Marcel mengikuti dokter ke ruang perawatan intensif. Di sana, ia melihat anak itu terbaring dengan berbagai alat medis yang terpasang di tubuhnya. Marcel merasa hatinya hancur melihat kondisi anak itu. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan melakukan apa saja untuk membantu anak itu pulih.Saat Marcel keluar dari ruang perawatan, ia bertemu dengan seorang wanita yang tampak sangat cemas. Namun, ia sangat terkejut saat melihat siapa wanita itu. “Mrs. Andrian?” Marcel sangat kaget atas kehadirannya di ruang perawatan itu. Matanya penuh air mata, dan di belakangnya berdiri dua orang bodyguard yang tampak siap siaga.Mrs. Andrian menatap Marcel dengan tatapan dingin. “Apa yang kamu lakukan di sini, Marcel?” tanyanya dengan suara yang penuh kemarahan.Marcel merasa tubuhnya gemetar. “Saya… saya hanya ingin memastikan anak itu baik-baik saja,” jawabnya dengan suara bergetar.Mrs. Andrian menggelengkan kepala. “Kamu sudah cukup membuat masalah, Marcel. Sekarang, keluar dari sini sebe
Di tengah hiruk-pikuk kota besar, terdapat sebuah pabrik tekstil yang menjadi kebanggaan Indonesia: PT Ruswan Tekstil Indonesia (PT RSTI). Di balik gedung megah dan mesin-mesin berdentang, ada seorang pemimpin yang tak hanya menggerakkan benang-benang mesin, tetapi juga benang-benang kehidupan.Namanya Ruswanda. Sebagai CEO pertama di negeri ini, dia telah menorehkan sejarah dengan membangun pabrik tekstil yang menghasilkan kain berkualitas tinggi. Wajahnya yang tegas menyembunyikan latar belakangnya yang unik: ayahnya berasal dari Belanda, sedangkan ibunya dari Portugis. Keduanya telah lama menetap di Indonesia, menciptakan kekayaan dan membangun perusahaan yang menjadi cikal bakal PT RSTI.Setelah kedua orang tuanya meninggal, Ruswanda mewarisi tanggung jawab sebagai anak tunggal. Dia mengambil alih kepemimpinan pabrik dengan tekad yang kuat. Di balik pintu kaca kantor PT Ruswan Tekstil Indonesia, terdapat seorang asisten yang tak hanya mengatur jadwal dan mengelola dokumen, tetapi
Pagi yang sangat cerah, matahari ikut tersenyum melihat para karyawan yang bekerja dengan semangat. Di perusahaan cabang, aktivitas berlangsung dengan intensitas tinggi. Sudarta, seorang profesional yang tekun, sudah siap menghadapi sebuah konflik yang tengah membelit perusahaan ini.Konflik itu berkaitan dengan ketidaksesuaian data keuangan antara perusahaan pusat dan cabang di Majalengka. Angka-angka yang seharusnya sejalan, kini berbeda. Sudarta, sebagai seorang auditor, merasa tanggung jawab untuk mengungkap kebenaran di balik perbedaan ini.Namun, sebelum dia dapat memulai audit, ada satu langkah penting yang harus diambil izin dari perusahaan pusat. Sudarta mengajukan permohonan dengan hati-hati. Dia tahu bahwa audit bukan hanya sekadar menghitung angka, tetapi juga mengungkap benang-benang yang tersembunyi.Izin audit keuangan bukanlah hal yang sepele. Sudarta harus memenuhi persyaratan yang ketat. Pagi yang sangat cerah menyambut para karyawan di PT Ruswan Tekstil Indonesia.
