Ruswanda terkejut ketika istrinya menunjukkan bekas lipstik di bajunya. Ia bingung harus berkata apa. "Ini apa, Pah?" teriak sang istri.
Ruswanda mencoba menjelaskan, "Dengarkan Papah dulu, Mah!" Namun, istrinya tidak mau mendengar. "Apa yang harus Mamah dengarkan dari suami bajingan sepertimu!" ucapnya dengan tajam. Air mata istrinya berlinang. "Kamu menusuk hatiku dan melukaiku, Pah! Sekarang, ini adalah bukti yang jelas. Aku minta cerai denganmu, Pah!" Istrinya pergi dan mendobrak pintu kamar dengan keras, mengagetkan Pak Ruswanda. Tanpa ragu, Pak Ruswanda mengejar istrinya, tak mau tinggal diam. Konflik rumah tangga mereka semakin memanas, dan masa depan mereka pun kini tergantung pada keputusan yang akan diambil. "Mah! Tunggu, jangan tinggalkan Papah!" teriak Pak Ruswanda, tapi istrinya tidak mau mendengar. Tanpa ragu, dia lari dan mengambil salah satu mobilnya, meninggalkan rumah mereka. Pak Ruswanda, sebagai direktur perusahaan dan kepala keluarga, merasa kebingungan. Entah apa yang harus dia lakukan saat ini. Istrinya pergi dengan mobil pribadinya, meninggalkan dirinya dalam keheningan yang mencekam. Namun, tanpa sepengetahuan Pak Ruswanda, Nayla telah mengikuti dari belakang saat Pak Ruswanda pulang. Nayla hanya ingin memastikan bahwa keluarga Ruswanda benar-benar hancur dan terpisah antara istrinya dan Pak Ruswanda. Strategi Nayla rupanya berhasil, dan dia hanya bisa tersenyum saat mendengar suara kegaduhan di rumah sang direktur. Istrinya pergi dengan mobilnya, dan tak seorang pun tahu kemana dia akan pergi. Nayla yang menyaksikan itu semua, ia merasa puas dengan hasil yang dicapainya. Keluarga Pak Ruswanda telah hancur, dan dia merasa berhasil. Dalam hatinya, dia bergumam, "Yes, akhirnya berhasil juga membuat keluarga Pak Ruswanda hancur." Namun, dia menyimpan senyumnya untuk dirinya sendiri. Saat itu, selang beberapa menit, Pak Ruswanda rupanya mengejar istrinya dengan mobil pribadinya. Karena bagaimanapun juga, Pak Ruswanda berselingkuh dengan Nayla hanyalah bermain-main saja. Karena Ruswanda masih mencintai istrinya. "Tin! Tin!" Suara klakson yang begitu kencang terdengar dari mobil Pak Ruswanda di belakang. Ia langsung menancapkan gas sehingga mobil istrinya bisa diapit oleh mobil sang direktur. Mobil yang dikemudikan istrinya langsung berhenti setelah suaminya menghalangi jalannya. Saat itu juga, Pak Ruswanda keluar dan mengetuk pintu mobil istrinya. "Mah! Tolonglah beri kesempatan, Papah. Papah tak ingin pisah denganmu," teriak Ruswanda. Dan pada akhirnya, sang direktur pun bisa meluluhkan hati sang istrinya. Wati, itulah sebutan untuk istri Pak Ruswanda. Wati, dengan hati yang terguncang, memandang suaminya. Air mata masih mengalir di pipinya, dan dia merasa bingung. Namun, ketika melihat ekspresi Pak Ruswanda yang penuh kerinduan dan ketulusan, hatinya luluh. Dia membuka pintu mobil dan keluar. "Dengarkan baik-baik, suamiku," ucap Wati dengan suara lembut. "Aku tidak ingin perpisahan ini terjadi, tapi kita harus menyelesaikan masalah kita. Kita perlu bicara lebih lanjut." Pak Ruswanda mengangguk, dan keduanya duduk di kursi mobil. Di bawah cahaya bulan, mereka berbicara tentang perasaan, kekhawatiran, dan masa depan mereka. Wati masih ragu, tapi dia tahu bahwa cinta dan komitmen mereka layak untuk diperjuangkan. Malam itu, di bawah langit yang penuh bintang, mereka berjanji untuk saling mendengarkan dan mencari solusi bersama. Keputusan tentang kelanjutan pernikahan mereka akan diambil dengan bijaksana, dan mereka berdua berharap untuk menemukan jalan yang terbaik. +++ Pagi yang sangat cerah menyinari gedung perusahaan pusat. Semua karyawan kembali ke rutinitas mereka, mencoba melupakan masa-masa