Pagi yang sangat cerah, matahari ikut tersenyum melihat para karyawan yang bekerja dengan semangat. Di perusahaan cabang, aktivitas berlangsung dengan intensitas tinggi. Sudarta, seorang profesional yang tekun, sudah siap menghadapi sebuah konflik yang tengah membelit perusahaan ini.
Konflik itu berkaitan dengan ketidaksesuaian data keuangan antara perusahaan pusat dan cabang di Majalengka. Angka-angka yang seharusnya sejalan, kini berbeda. Sudarta, sebagai seorang auditor, merasa tanggung jawab untuk mengungkap kebenaran di balik perbedaan ini. Namun, sebelum dia dapat memulai audit, ada satu langkah penting yang harus diambil izin dari perusahaan pusat. Sudarta mengajukan permohonan dengan hati-hati. Dia tahu bahwa audit bukan hanya sekadar menghitung angka, tetapi juga mengungkap benang-benang yang tersembunyi. Izin audit keuangan bukanlah hal yang sepele. Sudarta harus memenuhi persyaratan yang ketat. Pagi yang sangat cerah menyambut para karyawan di PT Ruswan Tekstil Indonesia. Matahari ikut tersenyum melihat kerja keras mereka. Di tengah semangat pagi itu, Sudarta, asisten setia Ruswanda, telah mempersiapkan diri untuk menghadapi sebuah konflik di perusahaan cabang. "Pa Ruswanda, mau tidak mau kita harus pergi ke sana," kata Sudarta dengan tegas. Ruswanda mengangguk serius. "Lalu, bagaimana caranya?" Sudarta tersenyum misterius. "Saya akan mencoba menyamar di sana, Pak," sahutnya. "Saya ingin tahu apakah benar perusahaan cabang melakukan korupsi. Tentu saja, kita harus menjadi karyawan di sana untuk mengungkap kebenaran." Ruswanda memandang Sudarta dengan penuh keyakinan. "Baiklah, kalau begitu, saya serahkan padamu, Sudarta." Dengan tekad yang kuat, Sudarta berjanji akan menemukan benang-benang kebenaran di antara konflik dan ketidakjujuran. Di balik layar perusahaan, ada rahasia yang harus terungkap, dan mereka berdua siap menjalin benang investigasi yang tak terputus. Awalnya, Sudarta merencanakan strategi yang tak biasa. Dia akan menyamar sebagai tukang bersih-bersih di perusahaan cabang. Tujuannya? Menemukan titik terang dari narasumber karyawan yang bekerja di sana. Apakah benar karyawan tidak digaji atau gaji mereka tidak sesuai? Dengan sapu dan kantong plastik di tangannya, Sudarta berpura-pura menyapu halaman perusahaan. Dia mengamati setiap sudut, mendengarkan percakapan di lorong-lorong, dan mencatat setiap kejanggalan. Karyawan yang lelah, wajah yang tegang, dan bisikan-bisikan di antara mereka semua menjadi benang-benang yang harus diikat. Sudarta tahu bahwa kebenaran tersembunyi di antara debu dan sampah. Dia berharap bisa menemukan bukti yang akan membuka mata Ruswanda dan mengungkap misteri di balik perusahaan cabang yang terpuruk. Namun, dia juga menyadari bahwa risiko menyamar sangatlah tinggi. Jika ketahuan, dia bisa kehilangan kesempatan untuk menggali lebih dalam. Sudarta menyusuri lorong-lorong pabrik dengan hati-hati. Dia berbicara dengan karyawan yang tampaknya memiliki informasi penting. Beberapa dari mereka mengeluh tentang gaji yang tak kunjung dibayarkan, sementara yang lain merasa ada ketidaksesuaian antara catatan keuangan dan realitas di lapangan. Di balik sapu dan debu, ada kebenaran yang menunggu untuk diungkap. Dan Sudarta bertekad untuk menemukannya, demi keadilan dan masa depan perusahaan. Sudarta mendengarkan dengan seksama cerita Aditya, salah satu karyawan tukang sapu. Anak Aditya sedang sakit, namun