Ruswanda berada dalam situasi yang mematikan. Di tengah kegelapan malam, preman-preman mengancamnya dengan pisau. Mereka tahu dia adalah CEO PT RSTI dengan harta melimpah. Ruswanda merasa tekanan berat, namun dia tidak akan menyerah begitu saja.Dengan tenang, dia mengangkat tangannya. "Baiklah," ucapnya dengan suara mantap. "Saya akan memberikan apa yang kalian inginkan."Preman-preman itu tersenyum, tetapi mata mereka tetap waspada. Mereka mengira Ruswanda akan menyerahkan uangnya tanpa perlawanan. Namun, apa yang terjadi selanjutnya membuat mereka terkejut.Ruswanda tiba-tiba menendang pisau dari tangan salah satu preman. Dalam sekejap, dia merebut pisau itu dan menghadap mereka dengan mata penuh tekad. "Kalian pikir saya akan menyerah begitu saja?" ucapnya tegas. "Saya CEO, dan saya tidak akan membiarkan diri saya diperdaya!"Pemuda misterius itu tiba-tiba muncul, wajahnya yang rupawan dan motor gedenya menarik perhatian. Dia berdiri di antara Ruswanda dan para preman, dengan sika
Abidin menatap Nayla dengan ragu. Dia tahu bahwa keputusannya akan mempengaruhi banyak hal. Dalam hatinya, dia berjuang antara kewajiban sebagai anak dan kebenaran yang harus diungkap.Akhirnya, dengan suara lirih, Abidin menjawab, "Ya, saya anaknya Mustafa."Nayla mengepalkan tangan. "Jadi, apa yang akan kamu lakukan sekarang?"Abidin menghela nafas. "Saya belum tahu. Tapi satu hal pasti, aku akan merebut kembali kekuasaan di perusahaan ini demi ayahku.”Dengan tatapan yang penuh teka-teki, Nayla berkata, "Kita akan lihat apa yang akan terjadi selanjutnya.” ucapnya dengan nada misterius. Dia berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Abidin dengan pertanyaan yang belum terjawab. Di dalam hatinya, Nayla merencanakan langkah-langkah lebih lanjut.Tiba-tiba Sudarta memanggil Abidin dan Nayla untuk berfoto bersama-sama dan keduanya kembali ke perayaan, masing-masing membawa beban rahasia yang tak terungkap. Setelah pesta selesai, Sudarta merasa sangat berterimakasih atas jamuan yang dil
Pagi hari telah tiba. Ayam-ayam berkokok dengan semangat, menyambut matahari yang perlahan bangkit dari tidurnya. Di rumah Sudarta, dua dunia berbeda bersiap memulai hari.Sudarta, seorang pria paruh baya dengan wajah yang penuh keriput, bangun dari tempat tidurnya. Ia mengenakan kemeja putih dan dasi, siap untuk pergi ke kantornya. Sudarta adalah seorang manajer di perusahaan Cabang milik Ruswanda, sebuah perusahaan tekstil yang telah berdiri puluhan tahun. Ia memiliki mimpi besar untuk mengembangkan perusahaan ini lebih jauh lagi.Namun, di kamar sebelah, ada kegembiraan yang berbeda. Marcel, anak pertama Sudarta, sudah bersiap-siap untuk pergi kuliah. Marcel adalah anak tertua dari empat bersaudara. Sudarta selalu memberikan pendidikan terbaik untuk Marcel, hingga ia berhasil meraih gelar S2. Sudarta berharap Marcel bisa menggantikannya di perusahaan ayahnya.Marcel memilih jurusan tekstil. Ia belajar dengan tekun, menguasai ilmu tentang serat, pola, dan warna. Ia bercita-cita menj
"Pak Sudarta," sapanya lembut. "Selamat malam, Pak Sudarta."Sudarta merasa tidak asing dengan suara itu. Dia mengangkat wajahnya dan menemukan Nayla berdiri di ambang pintu. Wanita itu memiliki mata tajam dan senyum misterius. Rambutnya tergerai, dan dia memegang amplop bersegel merah."Selamat malam, Nayla," jawab Sudarta. "Masuklah."Nayla melangkah masuk ke ruangan. Sudarta memperhatikan setiap gerakannya. Siapa lagi jika bukan Nayla, sekretaris Ruswanda dari perusahaan pusat. Dia tahu bahwa Nayla datang dengan tujuan khusus. Agen tim dari Malaysia akan segera tiba, dan Nayla ingin memastikan semuanya berjalan lancar.Namun, Sudarta memiliki rahasia yang belum terungkap. Surat kaleng yang dia temukan tadi di meja masih ada di sakunya. Dia harus berhati-hati. Nayla tidak boleh tahu apa yang terjadi."Saya ingin melihat bagaimana keadaan kantor cabang sebelum agen tim datang," kata Nayla. "Pak Ruswanda memerintahkan saya untuk membantu menyiapkan segala sesuatunya."Sudarta mengangg
