, melampiaskan rasa kesalnya. "Ini nggak mungkin." Ikki

  • Ry & Ruu   Bab 67. Merelakan Ry

    Ikki mengusap tengkuknya. Ia tahu pertanyaannya sedikit konyol. Ah, bukan. Pertanyaannya sangat konyol, dan sangat memalukan. Untuk apa ia menanyakan siapa yang menghuni rumah mewah ini, ia tidak mengenal siapa pun warga di komplek perumahan elit ini. Seandainya saja ia tidak penasaran, ia tidak akan terlihat bodoh seperti sekarang ini. "Ini adalah rumah keluarga Sukishima," jawab cewek itu. Kerutan masih menghiasi dahi putihnya. "Keluarga Sukishima?" ulang Ikki bertanya.Cewek itu mengangguk. Ikki mengusap wajah menggunakan tangan kanan kemudian menundukkan kepala sedetik. Setelah itu tersenyum pada cewek yang masih berdiri di depannya. Cewek itu menatapnya dengan tatapan heran. "Terima kasih atas informasinya." Ikki membungkukkan sedikit badannya. Cewek itu melakukan hal yang sama. "Sama-sama, tidak masalah," jawabnya tersenyum. "Permisi!" Dia mengundurkan diri. Ikki mengangguk. "Sekali lagi, terima kasih, ya!" serunya kar

  • Ry & Ruu   BB 68. Janji

    Ry menolak untuk hadir kembali ke sekolah. Dia tidak memiliki teman di sekolah barunya. Bukan para siswa itu yang tidak mau menemaninya, melainkan dirinya yang menolak untuk berteman dengan mereka. Dia hanya ingin berteman dengan teman-temannya, sahabat-sahabatnya. Dia sangat merindukan mereka saat ini. Sudah setengah tahun, dan rasa sepi itu semakin menyiksanya di samping rasa rindunya pada Ruu. Dia masih menangis saat terbangun tengah malam, masih berharap jika semua ini hanya mimpi, dan saat dia terbangun semua kembali seperti semula. Dia akan membangunkan Rin, kemudian mereka sarapan bersama, dan pergi ke sekolah dengan setengah berlari mengejar kereta karena dirinya yang selalu lambat dalam menghabiskan sarapan. Rin juga melakukan hal yang sama –tidak mau pergi ke sekolah, padahal dia sudah mempunyai banyak teman, tetapi baginya tak ada teman yang seperti teman-temannya saat masih di sekolah yang lama. Dia juga sangat merindukan mereka. Bila keluar rumah, pasti akan berusaha me

  • Ry & Ruu   Bab 69. Dia Ada Di Osaka

    Satu tahun dan belum ada tanda-tanda keberadaan Ry. Baik di Tokyo maupun di kota lainnya, hasilnya nihil. Ia bahkan meminta bantuan Papa, tetapi Ry dan keluarganya masih belum ditemukan. Meskipun begitu, ia tetap tidak putus asa. Seperti apa yang dikatakan Mama, jika kita tulus berusaha dan mencintai seseorang, pasti akan dimudahkan jalan kita untuk bertemu lagi. Semuanya hanya tinggal menunggu waktu. Kata-kata Mama itulah yang selalu menguatkan Ruu, dan berhasil membuatnya menjadi mahasiswa University of Toyo di tahun ketiga pencariannya terhadap Ry. Setelah memutuskan untuk melanjutkan pendidikan secara homeschooling, Ruu belajar giat agar bisa masuk ke universitas impiannya. Ia menuruti saran Papa untuk tidak terlalu memikirkan masalah pencarian Ry, dan menyerahkan segalanya pada Papa. Bukan hanya Ruu yang mencari Ry, tetapi Shu juga mencari keberadaan Rei. Awalnya memang tidak mudah, pikirannya selalu tertuju pada Ry. Namun, ia tetap berusaha dengan sekuat tenaga. Usaha tidak ak

Bab terbaru

  • Ry & Ruu   Bab 84. Happily Ever After (END)