perusahaan tidak memberikan pelayanan yang seharusnya. Aditya mengutip undang-undang kinerja yang menyatakan bahwa anak yang sedang sakit berhak mendapatkan sumbangan dari perusahaan. Namun, Sudarta tahu bahwa aturan mengenai cuti sakit dan hak karyawan berbeda-beda. Berdasarkan peraturan, untuk masa sakit selama 4 bulan pertama, karyawan tetap berhak menerima 100% dari upah. Kemudian, selama 4 bulan kedua, mereka akan dibayar 75% dari upah. Untuk 4 bulan ketiga, pembayaran akan menjadi 50% dari upah, dan setelah itu, selama bulan-bulan berikutnya, karyawan akan menerima 25% dari upah sebelum pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh perusahaan. Sudarta merasa perlu menggali lebih dalam. Dia akan mencari bukti yang memastikan hak karyawan, termasuk hak anak yang sedang sakit. Sudarta merasa geram dengan tindakan pimpinan cabang yang tidak memberikan pelayanan yang semestinya. Situasi semakin rumit. Dia harus tetap tenang dan berusaha menemukan bukti yang akan membuka mata Ruswanda dan mengungkap kebenaran di balik perusahaan cabang yang terpuruk. Lima hari telah berlalu sejak Sudarta menyamar di perusahaan cabang. Dia telah mencatat laporan demi laporan, mengumpulkan bukti yang menunjukkan adanya keganjilan. Semua data yang terkumpul mengindikasikan bahwa memang ada masalah serius di perusahaan cabang. Sudarta merasa semakin yakin bahwa dia berada di jalur yang benar. Dia tahu bahwa Ruswanda akan memerlukan bukti konkret untuk mengambil tindakan. Sementara itu, di perusahaan pusat, Mustafa duduk di kantornya yang mewah. Mustafa, anak angkat ayahnya Ruswanda, menyimpan dendam yang dalam. Ia iri dengan kesuksesan Ruswanda dan selalu merasa berada di bawah bayang-bayangnya. Mustafa memiliki perangai yang sangat buruk. Diam-diam, ia merencanakan konspirasi untuk menggulingkan Ruswanda dan menguasai PT Ruswan Tekstil Indonesia. Ia tahu bahwa Ruswanda adalah pemimpin yang kuat, dan untuk mencapai tujuannya, ia memasukkan Alex sebagai pimpinan cabang atas dukungan yang sebenarnya berasal dari Ruswanda sendiri. Benang-benang intrik dan ambisi semakin terjalin. Di antara mesin-mesin pabrik dan laporan keuangan, Mustafa berusaha menjalankan rencananya. Namun, apa yang akan terjadi selanjutnya?Alex, itulah nama panggilannya. Dia adalah salah satu pemegang kekuasaan di perusahaan cabang itu, dan menjadi salah satu kaki tangan Mustafa. Kehadirannya di kantor cabang telah menciptakan suasana yang tegang dan penuh ketidakpastian.Pak Sudarta, dengan tekad yang kuat, memutuskan untuk menyamar sebagai kurir makanan. Dia ingin mengungkap kebenaran tentang apa yang terjadi di balik layar. Alex, dengan wajah sombong dan sikap yang merendahkan, membuat aturan seenaknya sendiri. Banyak karyawan yang takut berbicara atau melakukan kesalahan sedikit saja, karena mereka tahu konsekuensinya: potongan gaji atau bahkan pemecatan.Namun, Pak Sudarta memiliki rencana. Dia akan menggali lebih dalam dan mengungkap strategi kelicikan yang mungkin telah merusak integritas perusahaan. Pertarungan antara kebenaran dan kekuasaan baru saja dimulai, dan masa depan perusahaan serta nasib karyawan bergantung pada langkah-langkah yang akan diambil oleh Pak Sudarta. "Eh kurir ? Kenapa datangnya lambat am