Hari Minggu yang sangat cerah, Sudarta duduk di teras rumahnya, memandang langit biru yang tak berawan. Semalam, perasaannya bercampur aduk. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Besok Senin, agen tim dari Malaysia akan datang untuk menginspeksi perusahaan cabang PT. RSTI yang telah dia bangun dengan susah payah.Sudarta menggigit bibirnya. Di satu sisi, dia memikirkan nasib dirinya dalam masa lalu. Kenangan tentang Vina, wanita PSK yang pernah dia sakiti, menghantuinya. Dia merasa bersalah dan ingin menebus kesalahannya. Namun, disisi lain, dia sudah berhasil sejauh ini. Perusahaan cabangnya berkembang pesat, dan dia telah menciptakan lapangan kerja bagi banyak orang.Dia menatap surat kaleng yang masih ada di tangannya. Apakah ini permainan Mustafa? Ataukah ada yang lebih dalam? Mustafa, musuh lamanya, selalu mengintai di balik layar. Sudarta tahu dia harus berhati-hati.Tiba-tiba, teleponnya berdering. Dia mengambilnya dan melihat nama Nayla di layar. Nayla, sekretaris Ruswand
Suasana ruangan berubah seketika ketika pintu terbuka. "Selamat pagi semuanya," ucap direktur dengan tegas. Tiba-tiba, dia menghampiri mereka, dan tatapannya menyapu ruangan. Sudarta, Ruswanda, dan Subroto terpesona, seolah-olah waktu berputar mundur dan membawa mereka ke masa lalu.Ruswanda, seorang direktur yang berpengaruh, memperkenalkan mereka. "Pak Sudarta, kenalkan ini saudara iparku, Subroto."Sudarta mengangguk, hatinya berdebar. "Iya, Pak! Saya sudah mengenalnya sejak kecil. Beliau ini adalah teman semasa SD. Tidak menyangka bahwa dia adalah adik ipar Anda, Pak."Subroto tersenyum, matanya penuh makna. Rahasia masa lalu dan masa depan terpampang di hadapan mereka.Saat mereka berbincang-bincang, Nayla memperhatikan Sudarta dan Subroto. Matanya menyimpan rencana jahat. Di samping Sudarta, Abidin sebagai orang kepercayaan juga membantu rencana Nayla.Nayla, wanita yang menyimpan dendam, merencanakan kejahatan dengan cermat. Dia ingin meracuni Subroto, teman masa kecil Sudarta,
Malam itu, Istrinya masih belum sadarkan diri karena racun dalam tubuhnya belum sepenuhnya pulih. Sudarta memutuskan untuk menginap di rumah sakit malam itu, menjaga istrinya dengan penuh kekhawatiran.Sudarta tertidur di samping istrinya yang sedang berbaring, tiba-tiba suara memanggilnya, "Sudarta, Sudarta!" Sahutnya. Berdiri seorang perempuan yang dulu pernah menemani tidurnya.Seorang perempuan yang susah payah, namun ia memanfaatkannya demi nafsu birahinya.Seorang perempuan, yang telah lama ia lukai kini muncul dalam alam bawah sadarnya. "Vina! Apa yang kamu lakukan dengan istriku?" Kata Sudarta dengan nada gemetar."Inilah balas dendam, Sudarta. Kau telah merenggut keperawananku, dan kini aku balas dengan merenggut nyawa istrimu," ucap perempuan itu dengan mata yang memancarkan kebencian. Cahaya rembulan menyilaukan wajahnya yang pucat dan rambutnya yang terurai. Sudarta terpaku, terjebak dalam konflik yang lebih rumit daripada yang pernah dia bayangkan. Mata Sudarta terbelala
Malam hari, Marcel duduk di depan layar laptopnya, memandang foto Rihana yang terpampang di sana. Tanpa disadari, ayahnya sudah berada di rumah bersama ibunya.“Marcel, siapa yang ada dalam foto di laptopmu?” tanya ayah dengan tiba-tiba, membuat Marcel terkejut.“Ayah, ibu sudah sampai rumah jam berapa?” Marcel mencoba mengalihkan pembicaraan.“Kami sudah tiba di rumah sejak sore tadi. Bagaimana kuliahmu, Nak?”“Alhamdulillah, saya baik-baik saja, Ayah.” Marcel menjawab dengan lega. Dia tidak ingin membicarakan foto Rihana lebih lanjut, terutama di depan orangtuanya. Namun, kenangan tentang Rihana masih menghantuinya, dan dia berharap suatu hari bisa bertemu dengannya lagi. Rihana, wanita yang menghiasi layar laptop Marcel, adalah sosok yang tak pernah lepas dari pikirannya. Mereka bertemu di kampus saat kuliah, dan Rihana memiliki senyum yang selalu menghangatkan hati Marcel.Sementara itu, perasaan Marcel terhadap Rihana semakin dalam. Meskipun dia mengetahui bahwa Rihana telah men