sulit yang baru saja terjadi. Data keuangan telah diperbaiki, Mustafa dan Alex dipecat sebagai konsekuensi dari skandal yang mengguncang perusahaan. Namun, Mustafa, anak angkat dari ayahnya Ruswanda, masih berada di luar jeratan hukum. Meskipun dia adalah biang kerok dari semua masalah ini, kasih sayang Ruswanda membuatnya terhindar dari konsekuensi yang seharusnya dia terima. Ruswanda memaafkan kesalahan Mustafa karena ayahnya telah memberikan kasih sayang padanya, Sehingga ia mengabaikan fakta bahwa anak angkat ayahnya sendiri telah merusak reputasi perusahaan. Bagaimanapun dengan Mustafa, tidak akan berhenti sampai di situ. Dendamnya terhadap Sudarta semakin membara. Sudarta, yang kini telah membantu Ruswanda memulihkan perusahaan, menjadi target balas dendam Mustafa. "Sialan kau, Sudarta! Aku akan membalas dendam atas perbuatanmu," Mustafa menggertakkan giginya, mata memerah karena amarah. Sudarta, musuh bebuyutannya, telah merusak segalanya. Namun, tiba-tiba suara anaknya memecah keheningan. "Ayah! Apa ada di dalam kamar?" tanya Abidin. Mustafa merenung sejenak. Ide balas dendam melalui anaknya muncul di benaknya. Dia tahu bahwa anaknya adalah kunci untuk menghancurkan Sudarta, musuh bebuyutannya. Dengan hati-hati, Mustafa merencanakan langkah demi langkah. Dia akan memanfaatkan hubungan dekat antara Abidin dan Sudarta. Pertama, dia akan memancing Sudarta agar semakin dekat dengan Abidin. Kemudian, dia akan mengungkapkan rahasia yang dapat mengguncang dunia Sudarta. Mustafa tahu bahwa rencananya berbahaya. Namun, dendam dan keinginannya untuk membalas Sudarta telah menguasai pikirannya. "Sebentar, ayah akan keluar, Nak!" kata Mustafa dengan suara bergetar. "Atau kamu masuk ke dalam saja," lanjutnya, matanya memandang tajam. Abidin menatap ayahnya, wajahnya penuh pertanyaan. Dia memasuki kamar, dan suasana tegang semakin terasa. "Abidin, apa yang ingin kamu lakukan hari ini?" tanya Mustafa, suaranya rendah. "Ayah, apakah ayah tidak bekerja hari ini?" kata Abidin, mencoba memahami situasi. "Tidak, Nak. Ayah sudah dipecat," jawab Mustafa dengan tegas. Kemudian, Mustafa menceritakan segalanya kepada anaknya. Dari awal hingga akhir, dia menguraikan skandal dan tujuannya. Abidin akan menjadi pemain kunci dalam benang-benang balas dendam ini, dan semuanya tergantung pada keberanian dan kesetiaannya. Abidin menatap ayahnya dengan mata terbuka lebar. Cerita yang Mustafa bagikan padanya mengguncang dunianya. Dia merasakan beban tanggung jawab yang tak terduga, seolah benang-benang skandal dan dendam telah mengikatnya. "Apakah kita harus melakukan ini, Ayah?" gumam Abidin, suaranya gemetar. "Apakah ini benar-benar satu-satunya cara?" Mustafa memandang anaknya dengan penuh harapan. "Kita harus mengakhiri ini, Nak," katanya tegas. "Sudarta telah merusak segalanya. Kita harus memulihkan kehormatan keluarga kita." Abidin menggigit bibirnya, memikirkan apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Benang-benang skandal dan pengkhianatan semakin rumit, dan dia merasa seperti berada di ambang keputusan yang mengubah segalanya.Pagi yang cerah menyinari gedung PT. Ruswan Tekstil Indonesia (PT RSTI) dari ufuk barat hingga timur. Karyawan-karyawan berangkat ke tempat kerja sesuai aturan pemerintah, bekerja 7 jam dalam sehari. Mereka memulai pekerjaanya dimulai dari jam 6 pagi. Sudarta, yang kini menggantikan posisi Alex di perusahaan cabang, duduk di ruangannya. PT RSTI, perusahaan tekstil terbesar di Indonesia, hampir mengalami kebangkrutan akibat skandal yang melibatkan Alex. Namun, sekarang semua itu telah berubah. Sudarta memegang kendali perusahaan ini. Seorang sekretaris menyapa Sudarta dengan ramah, "Selamat pagi, Pak Sudarta." "Pagi," jawab Sudarta. "Apakah hari ini ada karyawan yang melamar pekerjaan?" "Sudah ada, Pak. Dia sudah menunggu di depan," kata sekretaris tersebut. **Benang-Benang Skandal dan Pengampunan** Pagi yang cerah menyinari gedung PT. Ruswan Tekstil Indonesia (PT RSTI) dari ufuk barat hingga timur. Karyawan-karyawan berangkat ke tempat kerja sesuai aturan pemerintah, memulai har