    Pagi datang lebih cepat dari biasanya bagi Ruu. Suara kicau sekumpulan burung yang bertengger di pagar balkon jendela kamarnya yang membangunkannya. Suara itu lebih dahsyat dari suara jam alarm yang dipasangnya tadi malam. Jam itu terus berbunyi nyaris selama dua jam, tidak berhenti jika ia tidak mematikannya, dengan mata yang masih terpejam. Tadi malam ia tidur lewat tengah malam. Bukan karena begadang, melainkan karena mengerjakan pekerjaan kantornya. Setelah mengantarkan Ry pulang pada pukul sepuluh malam, dan tiba kembali di apartemennya tiga puluh menit kemudian, ia langsung mengerjakannya. Ada beberapa pekerjaan yang belum sempat ia kerjakan. Ia baru mengingatnya setelah berbaring di atas tempat tidur tadi malam. Dengan malas Ruu bangun. Rasanya masih belum puas tidur meskipun sekarang sudah pukul delapan pagi. Ruu sadar jika ia terlambat, dan itu bukan merupakan contoh yang baik bagi bawahannya. Namun, mau bagaimana lagi, walaupun ia bersiap dengan tergesa tetap saja tidak

  • Ry & Ruu   Bab 83. Apakah Ry Mau Menikah Denganku?

    Ruu mengembuskan napas mendengar pertanyaan itu. Tangannya terangkat mengusap tengkuk, dan meneguk ludah susah payah. "Aku ... ancam dia biar nggak ganggu Ry lagi " Mata bulat Ry melebar. "Kok, Ruu gitu?" tanyanya memprotes. "Habisnya dia nyebelin!" Ruu membela diri. "Masa mau sama cewek aku?" Sepasang alis Ry terangkat. "Dia nggak nolak dijodohin sama Ry pas udah liat foto Ry. Dia sampai mutusin ceweknya yang satu fakultas sama aku. Ya, udah, aku hajar aja!" Ry mengerjapkan mata beberapa kali. Apa kata Ruu tadi, menghajar seseorang yang mau dijodohkan dengannya? Astaga! Ry memencet pangkal hidung. Meskipun kesal, tapi dia tidak bisa marah. Hati kecilnya justru menganggap apa yang dilakukan Ruu sangat manis. "Astaga!" Ry menutup mulut dengan kedua tangan. "Maaf, Ry!" kata Ruu cepat, ia tak ingin mendapatkan kemarahan dari ceweknya. Mereka baru saja bertemu sore tadi setelah enam tahun berpisah, akan sangat tidak lucu jika mereka kemudian langsung bertengkar. "Aku cuman berusaha

  • Ry & Ruu   Bab 82. Rencana Perjodohan Ry yang Gagal

    Mata bulat Ry masih berkaca-kaca, tak percaya jika dia benar-benar bertemu dengan cowok yang selama ini dirindukannya . Semua seperti mimpi saja, Ruu datang ke kedai es krim tempatnya bekerja, memesan es krim yang tidak ada dalam daftar menu. Tak ada kedai es krim yang menjual es krim dengan rasa yang tawar, dan Ruu memesannya karena tidak menyukai makanan manis. Konyol memang, tapi Ruu melakukannya hanya ingin dia mengetahui keberadaannya. "Maafin aku, Ry." Ruu menggenggam tangannya erat. "Harusnya sejak awal aku udah tau kalo Ikki pengen kisahin kita, tapi aku nggak tau kalo dia bisa selicik itu."Ry menggeleng. Dia masih belum dapat berbicara. "Aku nyari Ry ke mana-mana selama beberapa bulan awal itu, tapi nggak ketemu. Hampir seluruh Tokyo aku cari, tapi Ry nggak ada. Sampai Papa nawarin aku bantuan dengan satu syarat." Ruu menundukkan kepala. "Aku harus mau lanjutin pendidikan aku."Ry mengangguk. Dia percaya dengan semua yang dikatakan Ruu. Cowok yang duduk di sebelahnya, seda