Pak Ruswanda berdiri di tengah ruangan, pandangannya tajam. Dia memandang Alex dan Mustafa bergantian, seolah mempertimbangkan pilihan yang akan diambil. Suasana hening, dan semua karyawan menahan napas.Akhirnya, dengan suara yang tenang namun tegas, Pak Ruswanda berkata, "Alex, tindakanmu telah merusak integritas perusahaan ini. Kau akan dipecat dengan segera."Alex terdiam, wajahnya memucat. Dia tidak pernah mengira bahwa segala tindakannya akan berakhir seperti ini.Pak Ruswanda kemudian menoleh pada Mustafa. "Dan kau, Mustafa," katanya, "aku kecewa padamu. Kekeluargaan tidak boleh menghalangi keadilan. Kau juga akan dipecat."Mustafa terkejut dan marah. "Tidak mungkin!" bentaknya. "Aku adalah bagian dari keluarga ini!"Pak Ruswanda mengangguk. "Kita semua harus bertanggung jawab atas tindakan kita," ucapnya. "Perusahaan ini lebih besar dari ego dan kepentingan pribadi kita."Setelah mendengar ucapan tegas dari sang direktur, Alex dan Mustafa merasakan gelombang emosi yang berbeda
Ruswanda terkejut ketika istrinya menunjukkan bekas lipstik di bajunya. Ia bingung harus berkata apa. "Ini apa, Pah?" teriak sang istri. Ruswanda mencoba menjelaskan, "Dengarkan Papah dulu, Mah!" Namun, istrinya tidak mau mendengar. "Apa yang harus Mamah dengarkan dari suami bajingan sepertimu!" ucapnya dengan tajam. Air mata istrinya berlinang. "Kamu menusuk hatiku dan melukaiku, Pah! Sekarang, ini adalah bukti yang jelas. Aku minta cerai denganmu, Pah!" Istrinya pergi dan mendobrak pintu kamar dengan keras, mengagetkan Pak Ruswanda. Tanpa ragu, Pak Ruswanda mengejar istrinya, tak mau tinggal diam.Konflik rumah tangga mereka semakin memanas, dan masa depan mereka pun kini tergantung pada keputusan yang akan diambil. "Mah! Tunggu, jangan tinggalkan Papah!" teriak Pak Ruswanda, tapi istrinya tidak mau mendengar. Tanpa ragu, dia lari dan mengambil salah satu mobilnya, meninggalkan rumah mereka. Pak Ruswanda, sebagai direktur perusahaan dan kepala keluarga, merasa kebingungan. Entah a
Pagi yang cerah menyinari gedung PT. Ruswan Tekstil Indonesia (PT RSTI) dari ufuk barat hingga timur. Karyawan-karyawan berangkat ke tempat kerja sesuai aturan pemerintah, bekerja 7 jam dalam sehari. Mereka memulai pekerjaanya dimulai dari jam 6 pagi. Sudarta, yang kini menggantikan posisi Alex di perusahaan cabang, duduk di ruangannya. PT RSTI, perusahaan tekstil terbesar di Indonesia, hampir mengalami kebangkrutan akibat skandal yang melibatkan Alex. Namun, sekarang semua itu telah berubah. Sudarta memegang kendali perusahaan ini. Seorang sekretaris menyapa Sudarta dengan ramah, "Selamat pagi, Pak Sudarta." "Pagi," jawab Sudarta. "Apakah hari ini ada karyawan yang melamar pekerjaan?" "Sudah ada, Pak. Dia sudah menunggu di depan," kata sekretaris tersebut. **Benang-Benang Skandal dan Pengampunan** Pagi yang cerah menyinari gedung PT. Ruswan Tekstil Indonesia (PT RSTI) dari ufuk barat hingga timur. Karyawan-karyawan berangkat ke tempat kerja sesuai aturan pemerintah, memulai har
Ruswanda berada dalam situasi yang mematikan. Di tengah kegelapan malam, preman-preman mengancamnya dengan pisau. Mereka tahu dia adalah CEO PT RSTI dengan harta melimpah. Ruswanda merasa tekanan berat, namun dia tidak akan menyerah begitu saja.Dengan tenang, dia mengangkat tangannya. "Baiklah," ucapnya dengan suara mantap. "Saya akan memberikan apa yang kalian inginkan."Preman-preman itu tersenyum, tetapi mata mereka tetap waspada. Mereka mengira Ruswanda akan menyerahkan uangnya tanpa perlawanan. Namun, apa yang terjadi selanjutnya membuat mereka terkejut.Ruswanda tiba-tiba menendang pisau dari tangan salah satu preman. Dalam sekejap, dia merebut pisau itu dan menghadap mereka dengan mata penuh tekad. "Kalian pikir saya akan menyerah begitu saja?" ucapnya tegas. "Saya CEO, dan saya tidak akan membiarkan diri saya diperdaya!"Pemuda misterius itu tiba-tiba muncul, wajahnya yang rupawan dan motor gedenya menarik perhatian. Dia berdiri di antara Ruswanda dan para preman, dengan sika