Ruswanda berada dalam situasi yang mematikan. Di tengah kegelapan malam, preman-preman mengancamnya dengan pisau. Mereka tahu dia adalah CEO PT RSTI dengan harta melimpah. Ruswanda merasa tekanan berat, namun dia tidak akan menyerah begitu saja.Dengan tenang, dia mengangkat tangannya. "Baiklah," ucapnya dengan suara mantap. "Saya akan memberikan apa yang kalian inginkan."Preman-preman itu tersenyum, tetapi mata mereka tetap waspada. Mereka mengira Ruswanda akan menyerahkan uangnya tanpa perlawanan. Namun, apa yang terjadi selanjutnya membuat mereka terkejut.Ruswanda tiba-tiba menendang pisau dari tangan salah satu preman. Dalam sekejap, dia merebut pisau itu dan menghadap mereka dengan mata penuh tekad. "Kalian pikir saya akan menyerah begitu saja?" ucapnya tegas. "Saya CEO, dan saya tidak akan membiarkan diri saya diperdaya!"Pemuda misterius itu tiba-tiba muncul, wajahnya yang rupawan dan motor gedenya menarik perhatian. Dia berdiri di antara Ruswanda dan para preman, dengan sika
Abidin menatap Nayla dengan ragu. Dia tahu bahwa keputusannya akan mempengaruhi banyak hal. Dalam hatinya, dia berjuang antara kewajiban sebagai anak dan kebenaran yang harus diungkap.Akhirnya, dengan suara lirih, Abidin menjawab, "Ya, saya anaknya Mustafa."Nayla mengepalkan tangan. "Jadi, apa yang akan kamu lakukan sekarang?"Abidin menghela nafas. "Saya belum tahu. Tapi satu hal pasti, aku akan merebut kembali kekuasaan di perusahaan ini demi ayahku.”Dengan tatapan yang penuh teka-teki, Nayla berkata, "Kita akan lihat apa yang akan terjadi selanjutnya.” ucapnya dengan nada misterius. Dia berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Abidin dengan pertanyaan yang belum terjawab. Di dalam hatinya, Nayla merencanakan langkah-langkah lebih lanjut.Tiba-tiba Sudarta memanggil Abidin dan Nayla untuk berfoto bersama-sama dan keduanya kembali ke perayaan, masing-masing membawa beban rahasia yang tak terungkap. Setelah pesta selesai, Sudarta merasa sangat berterimakasih atas jamuan yang dil
Pagi hari telah tiba. Ayam-ayam berkokok dengan semangat, menyambut matahari yang perlahan bangkit dari tidurnya. Di rumah Sudarta, dua dunia berbeda bersiap memulai hari.Sudarta, seorang pria paruh baya dengan wajah yang penuh keriput, bangun dari tempat tidurnya. Ia mengenakan kemeja putih dan dasi, siap untuk pergi ke kantornya. Sudarta adalah seorang manajer di perusahaan Cabang milik Ruswanda, sebuah perusahaan tekstil yang telah berdiri puluhan tahun. Ia memiliki mimpi besar untuk mengembangkan perusahaan ini lebih jauh lagi.Namun, di kamar sebelah, ada kegembiraan yang berbeda. Marcel, anak pertama Sudarta, sudah bersiap-siap untuk pergi kuliah. Marcel adalah anak tertua dari empat bersaudara. Sudarta selalu memberikan pendidikan terbaik untuk Marcel, hingga ia berhasil meraih gelar S2. Sudarta berharap Marcel bisa menggantikannya di perusahaan ayahnya.Marcel memilih jurusan tekstil. Ia belajar dengan tekun, menguasai ilmu tentang serat, pola, dan warna. Ia bercita-cita menj