  • Ry & Ruu   Bab 81. Bertemu Lagi

    Osaka sekarang sama berartinya dengan Tokyo bagi Ruu. Jika dulu ia hanya menganggap Tokyo yang terpenting karena keluarganya tinggal di sana, sejak Papa memberi tahu keberadaan Ry di Osaka, kota ini juga menjadi yang penting untuknya. Ruu bahkan tak menyangka jika ia akan menjadi bagian dari kota ini. Mulai besok ia akan memimpin perusahaan cabang yang berada di sini. Perusahaan cabang yang diberikan Papa padanya seratus persen. Jadi, mulai besok perusahaannya akan berdiri sendiri. Meskipun begitu, ia tetap menggunakan nama perusahaan yang lama. Toh, Papa tidak keberatan dengan itu, malah Papa yang memintanya untuk tidak mengubah nama agar tidak merepotkan. Ruu sedang duduk di sofa ruang tamu di apartemennya setelah menempuh perjalanan lebih dari setengah hari mengendarai mobil. Rencana ia akan beristirahat beberapa jam sebelum menemui Ry nanti sore di tempatnya bekerja. Menurut informasi dari Rin, Ry tidak mengambil cuti dan tetap bekerja meskipun di akhir pekan. Satu perubahan y

  • Ry & Ruu   Bab 80. Pindah Ke Osaka

    Satu bulan ternyata tidak selama yang dipikirkan Ruu, waktu tiga puluh hari justru berjalan sangat cepat. Apalagi diselingi dengan celotehan Rin melalui setiap pesan yang dikirimkannya. Terkadang cewek yang sekarang sudah dekat kembali dengan Go itu mengiriminya video Ry saat mereka sedang mengobrol berdua, terkadang hanya mengirimkan suara Ry saja. Tiga tahun lagi dilalui dan Ry tetap tak berubah. Wajahnya masih menggemaskan dengan pipi yang masih saja sebulat bakpao. Seandainya saja bisa –Ry berada di dekatnya– akan dicubitnya pipi itu. Mungkin ia akan melakukannya nanti saat mereka bertemu.Omong-omong soal pertemuan mereka, ia tidak memberi tahu siapa-siapa. Yang pasti ia akan menemui Ry saat masa tiga tahun terakhir, berakhir. Untuk tempat, ia masih belum menentukannya. Ia memang memiliki nomor ponsel Ry, Rin yang memberikannya. Awalnya cewek itu tidak mau memberitahunya, Rin malah meminta pertukaran, nomor ponsel Ry dengan alasan kenapa ia tak ingin Ry melihatnya. Namun, setel

  • Ry & Ruu   Bab 79. Tiga Tahun Berlalu

    Benda pipih persegi panjang itu sudah sejak beberapa menit yang lalu berada di tangan Ruu. Ia menggunakannya untuk berbalas pesan dengan Rin. Setelah makan malam dan sesi penjatuhan hukuman selesai, Ruu langsung masuk ke kamar tidurnya dan menghubungi Rin. Ia mengirimkannya pesan melalui sebuah aplikasi. Ruu tidak menggunakan laptop, ia menggunakan benda itu untuk kepentingan belajarnya. Untuk hal lain, ia selalu menggunakan ponsel, termasuk berkirim pesan dengan Rin. [Pokoknya Rin jangan kasih tau Ry dulu, atau aku akan kena masalah] - RuuBerulangkali Ruu memberikan alasan pada Rin agar tidak memberikan nomor ponselnya pada Ry. Cewek yang sekarang juga sudah kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Osaka itu ingin memberikan nomornya kepada kakaknya. Kata Rin, sampai sekarang Ry masih berusaha mencari informasi tentangnya. Kabar yang membuatnya nyaris melompat-lompat tadi saling senangnya. Ry masih mencintai dan masih mengharapkannya, perasaan mereka masih sama. Sekarang,