Abidin menatap Nayla dengan ragu. Dia tahu bahwa keputusannya akan mempengaruhi banyak hal. Dalam hatinya, dia berjuang antara kewajiban sebagai anak dan kebenaran yang harus diungkap.Akhirnya, dengan suara lirih, Abidin menjawab, "Ya, saya anaknya Mustafa."Nayla mengepalkan tangan. "Jadi, apa yang akan kamu lakukan sekarang?"Abidin menghela nafas. "Saya belum tahu. Tapi satu hal pasti, aku akan merebut kembali kekuasaan di perusahaan ini demi ayahku.”Dengan tatapan yang penuh teka-teki, Nayla berkata, "Kita akan lihat apa yang akan terjadi selanjutnya.” ucapnya dengan nada misterius. Dia berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Abidin dengan pertanyaan yang belum terjawab. Di dalam hatinya, Nayla merencanakan langkah-langkah lebih lanjut.Tiba-tiba Sudarta memanggil Abidin dan Nayla untuk berfoto bersama-sama dan keduanya kembali ke perayaan, masing-masing membawa beban rahasia yang tak terungkap. Setelah pesta selesai, Sudarta merasa sangat berterimakasih atas jamuan yang dil
Pagi hari telah tiba. Ayam-ayam berkokok dengan semangat, menyambut matahari yang perlahan bangkit dari tidurnya. Di rumah Sudarta, dua dunia berbeda bersiap memulai hari.Sudarta, seorang pria paruh baya dengan wajah yang penuh keriput, bangun dari tempat tidurnya. Ia mengenakan kemeja putih dan dasi, siap untuk pergi ke kantornya. Sudarta adalah seorang manajer di perusahaan Cabang milik Ruswanda, sebuah perusahaan tekstil yang telah berdiri puluhan tahun. Ia memiliki mimpi besar untuk mengembangkan perusahaan ini lebih jauh lagi.Namun, di kamar sebelah, ada kegembiraan yang berbeda. Marcel, anak pertama Sudarta, sudah bersiap-siap untuk pergi kuliah. Marcel adalah anak tertua dari empat bersaudara. Sudarta selalu memberikan pendidikan terbaik untuk Marcel, hingga ia berhasil meraih gelar S2. Sudarta berharap Marcel bisa menggantikannya di perusahaan ayahnya.Marcel memilih jurusan tekstil. Ia belajar dengan tekun, menguasai ilmu tentang serat, pola, dan warna. Ia bercita-cita menj
"Pak Sudarta," sapanya lembut. "Selamat malam, Pak Sudarta."Sudarta merasa tidak asing dengan suara itu. Dia mengangkat wajahnya dan menemukan Nayla berdiri di ambang pintu. Wanita itu memiliki mata tajam dan senyum misterius. Rambutnya tergerai, dan dia memegang amplop bersegel merah."Selamat malam, Nayla," jawab Sudarta. "Masuklah."Nayla melangkah masuk ke ruangan. Sudarta memperhatikan setiap gerakannya. Siapa lagi jika bukan Nayla, sekretaris Ruswanda dari perusahaan pusat. Dia tahu bahwa Nayla datang dengan tujuan khusus. Agen tim dari Malaysia akan segera tiba, dan Nayla ingin memastikan semuanya berjalan lancar.Namun, Sudarta memiliki rahasia yang belum terungkap. Surat kaleng yang dia temukan tadi di meja masih ada di sakunya. Dia harus berhati-hati. Nayla tidak boleh tahu apa yang terjadi."Saya ingin melihat bagaimana keadaan kantor cabang sebelum agen tim datang," kata Nayla. "Pak Ruswanda memerintahkan saya untuk membantu menyiapkan segala sesuatunya."Sudarta mengangg