"Pak Sudarta," sapanya lembut. "Selamat malam, Pak Sudarta."Sudarta merasa tidak asing dengan suara itu. Dia mengangkat wajahnya dan menemukan Nayla berdiri di ambang pintu. Wanita itu memiliki mata tajam dan senyum misterius. Rambutnya tergerai, dan dia memegang amplop bersegel merah."Selamat malam, Nayla," jawab Sudarta. "Masuklah."Nayla melangkah masuk ke ruangan. Sudarta memperhatikan setiap gerakannya. Siapa lagi jika bukan Nayla, sekretaris Ruswanda dari perusahaan pusat. Dia tahu bahwa Nayla datang dengan tujuan khusus. Agen tim dari Malaysia akan segera tiba, dan Nayla ingin memastikan semuanya berjalan lancar.Namun, Sudarta memiliki rahasia yang belum terungkap. Surat kaleng yang dia temukan tadi di meja masih ada di sakunya. Dia harus berhati-hati. Nayla tidak boleh tahu apa yang terjadi."Saya ingin melihat bagaimana keadaan kantor cabang sebelum agen tim datang," kata Nayla. "Pak Ruswanda memerintahkan saya untuk membantu menyiapkan segala sesuatunya."Sudarta mengangg
Hari Minggu yang sangat cerah, Sudarta duduk di teras rumahnya, memandang langit biru yang tak berawan. Semalam, perasaannya bercampur aduk. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Besok Senin, agen tim dari Malaysia akan datang untuk menginspeksi perusahaan cabang PT. RSTI yang telah dia bangun dengan susah payah.Sudarta menggigit bibirnya. Di satu sisi, dia memikirkan nasib dirinya dalam masa lalu. Kenangan tentang Vina, wanita PSK yang pernah dia sakiti, menghantuinya. Dia merasa bersalah dan ingin menebus kesalahannya. Namun, disisi lain, dia sudah berhasil sejauh ini. Perusahaan cabangnya berkembang pesat, dan dia telah menciptakan lapangan kerja bagi banyak orang.Dia menatap surat kaleng yang masih ada di tangannya. Apakah ini permainan Mustafa? Ataukah ada yang lebih dalam? Mustafa, musuh lamanya, selalu mengintai di balik layar. Sudarta tahu dia harus berhati-hati.Tiba-tiba, teleponnya berdering. Dia mengambilnya dan melihat nama Nayla di layar. Nayla, sekretaris Ruswand
Suasana ruangan berubah seketika ketika pintu terbuka. "Selamat pagi semuanya," ucap direktur dengan tegas. Tiba-tiba, dia menghampiri mereka, dan tatapannya menyapu ruangan. Sudarta, Ruswanda, dan Subroto terpesona, seolah-olah waktu berputar mundur dan membawa mereka ke masa lalu.Ruswanda, seorang direktur yang berpengaruh, memperkenalkan mereka. "Pak Sudarta, kenalkan ini saudara iparku, Subroto."Sudarta mengangguk, hatinya berdebar. "Iya, Pak! Saya sudah mengenalnya sejak kecil. Beliau ini adalah teman semasa SD. Tidak menyangka bahwa dia adalah adik ipar Anda, Pak."Subroto tersenyum, matanya penuh makna. Rahasia masa lalu dan masa depan terpampang di hadapan mereka.Saat mereka berbincang-bincang, Nayla memperhatikan Sudarta dan Subroto. Matanya menyimpan rencana jahat. Di samping Sudarta, Abidin sebagai orang kepercayaan juga membantu rencana Nayla.Nayla, wanita yang menyimpan dendam, merencanakan kejahatan dengan cermat. Dia ingin meracuni Subroto, teman masa kecil Sudarta,
Malam itu, Istrinya masih belum sadarkan diri karena racun dalam tubuhnya belum sepenuhnya pulih. Sudarta memutuskan untuk menginap di rumah sakit malam itu, menjaga istrinya dengan penuh kekhawatiran.Sudarta tertidur di samping istrinya yang sedang berbaring, tiba-tiba suara memanggilnya, "Sudarta, Sudarta!" Sahutnya. Berdiri seorang perempuan yang dulu pernah menemani tidurnya.Seorang perempuan yang susah payah, namun ia memanfaatkannya demi nafsu birahinya.Seorang perempuan, yang telah lama ia lukai kini muncul dalam alam bawah sadarnya. "Vina! Apa yang kamu lakukan dengan istriku?" Kata Sudarta dengan nada gemetar."Inilah balas dendam, Sudarta. Kau telah merenggut keperawananku, dan kini aku balas dengan merenggut nyawa istrimu," ucap perempuan itu dengan mata yang memancarkan kebencian. Cahaya rembulan menyilaukan wajahnya yang pucat dan rambutnya yang terurai. Sudarta terpaku, terjebak dalam konflik yang lebih rumit daripada yang pernah dia bayangkan. Mata Sudarta terbelala