  • Ry & Ruu   Bab 78. Tunggu Aku Tiga Tahun Lagi

    Ruu menundukkan kepala, pasrah dengan hukuman yang diberikan Papa. Ia ketahuan Rin, itu sudah cukup buruk baginya. Beruntung bukan Ry yang mengenalinya, bisa-bisa hukumannya jauh lebih berat dari sekarang. Ia tidak diperbolehkan lagi pergi ke Osaka, tidak sebelum ia lulus kuliah dan membuktikan jika dirinya mampu memimpin salah satu cabang perusahaan Papa yang berada di Tokyo sini. Jika berhasil maka Papa akan memberikan perusahaannya yang berada di Osaka, dan membiarkannya bertemu dengan Ry. Kedengarannya sangat tidak adil memang, tetapi ia tetap menerimanya. Semua memang salahnya yang menatap terlalu lama, tanpa sadar. Ia lupa jika Rin orangnya terlalu curiga, Rin bukan Ry yang tidak peka. Waktu tiga tahun bukanlah waktu yang lama, ia hanya harus lebih bersabar lagi. Ia bisa menggunakan waktu tiga tahun tambahan hukuman tanpa dapat melihat Ry secara langsung lagi, dengan lebih giat belajar. Ia yakin dapat melakukannya, ia harus lulus dengan nilai cumlaude terbaik sebagai pembukti

  • Ry & Ruu   Bab 77. Ketahuan

    Paman gendut membawa nampan berisi dua buah mangkuk ramen ke meja Ry dan Rin. Sepertinya dia sangat tahu kapan kedua cewek itu datang sehingga membuatkan pesanan mereka bersamaan dengan miliknya. Diam-diam Ruu mengaguminya dalam hati."Untuk Ry tanpa narutomaki!" Paman gendut meletakkan mangkuk pertama di depan Ry. Mangkuk itu tanpa kue ikan yang tidak disukai Ry. Paman gendut sudah mengingatnya, seminggu ini ia selalu menyajikan ramen untuk Ry tanpa narutomaki. "Ini untuk Rin!" Ia meletakkan sebuah mangkuk lagi tepat di depan Rin. "Terima kasih, Paman!" Kedua cewek itu berkata bersamaan. Ruu tersenyum mendengarnya. Sengaja ia tidak melirik ataupun menatap mereka secara langsung lagi, ia tak ingin menimbulkan kecurigaan. Rin beberapa kali memergokinya tengah menatap mereka. Ia tak ingin ketahuan, atau semua akan semakin sulit. Ruu semakin menurunkan topinya, ia merasa sedang diawasi. Terpaksa ia mempercepat makannya, dan meninggalkan kedai lebih cepat dari minggu sebelumnya. Ia jug

  • Ry & Ruu   Bab 76. Osaka (Lagi)

    Udara pagi memang lebih bersih bila dibandingkan pada siang hari. Sinar matahari yang hangat semakin menambah kesan sehat. Di dalam Shinkansen yang akan membawanya ke Osaka, Ruu memilih menghabiskan waktu untuk membaca. Bukan buku komik seperti yang biasa dibaca Ry, melainkan buku tentang bisnis. Ini adalah saran Papa agar ia tidak merasa bosan berada di dalam kereta cepat ini selama lebih dari dua jam. Bukan ide yang buruk karena waktu dua jam perjalanan seperti tak terasa, tahu-tahu kereta sudah berhenti di stasiun Shin-Osaka, tempat perhentiannya. Ruu turun bersama dengan para penumpang yang mempunyai tujuan yang sama.Ini adalah hari Minggu di pekan kedua ia diperbolehkan menemui Ry oleh Papa. Bukan menemui dalam artian sebenarnya, ia hanya diperbolehkan melihatnya dari jauh saja. Ia tidak boleh terlihat apalagi sampai bertegur sapa, sebagai salah satu syarat agar Papa tetap membantunya. Jika ia sampai melanggar sekali saja, maka Papa akan membiarkan laki-laki mana pun untuk mend

DMCA.com Protection Status