Alex, itulah nama panggilannya. Dia adalah salah satu pemegang kekuasaan di perusahaan cabang itu, dan menjadi salah satu kaki tangan Mustafa. Kehadirannya di kantor cabang telah menciptakan suasana yang tegang dan penuh ketidakpastian.Pak Sudarta, dengan tekad yang kuat, memutuskan untuk menyamar sebagai kurir makanan. Dia ingin mengungkap kebenaran tentang apa yang terjadi di balik layar. Alex, dengan wajah sombong dan sikap yang merendahkan, membuat aturan seenaknya sendiri. Banyak karyawan yang takut berbicara atau melakukan kesalahan sedikit saja, karena mereka tahu konsekuensinya: potongan gaji atau bahkan pemecatan.Namun, Pak Sudarta memiliki rencana. Dia akan menggali lebih dalam dan mengungkap strategi kelicikan yang mungkin telah merusak integritas perusahaan. Pertarungan antara kebenaran dan kekuasaan baru saja dimulai, dan masa depan perusahaan serta nasib karyawan bergantung pada langkah-langkah yang akan diambil oleh Pak Sudarta. "Eh kurir ? Kenapa datangnya lambat am
Pak Ruswanda berdiri di tengah ruangan, pandangannya tajam. Dia memandang Alex dan Mustafa bergantian, seolah mempertimbangkan pilihan yang akan diambil. Suasana hening, dan semua karyawan menahan napas.Akhirnya, dengan suara yang tenang namun tegas, Pak Ruswanda berkata, "Alex, tindakanmu telah merusak integritas perusahaan ini. Kau akan dipecat dengan segera."Alex terdiam, wajahnya memucat. Dia tidak pernah mengira bahwa segala tindakannya akan berakhir seperti ini.Pak Ruswanda kemudian menoleh pada Mustafa. "Dan kau, Mustafa," katanya, "aku kecewa padamu. Kekeluargaan tidak boleh menghalangi keadilan. Kau juga akan dipecat."Mustafa terkejut dan marah. "Tidak mungkin!" bentaknya. "Aku adalah bagian dari keluarga ini!"Pak Ruswanda mengangguk. "Kita semua harus bertanggung jawab atas tindakan kita," ucapnya. "Perusahaan ini lebih besar dari ego dan kepentingan pribadi kita."Setelah mendengar ucapan tegas dari sang direktur, Alex dan Mustafa merasakan gelombang emosi yang berbeda
Ruswanda terkejut ketika istrinya menunjukkan bekas lipstik di bajunya. Ia bingung harus berkata apa. "Ini apa, Pah?" teriak sang istri. Ruswanda mencoba menjelaskan, "Dengarkan Papah dulu, Mah!" Namun, istrinya tidak mau mendengar. "Apa yang harus Mamah dengarkan dari suami bajingan sepertimu!" ucapnya dengan tajam. Air mata istrinya berlinang. "Kamu menusuk hatiku dan melukaiku, Pah! Sekarang, ini adalah bukti yang jelas. Aku minta cerai denganmu, Pah!" Istrinya pergi dan mendobrak pintu kamar dengan keras, mengagetkan Pak Ruswanda. Tanpa ragu, Pak Ruswanda mengejar istrinya, tak mau tinggal diam.Konflik rumah tangga mereka semakin memanas, dan masa depan mereka pun kini tergantung pada keputusan yang akan diambil. "Mah! Tunggu, jangan tinggalkan Papah!" teriak Pak Ruswanda, tapi istrinya tidak mau mendengar. Tanpa ragu, dia lari dan mengambil salah satu mobilnya, meninggalkan rumah mereka. Pak Ruswanda, sebagai direktur perusahaan dan kepala keluarga, merasa kebingungan. Entah a
Pagi yang cerah menyinari gedung PT. Ruswan Tekstil Indonesia (PT RSTI) dari ufuk barat hingga timur. Karyawan-karyawan berangkat ke tempat kerja sesuai aturan pemerintah, bekerja 7 jam dalam sehari. Mereka memulai pekerjaanya dimulai dari jam 6 pagi. Sudarta, yang kini menggantikan posisi Alex di perusahaan cabang, duduk di ruangannya. PT RSTI, perusahaan tekstil terbesar di Indonesia, hampir mengalami kebangkrutan akibat skandal yang melibatkan Alex. Namun, sekarang semua itu telah berubah. Sudarta memegang kendali perusahaan ini. Seorang sekretaris menyapa Sudarta dengan ramah, "Selamat pagi, Pak Sudarta." "Pagi," jawab Sudarta. "Apakah hari ini ada karyawan yang melamar pekerjaan?" "Sudah ada, Pak. Dia sudah menunggu di depan," kata sekretaris tersebut. **Benang-Benang Skandal dan Pengampunan** Pagi yang cerah menyinari gedung PT. Ruswan Tekstil Indonesia (PT RSTI) dari ufuk barat hingga timur. Karyawan-karyawan berangkat ke tempat kerja sesuai aturan pemerintah, memulai har
Ruswanda berada dalam situasi yang mematikan. Di tengah kegelapan malam, preman-preman mengancamnya dengan pisau. Mereka tahu dia adalah CEO PT RSTI dengan harta melimpah. Ruswanda merasa tekanan berat, namun dia tidak akan menyerah begitu saja.Dengan tenang, dia mengangkat tangannya. "Baiklah," ucapnya dengan suara mantap. "Saya akan memberikan apa yang kalian inginkan."Preman-preman itu tersenyum, tetapi mata mereka tetap waspada. Mereka mengira Ruswanda akan menyerahkan uangnya tanpa perlawanan. Namun, apa yang terjadi selanjutnya membuat mereka terkejut.Ruswanda tiba-tiba menendang pisau dari tangan salah satu preman. Dalam sekejap, dia merebut pisau itu dan menghadap mereka dengan mata penuh tekad. "Kalian pikir saya akan menyerah begitu saja?" ucapnya tegas. "Saya CEO, dan saya tidak akan membiarkan diri saya diperdaya!"Pemuda misterius itu tiba-tiba muncul, wajahnya yang rupawan dan motor gedenya menarik perhatian. Dia berdiri di antara Ruswanda dan para preman, dengan sika